Tari Topeng Gong diciptakan oleh seorang maestro tari Betawi bernama Wiwiek Widiastuti. Tarian ini merupakan tari kreasi yang dibuat tahun 1994. Tari Topeng Gong mengulas hingar-bingarnya pengaruh era globalisasi. Di dalam tarian ini diceritakan tentang nilai kehidupan gadis-gadis muda pada masa ketika akan memasuki era tersebut. Tidak dapat dipungkiri, masuknya era globalisasi akan mendatangkan dampak sendiri. Ada rasa gusar yang dirasakan pencipta tari Topeng Gong ketika menyongsong era globalisasi mengenai apa yang akan didapat dari era tersebut. Segala macam pengaruh baik dan buruk dari globalisasi akan membawa dampak positif maupun negatif seperti dari bidang teknik, internet dll. Rasa gusar, senang, dan berbagai pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran tertuang dalam tarian ini.
Tari Sipatmo awalnya hadir dalam rangkaian upacara adat di Klenteng atau Wihara. Tarian ini mengalami transformasi pada abad ke-19 menjadi tari Cokek setelah seorang tuan tanah keturunan Tionghoa mulai sering menganggap tarian ini untuk memeriahkan pestanya. Ada empat ragam gerak Tari Sipatmo yang penting dan mengandung arti, yaitu gerak soja di dada,gerak soja berhadap-hadapan, gerakan mengayuh perahu, dan gerak-gerak selanjutnya merupakan stilisasi gerakan menunjuk. Gerak soja di dada mengisyaratkan agar menjaga hati selalu bersih. Gerak soja berhadap-hadapan adalah lambang atau pengingat untuk hormat-menghormati dan saling menyayangi. Gerakan seperti mengayuh perahu bermakna berani mengarungi samudra kehidupan. Gerakan menunjuk sembilan lawang, "pintu" masuknya noda yang kalau tidak dijaga dengan baik dapat mengotori sanubari. Sumber: Telisik Tari DKJ: Tari Betawi 'Topeng & Cokek'
Sebuah tari karya Wiwiek Widiyastuti yang diilhami dari bentuk cerita "Bapak Jantuk" pada kesenian Topeng Betawi. Tarian ini menggambarkan Bapak Jantuk sebagai sosok yang riang. Ceritanya mengungkapkan perasaan senang dan kegembiraan Bapak Jantuk dalam mengasuh anak. Kegembiraan Bapak Jantuk diungkapkan dengan bernyanyi, berbalas pantun dan juga menari. Rangkaian ungkapan inilah yang ditransformasikan ke dalam tatanan gerak tari Kembang Lambang Sari. Tokoh Bapak Jantuk adalah seorang laki-laki yang memakai topeng bermata sipit, kening menonjol ke depan dan pipinya tembem. Jalannya agak membungkik dan memakai tongkat. Biasanya menggunakan kain ikat kepala (ikat), jas, celana pangsi, sarung, kedok dan tongkat. Sumber: Telisik Tari DKJ: Tari Betawi 'Topeng & Cokek'
Disebut tari topeng tiga karena penarinya berturut-turut mengenakan tiga buah topeng. Tiga topeng ini dimaksudkan untuk menggambarkan tiga watak. Topeng pertama berwarna putih ini menunjukkan sifat yang halus dan penyabar. Topeng kedua berwarna merah jambu, menggambarkan watak kenes, suka bertingkah dan pandai bicara. Topeng ketiga berwarna merah, melukiskan watak yang suka mengumbar amarah. Sebelum adanya larangan ngamen di Jakarta, tarian ini biasaya dipertunjukkan berkeliling dari rumah ke rumah. Sedangkan menurut tradisinya, tarian ini adalah bagian dari pergerlaran sandiwara rakyat yang hidup dan berkembang di wilayah budaya Betawi pinggiran. Sumber: Telisik Tari DKJ: Tari Betawi 'Topeng & Cokek'
TARI LENGGANG NYAI TARIAN YANG BERASAL DARI TANAH BETAWI Setiap seni tari tradisonal memiliki pesan yang ingin disampaikan dalam setiap gerakannya. Ada cerita yang mengispirasi seorang koreografer dalam mencipta gerak tariannya, semisal cinta, gairah, perjuangan dan sebagainya. Salah satu tarian yang terinspirasi dari hal-hal tersebut adalah Tari Lenggang Nyai, tarian yang berasal dari tanah Betawi yang menceritakan kisah Nyai Dasimah. Asal mula tari lenggang ini berasal dari kisah nyai dasimah,Nyai Dasimah adalah gadis cantik asal Betawi yang berada dalam kebingunannya memilih dua pilihan pasangan hidup, seorang Belanda dan Seorang Indonesia. Ia kemudian menjadi istri seorang Belanda, Edward William. Merasa terkekang oleh aturan-aturan yang dibuat suaminya, Nyai Dasima menjadikan alasan tersebut untuk memberontak atas kesewenang-wenangan yang dilakukan terhadap dirinya. Perjuangan atas hak-hak perempuan itulah yang menginspirasi Wiwiek Widiastu...
