Desa adat sebagai warisan budaya yang aktif dan masih ada hingga saat ini (living heritage) merupakan kekayaan budaya Indonesia. Keberadaan desa adat sebagai pelestari sekaligus pelaku aktif kearifan lokal, sangat potensial dalam mempertahankan identitas budaya serta membangun kesadaran akan keberagaman budaya di Indonesia. Dengan demikian, desa adat merupakan bagian dari kekayaan bangsa yang wajib dilestarikan dan salah satu upaya pelestariannya adalah dengan melakukan revitalisasi. Sumber: http://repositori.kemdikbud.go.id/9699/
Buku Strategi Pemberdayaan Komunitas Adat ini merupakan sebuah usaha yang dilakukan pemerintah untuk melestarikan nilai-nilai budaya komunitas adat dengan mempertimbangkan unsur-unsur budayanya secara holistik. Yang menjadi titik tolak pertimbangan dalam penyusunan strategi pemberdayaan ini adalah manusia, kebudayaan dan lingkungannya, sehingga permasalahanpermasalahan terkait komunitas adat diupayakan terpotret dan bagaimana strategi pemberdayaannya. Strategi pemberdayaan komunitas adat ini diharapkan dapat menjadi salah satu payung dalam berbagai kegiatan dan program yang tidak hanya dipakai oleh Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, namun dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat yang terkait dengan pemberdayaan komunitas adat secara luas. Di samping itu, juga telah disusun sebuah pedoman pelestarian kepercayaan komunitas adat yang lebih difokuskan ke masalah-masalah yang sifatnya teknis, sehingga dapat memandu berbagai prog...
Cagar Budaya adalah salah satu warisan budaya kekayaan bangsa yang ragamnya begitu kaya dan unik. berdasarkan Undang-Undnag Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, disebutkan bahwa Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda, Bangunan, Struktur, Situs dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan di air yang perlu dilestarikan keberadaanya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, aagama, dan kebudayaan melalui proses penetapan. dengan demikian kegiatan pelestarian tentu harus selalu kita tingkatkan, salah satunya melalui penerbitan album ini. Sumber: http://repositori.kemdikbud.go.id/9706/
Buku Silat Beksi Petukangan Februari 22, 2019 Mandor Minggu Mandor Minggu adalah salah satu murid dari H. Godjali, yang juga meneruskan dan membuka perguruan silat Beksi. Ayah Mandor Minggu bernama Sinan dan ibunya bernama Julia binti Sidi. Tahun kelahiran Mandor Minggu tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan sekitar tahun 1890-1900, dimana secara usia, tidak terpaut jauh dari usia M. Nur. Menurut penuturan keluarga, tahun wafatnya sekitar tahun 1970. Hingga saat ini, makamnya tidak diberi nisan dan hanya berupa gundukan tanah pada lahan kecil di tengah pemukiman. Lahan kecil yang digunakan sebagai tempat peristirahatannya yang terakhirnya saat ini, dahulu merupakan halaman rumahnya yang megah dan berarsitektur khas Betawi. Secara fisik, perawakannya tinggi besar dan berkulit putih. Selama hidupnya, menurut narasumber, Mandor Minggu telah memiliki 5 istri, yang bernama Asenah, Juriah, Yani, Mardiah dan satu lagi tidak diketahui namanya. Menurut penuturan, selama hidu...
BIOGRAFI SINGKAT TOKOH SILAT BEKSI PETUKANGAN Kong Simin Murid H. Godjali lainnya dalam silsilah ilmu silat Beksi, adalah engkong Simin (selanjutnya hanya disebut namanya saja untuk mempersingkat tulisan). Dilahirkan pada tahun 1881 dan wafat pada tanggal 22 Oktober 1992. Simin sendiri adalah kakak dari M. Nur, jawara lain dalam silsilah ilmu silat Beksi di Petukangan. Ayah Simin bernama Syua’ib, atau warga lama Petukangan menyebutnya dengan sebuat Aip. Dia adalah pedagang ikan di pasar Kebayoran dan seputaran Petukangan. Suatu ketika saat bertransaksi jual-beli ikan di Pasar Ikan (vish markt), Batavia Lama, Syu’aib dipukuli oleh para centeng Pasar Ikan karena suatu masalah. Simin yang waktu itu masih kecil dan mendampingi ayahnya bertransaksi jual-beli ikan, hanya dapat melihat dan menangis karena tidak dapat menolong ayahnya. Bermula dari peristiwa tersebut, Simin bertekad bulat untuk membalas perlakuan para centeng Pasar Ikan itu kepada ayahnya. Ketika H. Godjali mengajakny...
