Suku Kajang adalah salah satu suku yang tinggal di pedalaman Makassar, Sulawesi Selatan. Secara turun temurun, mereka tinggal di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba. Bagi mereka, daerah itu dianggap sebagai tanah warisan leluhur dan mereka menyebutnya, Tana Toa.Tanah Toa adalah desa dikecamatan Kajang,Kabupaten Bulukumba,SulawesiSelatan,Indonesia . Desa ini dihuni oleh suku kajang. Secara administratif Desa Tana Toa adalah satu dari sembilan belas desa yang ada dalam lokasi kecamatan Kajang, kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Desa Tana Toa adalah desa tempat komunitas masyarakat adat Kajang yang masih erat dalam menjaga dan melindungi peradaban mereka sampai yang sampai hari ini masih di pertahankan.Secara keseluruhan Luas lokasi desa Tana Toa ini yaitu 331,17 ha, baik yang terhitung lokasi Kajang dalam ataupun Kajang luar. Serta dari 331,17 ha tersebut, kurang lebih 90 ha dipakai untuk area pertanian. Tanaman yang dibudidayakan diatas area seluas itu cukup bermacam, salah sat...
Kain Sutra Bugis ditenun dari benang yang dihasilkan dari ulat sutra atau kokon sebagaimana masyarakat setempat menyebutnya. Sarung sutra bugis pada awalnya hanya digunakan sebagai padanan baju bodo (pakaian tradisional Sulawesi Selatan). JIka kita perhatikan, sarung sutra bugis memiliki motif kotak-kotak yang berbeda-beda. Beda ukuran kotak mengandung arti yang berbeda. Dahulu, motif kotak-kotak ini menjadi petunjuk apakah seorang bugis sudah menikah atau belum. Kotak berukuran kecil dengan warna cerah dinamakan motif Ballo Renni . Motif ini dipakai oleh wanita yang belum menikah. Sedangkan kotak berukuran lebih besar dengan warna merah terang atau merah keeemasan dinamakan motif Balo Lobang . Motif ini digunakan pria bugis yang belum menikah. Selain dua motif tersebut, ada juga beberapa motif sarung sutra bugis lainnya.
Kain ini menjadi salah satu kain khas Desa Sad'an , Malimbong Tobarana, Kabupaten Toraja Utara. Kain yang dibuat dengan kombinasi warna-warna cerah ini menjadi buah tangan khas Toraja yang diminati wisatawan. Inilah Paramba, salah satu kain yang sudah mulai langka keberadaannya. Untuk membuat kain ini tidaklah mudah. Diperlukan waktu yang cukup lama membuat paramba dengan menggunakan alat tenun tradisional. Teknik-teknik pembuatannya pun lumayan sulit, benang-benang dengan warna cerah ditarik secara bergantian diantara bilah-bilah kayu. Selain berbentuk kain, paramba juga dibuat dengan aneka bentuk seperti tempat tissue, dan tempat perhiasan. Kain ini dijual dengan harga yang bervariasi Rp. 45.000 sampai jutaan rupiah, semua tergantung dari ukuran, bentuk dan juga lama pembuatannya. Kain paramba menjadi salah satu warisan leluhur yang sudah mulai langka keberadaannya. Mulai sedikitnya pengrajin yang mengerjakan kain ini menjadi salah satu faktor kain ini l...
Sutra Sengkang berbahan dasar kepompong dari ulat sutra dan diolah secara manual atau ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yaitu alat yang digerakkan oleh tangan secara manual dengan tenaga manusia bukan mesin. Kepompong ini dihasilkan dari ulat sutra yang dipelihara dan dibudidayakan dengan menggunakan tanaman Murbey (morus, sp). Kepompong akan diolah melalui beberapa tahapan termasuk tahap pemintalan dan pewarnaan kemudian diubah menjadi benang sebagai bahan dasar kain sutra. Tanaman Murbey banyak kita temukan berupa hamparan hijau yang luas saat mulai memasuki kota kabupaten. Kain Sutra Sengkang banyak dipakai dalam berbagai kegiatan penting, seperti upacara-upacara adat, pesta pernikahan bahkan sampai pada kegiatan-kegiatan resmi pemerintahan dan kegiatan penting lainnya.
Lipa Sabbe ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia pada tahun 2016. Lipa’ Sabbe yang sering dikenakannya adalah mas kawin pemberian suaminya, dan dia merawatnya dengan hati-hati sebagaimana dia merawat keutuhan keluarganya. Lipa’ Sabbe adalah pusaka yang harus terus dijaga sebagaimana dia harus menjaga apa yang dianggap penting dalam hidup. dimana kegigihan para penenun Lipa’ Sabbe Sengkang yang menolak menyerah untuk menenun ketika benang sangat sulit didapatkan pada masa penjajahan Belanda. Sumber : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulsel/7-warisan-budaya-takbenda-indonesia-di-film-athirah-yang-harus-kamu-ketahui/
Koleksi kain milik Martati Amran ini bermotik kain sutra sengkang, Sengkang merupakan salah satu kota kabupaten di Sulawesi Selatan, yaitu kabupaten Wajo. Sutra Sengkang berbahan dasar kepompong dari ulat sutra dan diolah secara manual atau ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yaitu alat yang digerakkan oleh tangan secara manual dengan tenaga manusia bukan mesin. Kepompong ini dihasilkan dari ulat sutra yang dipelihara dan dibudidayakan dengan menggunakan tanaman Murbey (morus, sp). Kepompong akan diolah melalui beberapa tahapan termasuk tahap pemintalan dan pewarnaan kemudian diubah menjadi benang sebagai bahan dasar kain sutra.