Ragi idup sering diberikan sebagai simbol doa restu, pengharapan bagi penerima memperoleh kebahagiaan dalam kehidupannya terutama berketurunan banyak dan berumur panjang. Kain ini sering digunakan sebagai Ulos Passamot, pemberian dari orang tua mempelai perempuan kepada orang tua mempelai laki-laki, dengan syarat pemberi harus sudah memiliki cucu atau marpahompu. Juga, diberikan oleh orang tua kepada putrinya yang sedang mengandung anak pertama dengan maksud agar putri dan bayi yang dikandung mendapat pertolongan Tuhan sampai kelahirannya nanti.
Ragi hotang merupakan perlambang perikatan dari dua insan yang memasuki jenjang pernikahan. Hotang artinya adalah rotan, di mana jaman dahulu rotan adalah tali pengikat sebuah benda yang dianggap paling kuat dan ampuh. Motif hotang yang bergaris-garis menjadi simbol yang mengikatkan pengantin agar selalu hidup rukun dalam kehidupan pernikahannya. Dengan diberikannya kain ini oleh orangtua dari mempelai perempuan kepada mempelai laki-laki, maka bermakna bahwa orang tua pengantin perempuan telah menyetujui dan memberikan restu penuh putrinya di persunting atau di peristri oleh laki-laki yang telah di sebut sebagai Hela atau menantu.
Ragi hotang merupakan perlambang perikatan dari dua insan yang memasuki jenjang pernikahan. Hotang artinya adalah rotan, di mana jaman dahulu rotan adalah tali pengikat sebuah benda yang dianggap paling kuat dan ampuh. Motif hotang yang bergaris-garis menjadi simbol yang mengikatkan pengantin agar selalu hidup rukun dalam kehidupan pernikahannya. Dengan diberikannya kain ini oleh orangtua dari mempelai perempuan kepada mempelai laki-laki, maka bermakna bahwa orang tua pengantin perempuan telah menyetujui dan memberikan restu penuh putrinya di persunting atau di peristri oleh laki-laki yang telah di sebut sebagai Hela atau menantu.
Ulos Antak-Antak merupakan ulos yang dijadikan simbol duka cita dan ulos ini dipergunakan ketika mengunjungi rumah duka atau melayat orang yang meninggal. Ulos Antak-Antak dijadikan sebagai selendang bagi orang tua untuk melayat orang meninggal dunia. Selain itu juga, Ulos Antak-Antak ini juga digunakan sebagai kain yang dililitkan pada waktu menari. Sumber: https://travel.kompas.com/read/2019/12/12/200600027/14-jenis-ulos-kain-kebanggaan-suku-batak?page=all
Secara umum Ulos Ragi Hidup dapat dipakai pada acara adat Batak baik upacara suka dan duka. Pada jaman dahulu dipakai juga untuk “mangupa tondi” (mengukuhkan semangat) seorang anak yang baru lahir. Ulos ini juga dipakai oleh suhut si habolonan (tuan rumah). Ini yang membedakannya dengan suhut yang lain, yang dalam versi “Dalihan Na Tolu” disebut dongan tubu (satu marga). Konon Ulos Ragi Hidup menunjukkan status sosial dan ekonomi seseorang, dulu hanya raja-raja dan masyarakat menengah keatas yang memakainya. Dalam system kekeluargaan orang Batak. Kelompok satu marga ( dongan tubu) adalah kelompok “sisada raga-raga sisada somba” terhadap kelompok marga lain. Ada pepatah yang mengatakan “martanda do suhul, marbona sakkalan, marnata do suhut, marnampuna do ugasan”, yang dapat diartikan walaupun pesta itu untuk kepentingan bersama, hak yang punya hajat (suhut sihabolonan) tetap diakui sebagai pengambil kata putus (putusan terakhir). Jadi dengan menggunakan Ulos Ragi Hidup menjadi satu p...
Ulos Jugia disebut juga “ulos naso rapipot atau pinunsaan”. Yang biasanya dipakai bapak-bapak. Jenis ulos ini menurut keyakinan Orang Batak tidak dapat dipakai oleh sembarangan orang, kecuali orang yang sudah Saurmatua yaitu semua anaknya laki-laki dan perempuan yang sudah kawin dan punya anak.
Ulos Sibolang merupakan sebuah simbol awal mula diciptakannya sandang bagi Orang Batak. Sebelum diciptakannya kain Ulos Sibolang, Orang Batak menggunakan kulit kayu sebagai penutup tubuh. Ulos Sibolang merupakan sebuah permulaan tentang bagaimana nenek moyang Orang Batak membuat kain sebagai tanda kemajuan dalam upaya melindungi dan menutupi tubuh. Ulos Sibolang memiliki beberapa jenis corak dengan komponen warna dalam sehelai kain Ulos Sibolang meliputi biru dan hitam, serta pinggiran (gading) berwarna putih, merah, atau kuning pucat. Dulu, proses pengerjaan satu helai kain Ulos Sibolang memakan waktu kurang lebih satu tahun, setara dengan proses pembangunan satu Rumah Bolon. Kini, Ulos Sibolang kerap digunakan sebagai pakaian pesta karena memiliki nilai jual yang mahal.
Ulos Harangguan dinobatkan sebagai ulos yang khusus digunakan oleh pemimpin atau seseorang yang memiliki jabatan penting. Ulos Harangguan memiliki gabungan motif dari semua ulos sehingga dianggap mewakili ulos sebagai satu kesatuan. Baik dari ketua kelompok, kepala desa, camat, bupati, hingga presiden dapat diberikan ulos ini karena merepresentasikan pemimpin.
Ketiga ulos ini merupakan sebuah pusaka dari nenek moyang Orang Batak. Ketiga motif ini dipercaya sebagai perantara Orang Batak dalam usaha mengabulkan permintaan, antara lain kesembuhan atas penyakit, jodoh, dan memperoleh keturunan. Ulos tersebut digunakan dalam berbagai pesta, khususnya saat pesta kelahiran karena dipercaya sebagai ulos yang membawa keberkahan dan memberikan hal-hal positif di dalam kehidupan.