Jaran Kepang atau ebeg merupakan sejenis tarian pahlawan berkuda. Awalnya, tarian jaran ebeg ini diciptakan oleh Wali Songgo, sebagai media untuk penyebaran agama islam di Jawa Tengah.Penyebaran kesenian jaran ebeg meluas dan merata dengan nama berbeda-beda. Kesenian ini sangat populer khususnya di wilayah Pemalang Bagian Selatan.
Tarian ini lahir di daerah Tuksongo, Borobudur sekitar tahun 1950an dengan menggunakan kostum dari janur aren dan dirias menggunakan jelaga (langes) yang berwarna hitam. Dalam perkembangannya sekitar tahun 1980an kostum berubah menyerupai pakaian suku indian dari Amerika, gerakan tarian ini mengambil dari gerakan pencak Jawa. Sumber : https://www.asiawisata.com/mengenal-budaya-magelang/
Begitu juga dengan kesenian Balo-balo,yaitu Kesenian music tradisional khas Tegal yang biasanya mengiringi acara Mantu Poci. Balo-Balo berasal dari kata ’bolo-bolo’ yang berarti kawan-kawan. Balo-Balo mantu poci adalah sebuah pertunjukan seni rakyat Kota Tegal, yang memadukan antara unsur bunyi/musik seni rakyat balo-balo dan unsur cerita mantu poci. Kesenian yang pada awal kelahirannya sewaktu penjajahan Belanda sebagai sarana syiar atau dakwah menyebarkan agama Islam, namun kemudian pada perkembangnya menjadi berbeda tujuannya dan kesenian ini dijadikan masyarakat, khususnya Tegal, untuk mengelabuhi para penjajah.Saat para pejuang tengah berkumpul untuk menyusun strategi melawan penjajah, warga lainnya sibuk berkerumun sambil menabuh rebana dan asyik berdendang, sehingga para penjajah tidak curiga dan menganggap warga sedang bersenang-senang menggelar hiburan. Balo-Balo bertujuan menjalin komunikasi antarwarga yang lebih baik. Dari syair dan...
Beksan wireng Berasal dari kata Wira (perwira) dan 'Aeng' yaitu prajurit yang unggul, yang 'aeng', yang 'linuwih'. Tari ini diciptakan pada jaman pemerintahan Prabu Amiluhur dengan tujuan agar para putra beliau tangkas dalam olah keprajuritan dengan menggunakan alat senjata perang. Sehingga tari ini menggambarkan ketangkasan dalam latihan perang dengan menggunakan alat perang. Ciri-ciri tarian ini Ditarikan oleh dua orang putra/i Bentuk tariannya sama Tidak mengambil suatu cerita Tidak menggunakan ontowacono (dialog) Bentuk pakaiannya sama Perangnya tanding, artinya tidak menggunakan gending sampak atau srepeg, hanya iramanya atau temponya kendho atau kencang Gending satu atau dua, artinya gendhing ladrang kemudian diteruskan gendhing ketawang Tidak ada yang kalah atau menang atau mati
Tari Jlantur berasal dari Boyolali. Biasanya dimainkan oleh 40 orang penari laki-laki. Sedikit info yang saya dapat tentang tarian ini, hal ini mungkin sudah kurangnya minat orang-orang untuk melestarikan budaya Tari Jlantur. Sejarahnya, ternyata tarian ini menggambarkan perjuangan kisah Pangeran Diponegoro yang melawan para penjajah. Menurut beberapa sumber, penari Tari Jlantur selalu menggunakan ikat kepala seperti gaya Tukri dengan membawa kuda tiruan.
Srimpi adalah bentuk repertoar (penyajian) tari Jawa klasik dari tradisi kraton Kesultanan Mataram dan dilanjutkan pelestarian serta pengembangan sampai sekarang oleh empat istana pewarisnya di Jawa Tengah (Surakarta) dan Yogyakarta[1][2]. Penyajian tari pentas ini dicirikan dengan empat penari melakukan gerak gemulai yang menggambarkan kesopanan, kehalusan budi, serta kelemahlembutan yang ditunjukkan dari gerakan yang pelan serta anggun dengan diiringi suara musik gamelan.[3][4] Srimpi dianggap mempunyai kemiripan posisi sosial dengan tari Pakarena dari Makasar, yakni dilihat dari segi kelembutan gerak para penari[5] dan sebagai tarian keraton.
Kebumen memiliki bermacam-macam kesenian tradisional asli. Selain Ebleg , Jemblung , Jamjaneng, dan Menthiet, kesenian tradisional asli Kebumen lainnya ialah Cepetan/Cepetan Alas. Kesenian Cepetan merupakan kesenian tradisional bergenre Sendratari. Kesenian ini berasal dari kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen. Cepetan Alas berasal dari dua kata : Cepetan (bahasa Jawa; kata dasarnya adalah Cepet, nama salah satu jenis mahluk halus di Jawa) dan Alas (bahasa Jawa yang berarti Hutan). Kesenian tradisional Cepetan muncul di kecamatan Karanggayam pada tahun 1943, ketika Jepang berkuasa di Indonesia. Kesenian ini dipopulerkan oleh Lauhudan, seorang tokoh dari Karanggayam. Sendratari ini menggambarkan sebuah peristiwa pembukaan lahan pemukiman di daerah Karanggayam. Alkisah pada masa Jepang berkuasa di Indonesia, rakyat mengalami penderitaan baik sandang, pangan, dan papan yang luar biasa. Hal ini dialami juga oleh masyarakat Karanggayam....
Tarian ini mungkin menjadi salah satu kesenian yang cukup menarik di Semarang. Selain terdiri dari unsur musik, vokal, dan juga lawak atau lelucon, Gambang Semarang juga dipadu dengan tarian tradisional. Seiring perkembangannya, Gambang Semarang dipadukan pula dengan seni gerak tari, yang pada masa lampau ditarikan oleh penari-penari transeksual. Dalam bidang seni tari Gambang Semarang memiliki tiga ragam gerak baku, yaitu ngondhek, ngeyek, dan genjot yang ketiganya merupakan gerakan yang berpusat pada pinggul. Gerakan tangan (lambeyan) yang menyertai ketiga ragam gerak itu merupakan gerakan yang berpangkal pada pergelangan tangan dengan media gerak sebatas pusar hingga pandangan mata. Pada mulanya Gambang Semarang memang memiliki ciri musikal yang sama dengan Gambang Kromong, tetapi dalam perkembangan ciri-ciri itu semakin memudar dengan ditampilkannya lagu-lagu khusus Gambang Semarang, lagu-lagu daerah Jawa Tengah, lagu-lagu keroncong, dan lagu-lagu pop Jawa. Kalau p...
Tari Gecul asal Semarang ini memberi sentuhan lain dari tari topeng biasanya. Tari ini di iringi kentongan yang memberikan tanda menari buat penarinya yang membuat banyak penonton tersenyum dan sangat menghibur. Sumber : https://gpswisataindonesia.info/2017/01/tarian-tradisional-semarang-jawa-tengah/