MANDAU Senjata ini adalah sebuah representasi dari suku Dayak Kalimantan. Dalam kepercayaan suku Dayak, Mandau juga disebut “Ambang Birang Bintang Pono Ajun Kajau" atau memiliki kekuatan spiritual yang mampu melindungi pemiliknya dari bahaya. Sehingga ada cara khusus untuk merawatnya. Bentuk Mandau sendiri hampir mirip dengan pedang, karena bentuknya yang panjang. Namun, Mandau memiliki keunikan yang mungkin tidak ada di senjata lain, yaitu ada ukiran di setiap bilah yang tidak tajam dan juga bentuk gagangnya yang khas. Selain menjadi barang keramat untuk suku Dayak, senjata tradisional ini juga menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan, baik lokal maupun luar negeri yang datang ke Kalimantan. Kebanyakan mereka membeli Mandau untuk pajangan di rumah.
Tameng tradisional Dayak, atau biasa disebut sebagai Terabai. Dibuat khusus dan unik untuk setiap pemiliknya. Fungsi dari tameng atau Terabai ini adalah untuk menyalurkan energi
Masyarakat Dayak Ngaju di daerah Kalimantan Barat mempunyai senjata khas yang bernama Dohong . Senjata ini berbentuk sebuah mata tombak yang juga dapat dialih fungsikan sebagai pisau. Dulunya Dohong berfungsi sebagai senjata perang, namun saat ini Dohong digunakan masyarkat setempat untuk berburu, bercocok tanam, memotong tali pusar dan menyembelih hewan kurban. Maka dari itu, orang yang memilik dohong hanya ketua adat dayak atau seorang pisur. Senjata tradisional tersebut dipercaya oleh banyak masyarakat Dayak sebagai senjata tertua yang dimiliki oleh mereka. Dalam perkembangannya, saat ini sudah jarang digunakan sebagai senjata melainkan disimpan sebagai benda pusaka. Sumber: https://suka-suka.web.id/35-senjata-tradisional-indonesia/ https://asyraafahmadi.com/in/pengetahuan/spesialisasi/persenjataan/senjata-tradisional/dohong/
Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya). Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya, karena tidak simetris di bagian pagkal yang melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2016/02/senjata-tradisional-kalimantan-barat/
Selama ini, mungkin masyarakat lebih mengenal mandau dan parang sebagai senjata tradisional yang dimiliki suku Dayak. Padahal, suku yang mendiami daerah pesisir Pulau Kalimantan ini memiliki satu lagi senjata tradisional, yaitu duhung. Konon, senjata tradisional ini diyakini sebagai senjata tertua suku Dayak. Masyarakat Dayak meyakini duhung sudah tercipta ketika manusia belum ada di dunia. Duhung merupakan senjata yang diciptakan oleh leluhur suku Dayak di alam atas, kayangan. Manusia pertama yang memiliki duhung adalah mereka yang dipercaya sebagai leluhur suku Dayak. Pada awalnya, hanya tiga orang yang memiliki duhung, yaitu Raja Sangen, Raja Sangiang, dan Raja Bunu. Menurut legenda, ketiga raja tersebut memiliki duhung yang berbeda. Duhung milik Raja Sangen dan Raja Sangiang terbuat dari besi yang bisa mengapung. Sementara, duhung milik Raja Bunu terbuat dari besi yang tidak bisa mengapung. Duhung jenis ini biasa disebut sanaman leteng. Raja Bunu inilah yang diyakini...
Nyabur adalah variasi bentuk lain dari Mandau atau parang ilang, dimana bilahnya melengkung dan ujung runcing keatas, biasanya dibawah gagangnya ada semacam kait besar disebut kundieng. Nyabur juga memliki variasi bentuk lain akibat pengaruh budaya melayu atau arab, perubahan ini ada pada gagang dan motive yang menghiasi bilahnya. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2016/02/senjata-tradisional-kalimantan-barat/
Parang duku adalah senjata yang dikenal oleh kaum Dayak Iban – kegunaanya sama dengan candong. Sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2013/09/12/senjata-khas-dayak-part-3/
Suku Dayak adalah suku yang mendiami daerah pedalaman di Pulau Borneo/Kalimantan. Suku dayak memiliki beragam budaya yang unik dan menarik untuk dikenali, mulai dari rumah adat, tarian tradisional, bahasa maupun kepercayaan. Suku dayak juga terkenal dengan sejarahnya yang banyak terlibat dalam berbagai perang antarsuku, bahkan dengan suku Madura di Jawa Timur. Sebagai suku yang memiliki jiwa perang, suku Dayak memiliki berbagai macam senjata untuk melengkapi kekuatan militer mereka. Salah satu senjata yang banyak digunakan adalah semacam tombak bernama Lunju. Keluarga ibu saya berasal dari Pontianak yang terkenal dengan suku dayaknya di hutan-hutan pedalaman, dan nenek saya pernah memiliki senjata lunju sebagai koleksi saat belum berpindah ke Jakarta. Lunju merupakan senjata tombak yang memiliki tiga bahan utama, yaitu mata tombak, lembing, dan tali pengikat. Mata tombak dari Lunju terbuat dari besi/baja, seperti bahan baku tombak seperti biasanya. Lembing dari lunju dibuat dengan...
Dalam bahasa Dayak, Sipet memiliki arti senjata tiup yang bernama sumpit. Senjata ini memiliki 2 bagian, yaitu sipet /selongsong yang berbahan kayu berongga atau bambu serta anak sumpit (damek). Selongsong sipet ini biasanya berukuran 1,5-2,5 meter. Sedangkan rongga yang ada di bagian tengah berukuran 0,35-0,75 cm. kayu dan rongga sipet yang dibuar harus benar-benar lurus sehingga membuat tembakan menjadi semakin akurat. Selongsot sipet tersebut digunakan untuk damek sebagai anak sumpit. Damek terbuat dari kayu atau bamboo yang tajam berukuran kecil. Jika digunakan untuk berburu atau perang, biasanya mata runcing damek ditambahkan dengan racun yang berasal dari getah pohon ipuh. Meskipun berasal dari getah pohon, namun jangan salah jika racun ini amat mematikan. Jika damek beracun ini dapat melukai harimau dewasa, maka dalam waktu 10 menit saja harimau tersebut bisa mati. Suku Daya, Kalimantan barat memang sudah terbiasa menggunakan sipet sejak dari zaman nenek moyang dahulu. Te...