Batu Menangis - Kalimantan Disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya. Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari. Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi. Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang dijalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibel...
“Bura’, ayo kita pergi menangkap ikan!” seru Uhit Miou. Bura’ kaget. Dia sedang melamun di dekat jendela rumahnya.“Eh? Apa, Uhit Miou?” “Ayo kita pergi tangkap ikan! Ke Lluting sungai Sulling,” ulang Uhit Miou. Mereka berdua pun berangkat. Sejak kecil, mereka sering mengunjungi tempat ini. Mereka tahu tempat ikan dan udang berkumpul. Sebentar saja Bura’ sudah menangkap banyak ikan. Sedangkan Uhit Miou belum mendapat seekor pun. Ah, kasihan Uhit Miou. Nanti akan kubagi saja hasil tangkapan ini dengannya, batin Bura’. Namun, rupanya Uhit Miou merasa kesal. Timbul rasa iri di hatinya. Tiba-tiba, Bura’ berhenti. “Ada apa?” tanya Uhit Miou. “Lihat, tak terasa kita sudah jalan sejauh ini. Sekarang kita ada di dekat air terjun,” jelas Bura’ sambil berjalan menjauhi air terjun. Uhit Miou mencoba melongok dari dekat. “...
Alkisah, saat Kota Sintang masih sepi penduduk, di daerah itu hidup sebuah keluarga miskin. Keluarga itu terdiri dari sepasang suami istri dan seorang anak. Mereka tinggal di sebuah rumah panggung yang sudah tua dan lapuk di tepi sungai. Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, setiap hari sang ayah mencari ikan di sepanjang aliran sungai. Jika beruntung, ia terkadang memperoleh ikan yang cukup dimakan beberapa hari bersama keluarganya. Namun jika sedang sial, ia terkadang pulang tanpa membawa seekor ikan pun.Suatu hari, persediaan makanan di rumah keluarga itu telah habis. Maka, pagi-pagi sekali sang ayah pergi ke sungai untuk mencari ikan dengan menggunakan perahu. Tak lupa ia membawa dua buah pancing dengan harapan bahwa jika pancingnya putus ia masih mempunyai pancing yang lain. Dengan penuh harapan, nelayan itu mendayung perahunya menyusuri aliran sungai menuju ke arah hulu. Setiba di sebuah lubuk yang dalam, ia pun mulai mengulur salah satu pancingnya yang telah diberi ump...
Hantu Jaring : Hantu yang hadir ketika siang hari, sedang cerah tetapi hujan gerimis, biasanya terlihat diatas pohon dengan cahaya berwarna-warni.
Hantu Jaring : Hantu yang hadir ketika siang hari, sedang cerah tetapi hujan gerimis, biasanya terlihat diatas pohon dengan cahaya berwarna-warni.
Dahulu, di sebuah desa yang terletak di pinggir hutan di pedalaman Kalimantan Barat, hiduplah sepasang suami istri. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, sehari-hari sang Suami bercocok tanam dengan menanam palawija di ladang. Meskipun hidupnya serba pas-pasan, pasangan suami istri tersebut selalu ingin membantu orang lain yang sedang mengalami kesusahan. Suatu malam, ketika sang Istri sudah tidur dengan nyenyaknya, sang Suami masih terlihat gelisah. Sesekali ia miring ke kanan, sesaat kemudian miring lagi ke kiri. Malam semakin larut, namun lelaki itu tetap tidak bisa memejamkan mata. Ia pun bangkit dari tidurnya lalu duduk di samping istrinya. “Huh, kenapa mataku sulit sekali kupejamkan?” keluh petani itu. Sesekali petani itu memandangi istrinya yang sudah terlelap. Suatu ketika, saat menoleh ke arah istrinya, ia dikejutkan oleh sebuah peristiwa aneh pada istrinya. Kepala sang Istri mengeluarkan asap. Selang beberapa saat kemudian, tiba-tiba seekor kelabang...
Alkisah, di atas Gunung Kujau yang hijau dan sejuk di daerah Kalimantan Barat, hiduplah sepasang suami-istri dengan keenam anaknya. Sang suami bernama Sabung Mengulur, sedang istrinya bernama Pukat Mengawang. Keenam anaknya yaitu berturut-turut dari yang sulung ke yang paling bungsu adalah Belang Pinggang, Suluh Duik, Buku Labuk, Terentang Temanai, Putung keempat, dan Bui Nasi. Dari keenam bersaudara tersebut, hanya Putung Kempat yang perempuan. Sebenarnya, Sabung Mengulur dan istrinya mempunyai seorang lagi anak laki-laki yang bernama Pulung Gana, namun anak itu meninggal ketika masih kecil. Untuk menghidupi keenam putra-putrinya, Sabung Mengulur dan istrinya bercocok tanam di ladang. Suatu ketika, Sabung Mengulur mendapat firasat buruk bahwa hidupnya di dunia akan lebih lama lagi. Namun, ia tidak memberitahukan hal itu kepada istri dan anak-anaknya. Suatu hari, ia hanya berpesan kepada keenam anaknya ketika akan masuk ke dalam kepok agar keenam anaknya membuka lahan baru unt...
Home » Cerita Rakyat Kalimantan Barat » Asal Mula Nama Sintang Monday, 10 October 2016 Cerita Rakyat Kalimantan Barat Asal Mula Nama Sintang Alkisah Rakyat ~ Sungai Kapuas di propinsi Kalimantan Barat merupakan sungai yang terbesar dan terpanjang. Sungai ini merupakan urat nadi kehidupan rakyat di daerah itu sejak berabad-abad lamanya. Sungai ini menghubungkan daerah pedalaman Kalimantan dengan daerah-daerah pesisirnya. Salah satu kota yang terletak di ujung pedalaman sungai Kapuas adalah Kota Sintang, Kota Sintang terletak diatas tanah jepitan dua buah sungai. Sebelah kanan dengan sungai Melawi dan sebelah kiri dengan sungai Kapuas. Daerah ini disebut juga daerah Tanjung Puri. Dulunya kota Sintang terletak di seberang kanan hilir sungai Kapuas. Nama Sintang pada mulanya menurut istilh/bahasa suku-bangsa Dayak yang mendiami daerah sungai Kapuas pedalaman, bernama "SENENTANG." Karena sekitar dae...
Kuntilanak (bahasa Melayu: Pontianak atau Puntianak, atau sering disingkat kunti) adalah hantu yang dipercaya berasal dari perempuan hamil yang meninggal dunia atau wanita yang meninggal karena melahirkan dan anak tersebut belum sempat lahir. Nama "puntianak" merupakan singkatan dari "perempuan mati beranak"[1]. Mitos ini mirip dengan mitos hantu langsuir yang dikenal di Asia Tenggara, terutama di nusantara Indonesia. Mitos hantu kuntilanak sejak dahulu juga telah menjadi mitos yang umum di Malaysia setelah dibawa oleh imigran-imigran dari nusantara. Kota Pontianak mendapat namanya karena konon Abdurrahman Alkadrie, pendiri Kesultanan Pontianak, diganggu hantu ini ketika akan menentukan tempat pendirian istana. Umumnya, kuntilanak digambarkan sebagai wanita cantik berambut panjang dan berbaju panjang warna putih. Dalam cerita rakyat Melayu, sosok kuntilanak digambarkan dalam bentuk wanita cantik dengan punggung berlubang. Kuntilanak digambarkan senang meneror penduduk kampun...