Parang Tetak parang termasuk jenis senjata tebas, terbuat dari besi dengan teknik tempa. Pada bagian ujung benda ini menyerupai empat persegi (melebar) bentuk keseluruhan agak melengkung, bagian pangkal dilapisi perak yang diberi motif bergerigi. Bagian gagang dilapisi dengan perak diberi hiasan motif flora.
Pedang khas jambi ini memiliki bentuk wujud sama seperti pedang-pedang pada umumnya, Tetapi bila lebih diperhatikan lebih jelas lagi, kita bisa melihat adanya 2 mata pada besi pedang ini. Kedua mata pada besi pedang ini sangat tajam sekali dan dapat melukai anggota tubuh, pedang ini sangat berbeda dengan pedang-pedang lainnya, yang mana kebanyakan pedang-pedang pada umumnya hanya memiliki 1 mata yang tajam, dan memiliki ujung yg sangat runcing. Demikianlah penjelasan tentang Senjata Tradisional Jambi, mudah mudahan informasi tentang sejarah ini dapat bermanfaat, dan menambah wawasan ilmu tentang senjata tradisional. Terimakasih untuk teman-teman telah membaca artikel yang ala kadar nya ini... Sumber : http://www.budaya-indonesia.org/a/u/a
Senjata sumpit ini merupakan senjata tradisional yang banyak dipergunakan suku-suku adat yang ada di Negara Indonesia. Tidak terkecuali di daerah Jambi. Pada Suku kubu ada sumpit yang dipergunakan oleh penduduk tersbut untuk berburu binatang. Suku Kubu ini seperti suku yang terdapat di pedalaman hutan, yang mana sampai saat ini suku tersebut masih tetap bertahan hidup didalam hutan yang belantara dan menjauhkan diri dari lingkungan luar/perkotaan. Ketika berburu hewan didalam hutan, suku kubu ini sering menggunakan sumpit sebagai peralatan utama yang kerap digunakan untuk berburu. Hewan buruan tersebut disumpit dengan menggunakan selongsong panjang, yang mana sumpit itu diisi racun pada anak panahnya, sehingga hewan-hewan buruan nya pun tidak dapat kabur jauh bila telah terkena oleh anak panah yang diberi racun tersebut.
Pedang selangkeh yang merupakan senjata tradisional asli Kerinci perlu dipopulerkan kembali kepada publik sehingga menjadi khazanah kebudayaan masyarakat setempat. Pada masa kerajaan, selangkeh dipergunakan oleh para hulubalang dan para depati (adipati), tidak saja sebagai senjata untuk bertempur di medan peperangan, tetapi juga sebagai sko (barang pusaka) yang mencerminkan kewibawaan sekaligus sebagai simbol kekuasaan bagi para depati. Selangkeh adalah pedang yang tidak memiliki sarung. Pemilik membawa senjata itu ke mana pun dengan cara dipegang atau diselipkan di pinggang. Sebagai gambaran, bentuk selangkeh adalah pedang panjang yang sedikit melengkung dan berujung runcing. Selangkeh terbuat dari besi atau baja kualitas tinggi, dan gagangnya memiliki pelindung. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/01/senjata-tradisional-jambi/
Keris Senja Merjaya merupakan keris pemberian Sultan Palembang kepada Pangeran Ratu Anom Martadiningrat sebagai hadiah perkawinannya dengan putri Palembang. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/01/senjata-tradisional-jambi/
Sumber : Arsip Senjata Kota Jambi Senjata Tombak ini memang sangat dikenal oleh sebagian besar suku-suku yang ada di nusantara, senjata tombak ini dikenal oleh suku-suku nusantara sebagai salah satu senjata yang banyak fungsinya. Terkecuali dengan penduduk suku Jambi. Walaupun begit, tombak khas Jambi ini memiliki beberapa keunikan pada bentuk senjata tersebut. Dibagian tangkai gagang pegangan paling pangkal tombak ini biasanya ikut di runcingkan seperti pada bagian atas tombaknya. Setelah di runcingkan bagian bawahnya, kemudian pada tangkai yang dekat dengan mata tombak itu diberi semacam penadah. Anda bisa melihat bentuk wujud dari penampakan senjata tradisional Jambi pada gambar yang telah dicantumkan di atas. Sumber :https://www.cintaindonesia.web.id/2018/01/lengkap-senjata-tradisional-provinsi.html
Keris Siginjai ini merupakan senjata yang dimiliki oleh Raja Rangkayo Hitam. Biasanya digunakan untuk melindungi diri. Sang Raja selalu membawa Kris Siginjai kemanapun, karena senjata tersebut berfungsi sebagai tusuk kondenya. Dalam Bahasa Jambi Tusuk Konde disebut dengan Ginjai. Itulah yang melatarebelakangi penamaan senjata tradisional ini. Keris Siginjai menjadi pusaka yang dimiliki secara turun temurun oleh Kesultanan Jambi. Selama 400 tahun senjata ini tidak hanya sekedar lambang mahkota kesultanan Jambi, tetapi juga sebagai lambang pemersatu rakyat Jambi. Sultan terakhir yang memegang benda kerajaan itu adalah Sultan Achmad Zainuddin pada awal abad ke 20.
Keris Si Ginjai merupakan pusaka Kesultanan Jambi yang ada sejak masa Orang Kayo Hitam berkuasa di negeri ini, 400 tahun silam. Konon berdasarkan cerita orang-orang tua, keris sakti ini ditempa Orang Kayo Hitam di tanah Jawa kepada seorang empu dengan menggunakan bahan dan peralatan dari besi yang seluruh katanya berawalan "pa". Misalnya alat bernama "parang", "pacul", "pasak besi", "palu", dan sebagainya. Namun dalam kenyataannya, Keris Si Ginjai dibuat dari bahan besi, emas, kayu dan nikel dengan kualitas baik. Dalam cerita rakyat Jambi, dengan keris ini pula Orang Kayo Hitam dahulunya mengamuk di Mataram, menolak dengan tegas upeti (pajak) bagi Mataram, sebagai tanda penolakan kekuasaan kerajaan Jawa itu atas negeri Jambi. Sultan terakhir yang memegang benda kerajaan ini adalah Sultan Achmad Zainuddin yang hidup pada awal abad ke 20. Pada tahun 1903 Masehi Pangeran Ratu Martaningrat keturunan Sultan Thaha yang terakhir menyerahkan keris Singa Marjaya kepada Residen Palemba...
Proyek Penelitian, Pengkajian, dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya menggali nilai-nilai budaya dari setiap suku bangsa/daerah. Penggalian ini mencakup aspek-aspek kebudayaan daerah dengan tujuan memperkuat penghayatan dan pengamalan Pancasila guna tercapainya ketahanan nasional di bidang sosial budaya. Untuk melestarikan nilai-nilai budaya dilakukan penerbitan hasil-hasil penelitian yang kemudian disebarluaskan kepada masyarakat umum. Pencetakan naskah yang betjudul Senjata Tradisional Masyarakat Daerah Jambi, adalah usaha untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Sumber: Karim, Navarin and Purnomo, Hari and Budiman, Irwan (1993). Senjata tradisional masyarakat daerah Jambi. Documentation. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Jakarta. http://repositori.kemdikbud.go.id/8274/