Dalam bahasa Dayak, Sipet memiliki arti senjata tiup yang bernama sumpit. Senjata ini memiliki 2 bagian, yaitu sipet /selongsong yang berbahan kayu berongga atau bambu serta anak sumpit (damek). Selongsong sipet ini biasanya berukuran 1,5-2,5 meter. Sedangkan rongga yang ada di bagian tengah berukuran 0,35-0,75 cm. kayu dan rongga sipet yang dibuar harus benar-benar lurus sehingga membuat tembakan menjadi semakin akurat. Selongsot sipet tersebut digunakan untuk damek sebagai anak sumpit. Damek terbuat dari kayu atau bamboo yang tajam berukuran kecil. Jika digunakan untuk berburu atau perang, biasanya mata runcing damek ditambahkan dengan racun yang berasal dari getah pohon ipuh. Meskipun berasal dari getah pohon, namun jangan salah jika racun ini amat mematikan. Jika damek beracun ini dapat melukai harimau dewasa, maka dalam waktu 10 menit saja harimau tersebut bisa mati.
Suku Daya, Kalimantan barat memang sudah terbiasa menggunakan sipet sejak dari zaman nenek moyang dahulu. Terutama kaum pria suku Dayak, begitu piawai menggunakan senjata sederhana ini. Akurasi tembakan yang cukup tinggi ditambah dengan teknik membidik yang mumpuni mampu untuk membuat penjajah Belanda tak merasa gentar untuk berperang melawan masyarakat Dayak. Hingga kini, sumpit atau sipet masih digunakan salah satunya yaitu diadakannya pagelaran lomba sumpit sebagai bentuk pelestarian dari kebudayaan Suku Kutaidan dayak yang tersebar di berbagai sudut di Kabupaten Kutai Kartanegara. Menyumpit memang sudah menjadi tradisi sehari-hari bagi suku asli Kalimantan untuk berburu binatang.
Sumber : https://budayalokal.id/senjata-tradisional-kalimantan-barat/
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati
Bangunan GKJ Pakem merupakan bagian dari kompleks sanatorium Pakem, yang didirikan sebagai respon terhadap lonjakan kasus tuberculosis di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20, saat obat dan vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan. Sanatorium dibangun untuk mengkarantina penderita tuberculosis guna mencegah penularan. Keberadaan sanatorium di Indonesia dimulai pada tahun 1900-an, dengan pandangan bahwa tuberculosis adalah penyakit yang jarang terjadi di negara tropis. Kompleks Sanatorium Pakem dibangun sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan kapasitas di rumah sakit zending di berbagai kota seperti Solo, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya. Lokasi di Pakem, 19 kilometer ke utara Yogyakarta, dipilih karena jauh dari keramaian dan memiliki udara yang dianggap mendukung pemulihan pasien. