Dahulu, perairan Ujung Kulon di sekitar Selat Sunda dikuasai oleh para bajak laut yang menjadi ancaman bagi para nelayan di daerah itu. Kaum perompak itu sering merampas ikan hasil tangkapan para nelayan. Pada masa pemerintahan Raja Purnawarman, terdapat suatu gerombolan bajak laut yang beranggotakan 80 orang. Kelompok bajak laut yang sering beraksi di perairan wilayah Kerajaan Tarumanegara itu dipimpin oleh seorang yang sakti, ia bisa berubah wujud sesuai kehendaknya. Pada suatu hari, gerombolan bajak laut itu sedang merampok perahu yang ditumpangi oleh tiga orang nelayan. Namun, baru saja para perompak itu memindahkan ikan hasil rampasan ke kapal mereka, tiba-tiba dari kejauhan terlihat sebuah kapal besar berbendera naga sedang menuju ke arah mereka. Kapal besar itu ternyata adalah kapal milik Kerajaan Tarumanegara. Pemimpin bajak laut justru merasa senang karena akan memperoleh harta rampasan yang banyak. Tanpa membuang waktu lagi, ia segera m...
Setelah Raja Suryakancana dari Pajajaran wafat, para pengikutnya hidup di desa-desa terpencil serta mempraktikan kepercayaan dan tradisi asli mereka. mereka dikenal sebagai masyarakat Baduy. Mereka menolak untuk berinteraksi dalam bentuk apapun dengan hal-hal yang berbau modern atau dengan masyarakat lain. Saat ini ada dua kelompok masyarakat Baduy, yaitu Baduy Jero yang sangat ketat dalam melestarikan tradisi lama dan Baduy Luar yang dalam batas-batas tertentu telah berinteraksi dengan masyarakat luar.
Sungai Cibanten bukan sembarang sungai pada masa dahulu dimanfaatkan sebagai urat nadi perekonomian dan juga transportasi yang membentang memiliki mata air yang berasal dari Gunung Karang dan muaranya di Teluk Banten. Menurut arkeolog pada masa dulu sungai itu bisa dilayari sampai abad ke XVII menjadi jalur transportasi antara Banten Girang dengan Teluk Banten. Di kiri kanan sungai juga terdapat jala yang disebut dengan jalan sultan, fungsinya menjadi transportasi jalur darat ketika air sungai surut.
Pada masa pemerintahan Hasanudin ia giat menyebarkan Islam ke ploksok wilayah kekuasaannya. Hingga mebuat selir Prabu Siliwangi Jong dan Ju dua pendekar Banten yang dianggap sebagai tangan kanan dan kirinya Prabu Pucuk Umum, Adipati Kadipaten Pajajaran yang berkedudukan di Banten Girang. Setelah masuk islam keduanya di beri gelar Ki Mas Jong dan Ki Agus Jong. Hingga kini kedua makam mualaf pertama di Banten Girang sering diziarahi banyak orang.
Kegemilangan masa Kesultanan Banten salah satunya saat masa Sultan Ageng Tirtayasa memimpin. Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sebagai sultan yang arif, berwibawa, dan karismatik, ia juga dijuluki sebagai perncana kota yang ulung dan ahli strategi militer. Sultan Ageng Tirtayasa memiliki prestasi yang luar biasa, antara lain menguasai pemerintahan yang yang amat luas dengan sistem yang demokratis. Setiap orang memiliki hak dan jaminan hidup sehat, layak, aman dan sejahtera.
Sultan Hasanuddin, raja pertama di Banten yang dinobatkan tahun 1525 di beri gelar Maulana Hasanuddin Penembahan Surosowan. Tetapi rakyat Banten pada waktu itu lebuh senang menyebutnya dengan "Pangeran Saba Kingkin" yang berarti rindu akan kebijaksanaan. Raja yang memerintah dari tahun 1525 hingga 1570 itu wilayah kekuasaannya mencakup daerah yang sekarang telah menjadi Provinsi Banten. Kota Banten Lama di masa pemerintahannya meliputi areal luas 1.200.000 m2. Sebelah utara dekat pantai di bangun menara jaga terbuat dari kayu yang dilengkapi dengan persenjataan meriam. Raja pertama yang membangun keraton dan benteng Surosowan serta Mesjid Agung Banten. Beliau Wafat tahun 1570, dan dimakamkan di halaman Mesjid Agung bagian utara.
Sultan Maulana Yusuf Panembahan Pekalangan Gede adalah yang sultan ke dua setelah ayahnya Sultan Hasanuddin wafat pada 1570. Ia memerintah dari tahun 1570 sampai 1580. Program kerjanya yang berhasil masa itu memperkuat perekonomian dengan langkah bijaksana memperluas areal pertanian. Membangun irigasi, membuat kanal-kanal dan mengatur penyebaran penduduk dengan membangun kampung-kampung baru yang kemudian berkembang menjadi kota. Disamping itu memperkuat angkatan perang dan perbentengan di sekitar keraton dan Kota Banten Lama dengan bata dan batu karang. Semboyan yang terkenal masa itu, Gawe kuta baluwarti bata kalawan kawis artinya membangun perbentengan dengan batu bata dan batu karang. Ramainya suasana kota Banten Lama masa itu banyak dilukiskan saudgar-saudagar mancanegara yang kapalnya berlabuh di Bandar Banten. Karena jasanya dalam bidang pertanian. Maulana Yusuf dimakamkan di tengah sawah, 4 Kmdari Keraton Surosowan . Sekarang lokasinya tak jauh dari jalan raya rel ke...
Naya Wipraya dan Jaya Sedana memiliki nama lengkap Kyai Ngabehi Naya Wipraya dan Kyai Ngabehi Jaya Sedana adalah Duta Besar Banten yang dikirim ke London pada tahun 1682. Kedua Duta ini menjadi tamu kehormatan Raja Inggris, Charles II selama tiga setengah bulan. Lawatan ke London oleh dua Duta dari Banten beberapa bagian tulisannya ditulis oleh Dra Setiawaty Sulaeman ketika menjabat Atase Kebudayaan Kedubes RI di london kemudian dikembangkan oleh Dr. Russel Jones berjudul The First Indonesia Mission to London pada tahun 1982.
Pangeran Astapati adalah pengikut setia Sultan Muhammad Arif Zaenal Asikin yang memerintah pada tahun 1743-1773. Nama aslinya adalah Wira Suta. Konon sebelum dinobatkan sebagai seorang pangeran dengan gelar yang sesuai dengan sepak terjangnya ia adalah pelarian dari "negeri sejuta pantangan" yaitu Baduy. Suta keluar dari tatanan adat Kenekes karena ingin mencari pengalaman di dunia lain. Awalnya pemuda yang bertubuh kekar ini bekerja di lingkungan keraton, kemudian karena ia rajin diperbolehkan untuk belajar sni bela diri dan keprajuritan. Dari keberanian dan ketangkasan yang diperlihatkannya maka ia diberi tambahan Wira di depan namanya. Setelah menguasai ilmu bela diri ia diberi kepercayaan untuk memimpin pasukan perang. Salah satunya saat memimpin pasukan perang antara Banten dengan Lampung. Lalu Sultan Banten memberi gelar Pangeran Astapati atas jasa-jasanya itu ia dinikahkan dengan putri sultan, anak yang lahir sari keduanya di beri nama Djajadiningrat. Pangeran Astapat...