BIOGRAFI SINGKAT TOKOH SILAT BEKSI PETUKANGAN Kong Noer Nama M. Nur dalam silsilah ilmu silat Beksi, merupakan salah satu jalur guru dalam mempelajari silat Beksi. M. Nur sendiri dalam silsilah ilmu silat Beksi, merupakan murid langsung dari H. Godjali, Ki Marhalli dan kemudian Ki Mursalim. Menurut penuturan salah satu sumber, M. Nur saja yang sanad keilmuannya, langsung sampai kepada eyang guru awal silat Beksi, yaitu ki Mursalim. M. Nur belajar dan di bawah bimbingan langsung dari Ki Mursalim selama proses belajar silat Beksi dan darinyalah, terdapat jurus lain yang sangat berbeda dari para murid H. Godjali lainnya. M. Nur dilahirkan pada tahun 1901 dan wafat pada tanggal 12 Mei 1993, serta merupakan adik dari Simin. Sebelum menjadi pesilat tangguh Beksi, M. Nur dididik agama secara disiplin oleh kedua orangtuanya, sehingga di kemudian hari, M. Nur dikenal sebagai jawara silat Beksi yang religius. M. Nur mempunyai 6 orang istri dan dikaruniai 7 orang anak. Kedua anaknya menja...
BIOGRAFI TOKOH SILAT BEKSI PETUKANGAN H. GODJALI H. Godjali, menurut penuturan lisan, dilahirkan sekitar tahun 1859-1860. H. Godjali sendiri adalah paman dari H. Hasbullah. Ayah H. Godjali, H. Gatong, adalah seorang Bumiputra tuan tanah dan saudagar kaya terkenal di seantero Petukangan. Ibu dari H. Godjali, adalah wanita peranakan Tionghoa bernama Nyi An Ie Ong, tetapi penduduk sekitar menyebutnya Nyi Anyong, karena sulitnya mengucapkan dalam ejaan Mandarin. H. Godjali merupakan anak satu-satunya dari H. Gatong yang berkeinginan kuat belajar silat, sehingga dia diberikan segala apa yang dimiliki oleh ayahnya, tetapi secara disiplin dan teratur. H. Godjali sebelum dikenal sebagai ahli silat, adalah pemusik handal, yaitu sebagai salah satu dari empat personel grup rebana dari kampung Petukangan. Keahlian dan ketenaran grupnya, menjadikannya sering dipanggil ke berbagai daerah di luar Petukangan. Melalui keahliannya ini, dia sampai ke daerah Dadap, Tangerang, dimana dia mendap...
BIOGRAFI SINGKAT TOKOH SILAT BEKSI PETUKANGAN H. Hasbullah H. Hasbullah dilahirkan di Petukangan pada tahun 1863. Ayahnya bernama H Misin, yang masih merupakan keponakan dengan H. Gatong, sehingga silsilah H. Hasbullah dengan H. Godjali adalah keponakan dengan paman. Pada saat itu jika umur antara paman dengan keponakan tidak jauh berbeda, maka biasanya sang paman dipanggil dengan sebutan abang, bukan ncang. Proses belajarnya H. Hasbullah dalam silat Beksi kepada H. Godjali tergolong unik, sebab H. Godjali yang saat itu telah menguasai jurus dasar silat Beksi, hanya mengajaknya bersama teman sepermainannya, untuk belajar silat Beksi. Saat itu belum ada syarat apapun dari guru kepada muridnya, tetapi dapat berakar kuat jalinan batinnya. H. Hasbullah sendiri telah mempunyai ilmu silat kotek sebelum belajar silat Beksi dari H. Godjali. (KAMPUNG SILAT PETUKANGAN)
Mitos - Historis Cerita Si Pitung Lebih banyak “mitos” dari pada “historis” mengenai cerita si-pitung, tapi kedua-duanya muncul bersamaan. Dari “mitos” selau memancarkan cahaya-cahaya dan nilai-nilai norma moral yang baik bagi masyarakat Betawi. Si-pitung menurut para ahli adalah simbol keresahan berkat kesenjangan sosial masyarakat Betawi pada abad ke-19. Cerita si-pitung adalah termasauk khazanah tradisi lisan nusantara “buah-hasil” kecerdasan (kerja produsen intelektual) masyarakat Betawi. Intervensi budaya perlu dibudidayakan karena hal itu adalah sebagai bentuk “intelektualitas” masyarakat itu sendiri. Pahlawan terbaik adalah pahlawan yang hidup didalam hati masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya cerita si-pitung diidealkan mengandung nilai-nilai luhur (nga-so-si/ngaji-solat-silat). Proses penyampain dan penyebarannya melalui “ngebuleng-ngerahul” (dongeng Betawi). Konteks cerita si-pitung adalah cerita rakyat bukan cerita sejarah, tapi si-pitung legenda yang betu-betul ada tokoh...