Gundala-gundala karo Gundala-Gundala Karo pun terlahir dari sebuah legenda yang ada di Kabupaten Karo. Dahulu dikisahkan akan sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja bernama Sibayak. Raja tersebut kemudian bertemu seekor burung raksasa jelmaan dari petapa sakti yang bernama Gurda-Gurdi. Raja Sibayak pun akhirnya membawa pulang Gurda-Gurdi dan dijadikan sebagai penjaga putrinya. Gurda-Gurdi memiliki kekuatan yang bersumber pada paruhnya, oleh karena itu terdapat sebuah pantangan bahwa paruhnya tidak boleh disentuh oleh siapapun. Suatu ketika tanpa disengaja paruh tersebut tersentuh oleh sang putri dan spontan Gurda-Gurdi merasa marah dan memberontak. Akhirnya Raja Sibayak mengutus pasukannya untuk menyerang Gurda-Gurdi hingga meninggal. Kesalahpahaman tersebut menimbulkan kesedihan yang mendalam terhadap masyarakat Karo. Tangisan masyarakat yang mendalam pun disertai dengan hujan deras yang turun seolah turut berduka atas kepergian Gurda-Gurdi. Kemudian lahirlah t...
Tari ini berasal dari daerah Tapanuli Utara. Tari ini merupakan tari ritual, dahulunya tari ini dibawakan oleh dukun sambil membawa cawan berisi sesajen yang Sebagai media penyembuhan penyakit bagi masyarakat Tapanuli Utara.
Endeng-endeng dapat dikategorikan sebuah perpaduan tarian dan pencak silat. Tradisi ini lazimnya dilakukan masyarakat yang sedang menggelar pesat khitanan (sunat rasul) atau malam pesta perkawinan oleh masyarakat.Tari ini menggambarkan semangat dan ekspresi gembira masyarakat sehari- hari. Tari endeng-endeng merupan tari tradisi yang berasal dari daerah Tapanuli Selatan. Dalam penampilannya, endeng-endeng dimainkan oleh sepuluh pemain yakni dua orang bertugas sebagai vokalis, satu orang pemain keyboard, satu orang pemain tamborin, lima orang penabuh gendang, dan seorang pemain ketipung (gendang kecil). Biasanya lagu yang dibawakan berbahasa Tapanuli Selatan. Setiap tampil, kesenian ini memakan waktu empat jam. Daya tarik kesenian ini adalah joget dan tariannya yang ceria, sesuai dengan lagu-lagu yang dibawakan. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2014/10/tarian-tradisional-sumatera-utara/
Toping-toping adalah jenis tarian tradisional dari suku Batak Simalungun yang dilaksanakan pada acara duka cita di kalangan keluarga Kerajaan. Toping-toping atau huda-huda ini terdiri dari 2 (dua) bagian, bagian pertama yaitu huda-huda yang dibuat dari kain dan memiliki paruh burung enggang yang menyerupai kepala burung enggang yang konon menurut cerita orang tua bahwa burung enggang inilah yang akan membawa roh yang telah meninggal untuk menghadap yang kuasa, bagian kedua adalah manusia memakai topeng yang disebut topeng dalahi dan topeng ini dipakai oleh kaum laki-laki dan wajah topeng juga menyerupai wajah laki-laki dan kemudia topeng daboru dan yang memakai topeng ini adalah perempuan karena topeng ini menyerupai wajah perempuan (daboru). Pada Zaman dahulu penampilan huda-huda atau toping-toping dan tangis-tangis hanya dilaksanakan dikalangan keluarga kerajaan saja. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2014/10/tarian-tradisional-sumatera-uta...
Tari Guro-guro Aron (https://naniksriwahyuni.blogspot.com) Tari Guro-guro Aron adalah arena muda-mudi Karo untuk saling kenal dan sebagai lembaga untuk mendidik anak muda-mudi mengenal adat. Dahulu acara ini dibuat sebagai salah satu alat untuk membudayakan seni tari Karo agar dikenal dan disenangi oleh muda-mudi dalam rangka pelestariannya. Acara ini dilengkapi dengan alat-alat musik khas Karo yakni: Sarune, gendang (singindungi dan singanaki), juga dari penganak. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2014/10/tarian-tradisional-sumatera-utara/
Tari Landek (https://docs.google.com) Tari ini menggambarkan percintaan muda-mudi pada malam hari dibawah terang sinar bulan purnama, dibawakan dengan karakter gerak yang lebih lemah gemulai. Tari dalam bahasa Karo disebut “Landek.” Pola dasar tari Karo adalah posisi tubuh, gerakan tangan, gerakan naik turun lutut (endek) disesuaikan dengan tempo gendang dan gerak kaki. Pola dasar tarian itu ditambah dengan variasi tertentu sehinggga tarian tersebut menarik dan indah. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2014/10/tarian-tradisional-sumatera-utara/
Tari Tak-Tak Garo-Garo (https://ochypurba.wordpress.com) Tari ini menggambarkan kehidupan burung, terbang kesana kemari mencari makan dan bersendau gurau dengan kawan-kawanya. Tari ini berasal dari Phakpak, Dairi, Sumatera Utara. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2014/10/tarian-tradisional-sumatera-utara/
Tor Tor Sipitu Cawan adalah salah satu jenis tari tor tor yang berasal dari budaya masyarakat Batak di Sumatera Utara. Tarian ini sedikit berbeda dengan tari tor tor yang sering kita lihat. Tari Tor Tor Sipitu Cawan ini biasanya dibawakan oleh para penari wanita dengan membawa beberapa cawan yang ditaruh di bagian badan sebagai ciri khas dan property menarinya. Tarian ini tergolong tarian sakral dan hanya ditampilkan di acara-acara tertentu saja. Selain kesakralannya, tarian ini memiliki gerakan yang sangat unik dan cukup sulit, sehingga tidak bisa dilakukan oleh sembarang penari. Namun karena itulah, Tari Tor Tor Sipitu Cawan ini tergolong sebagai tarian yang mempunyai nilai seni yang tinggi. Sumber: https://www.jatikom.com/2018/11/34-provinsi-tari-adat-tradisional.html#ixzz5XxoIbUzn
Tari Endeng-endeng dapat dikategorikan sebuah perpaduan tarian dan pencak silat. Tradisi ini lazimnya dilakukan masyarakat yang sedang menggelar pesat khitanan (sunat rasul) atau malam pesta perkawinan oleh masyarakat.Tari ini menggambarkan semangat dan ekspresi gembira masyarakat sehari- hari. Tari endeng-endeng merupan tari tradisi yang berasal dari daerah Tapanuli Selatan. Dalam penampilannya, endeng-endeng dimainkan oleh sepuluh pemain yakni dua orang bertugas sebagai vokalis, satu orang pemain keyboard, satu orang pemain tamborin, lima orang penabuh gendang, dan seorang pemain ketipung (gendang kecil). Biasanya lagu yang dibawakan berbahasa Tapanuli Selatan. Setiap tampil, kesenian ini memakan waktu empat jam. Daya tarik kesenian ini adalah joget dan tariannya yang ceria, sesuai dengan lagu-lagu yang dibawakan. Sumber: https://www.jatikom.com/2018/11/34-provinsi-tari-adat-tradisional.html#ixzz5XxocBYSj