Seni tari tradisional Betawi sebagaimana seni tari dari suku-suku lainnya di Indonesia, merupakan bagian dari sistem representasi sekaligus kristalisasi dari keseharian masyarakatnya. Jika kembali menilik fungsi tari, maka salah satunya adalah sebagai ekspresi atau ungkapan perasaan yang divisualisasikan dalam bentuk gerak. Salah satu jenis tari tradisional Betawi yang memiliki fungsi sebagai ungkapan perasaan adalah Tari Renggong Manis. Tarian tradisi etnik Betawi ini merupakan hasil kawin silang budaya, yaitu Tari Renggong Manis. Tarian yang merupakan ungkapan kebahagiaan dan rasa kebersamaan para remaja putri ini merupakan perpaduan antara budaya Betawi, Arab, India, dan terutama budaya Cina Klasik. Tidak heran jika melihat banyaknya pengaruh budaya luar yang banyak masuk ke dalam budaya Betawi, mengingat letak Jakarta dan adanya pelabuhan Sunda Kelapa sendiri yang merupakan pintu menuju Indonesia di masa lampau. Tari Renggong Manis biasa dimainkan dalam acara...
Tari Cokek merupakan tarian yang berasal dari budaya Betawi tempo dulu. Dewasa ini orkes gambang kromong biasa digunakan untuk mengiringi tari pertunjukan kreasi baru, seperti tari Sembah Nyai, Sirih Kuning dan sebagainya, di samping sebagai pengiring tari pergaulan yang disebut tari cokek. Tari cokek ditarikan berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Tarian khas Tangerang ini diwarnai budaya etnik Cina. Penarinya mengenakan kebaya yang disebut cokek. Tarian cokek mirip sintren dari Cirebon atau sejenis ronggeng di Jawa Tengah . Tarian ini kerap identik dengan keerotisan penarinya, yang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat. Pembukaan pada tari cokek ialah wawayangan. Penari cokek berjejer memanjang sambil melangkah maju mundur mengikuti irama gambang kromong. Rentangan tangannya setinggi bahu meningkah gerakan kaki. Setelah itu mereka mengajak tamu untuk menari bersama, dengan mengalun...
Tari Yapong, Tarian Khas Betawi Tari yapong merupakan tarian dengan kreasi Betawi yang penuh keceriaan dengan gerakan yang erotis dan dinamis. Tari yapong ini ialah tari kontemporer yang menggambarkan pergaulan muda-mudi, yang diciptakan oleh seorang seniman produktif asal Yogyakarta yakni Bagong Kussudiardja, yang mana menurut sejarah, tari yapong awalnya merupakan tari yang sengaja dipentaskan dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun Jakarta yang ke-450 pada tahun 1977. Dengan mengangkat tema tentang perjuangan Pangeran Jayakarta dan Pagelaran berbentuk sendratari ini dipercayakan kepada Bagong Kussudiarjo sebagai penyelenggara acara tersebut. Untuk menciptakan tarian ini, Bagong melakukan berbagai riset dengan terjun langsung dengan mengamati tingkah polah masyarakat Betawi saat itu. Hingga akhirnya menjadi sebuah sendatari yang di pentaskan di Balai Sidang Senayan, Jakarta, pada tanggal 20 Juni 1977. Nama “yapong” sendiri sebenarnya tidak memiliki arti...
Tarian betawi yang satu ini dibawa oleh para cukong atau tuan tanah peranakan tionghoa yang kaya raya. Dulu mereka merawat penari cokek dan pemain-pemain Gambang Kromong. Tarian cokek ini diiringi oleh musik Gambang Kromong dan sering ditampilkan dalam acara-acara yang diadakan oleh Tuan Tanah, seperti acara perayaan dan pernikahan. Oleh karena itu, tarian dan pakaian tari Cokek Betawi agak mirip dengan tarian-tarian di Cina karena Tari Cokek sendiri ialah hasil akulturasi dari kebudayaan asli Betawi dengan kebudayaan Tionghoa. Seiring berkembangnya zaman, tuan tanah yang mau menampung hidup penari cokek dan Gambang Kromong pun berkurang. Alhasil sedikit sekali yang mau melestarikan tarian betawi ini. Tari cokek agak mirip dengan ngibing. Ciri khasnya yang lain adalah goyang pinggul yang geal-geol. Kini pemain cokek dan pemain Gambang Kromong yang profesional sedikit susah dicari, karena sedikitnya peminatnya sehingga tidak ada penerus dari para penari cokek ini. Sekarang ini Ta...