Belum ada sumber yang bisa menjelaskan dengan pasti awal mula senjata tombak dengan ujung berbentuk trisula ini. Ada sebagian ahli berasumsi bahwa tombak trisula punya kaitan dengan perkembangan budaya Hindu pada masa pemerintahan Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Kota Palembang. Namun, tombak trisula khas daerah Sumatera Selatan punya dua ujung sisi yang bisa digunakan sebagai senjata. Salah satu ujungnya berbentuk trisula, sedangkan ujung yang lainnya berupa mata tombak berbentuk segitiga yang diukir demikian cantik. Â Sumber:Â https://gpswisataindonesia.info/2015/01/senjata-tradisional-sumatera-selatan/ Â
Bergeser ke arah hulu, tepatnya dalam budaya masyarakat Pagar Alam, kita akan menemukan varian senjata tradisional Sumatera Selatan lainnya yang hingga kini masih eksis. Senjata tersebut bernama khudok. Khudok adalah sebilah pisau kecil yang bentuknya sama seperti badik Lampung. Bilahnya ditempa dari bahan logam berkualitas, sementara gagang dan sarungnya dibuat dari kayu jati. Khudok kerap dibawa para pria, terutama pria muda kemanapun pergi untuk menjaga diri. Kebiasaan membawa khudok bagi para bujang hingga kini masih tetap ada khususnya di budaya masyarakat Pagar Alam hulu. Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2017/03/senjata-tradisional-sumatera-selatan.html
Senjata tradisional pada masa Kesultanan Palembang Darussalam dipakai untuk pertahanan diri dari serangan musuh.Terdapat macam-macam jenis senjata yang digunakan sebagai pertahanan diri maupun menunjukkan kelas sosial dalam masyarakat. Salah satunya Keris Palembang. Jika dicermati, senjata tersebut merupakan bentuk dari akulturasi budaya-budaya besar pada saat itu. Misalnya kebudayaan Tiongkok, India dan kebudayaan Arab. Akulturasi tersebut merupakan bukti tingginya peradaban negeri yang mampu menyerap berbagai budaya dan menyatukannya dalam budaya yang berbeda dari aslinya
SDGs (Sustainable Development Goals) merupakan agenda pembangunan dunia yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan manusia secara global. Salah satu tujuan SDGs adalah tanpa kelaparan. Tujuan SDGs nomor dua bertujuan untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, memperbaiki nutrisi, dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan. Namun faktanya, masih terdapat ancaman kelaparan terhadap masyarakat. Menurut laporan The State of Food Security and Nutrition in the World 2022, pada tahun 2021 angka kelaparan penduduk dunia mencapai 828 juta. Bahkan, telah diprediksi pada tahun 2030 akan terdapat lebih dari 670 juta orang yang akan menderita kelaparan (Febriani et al., 2022). Produktivitas padi tidak meningkat dapat disebabkan karena tidak tersedianya tenaga kerja muda dalam sektor pertanian tersebut (Sahara et al.,2013). Sehingga diperlukan suatu upaya solutif untuk menangani masalah tersebut. Transplanter merupakan solusi yang solutif dalam membantu mewujudkan tujuan SDGs no...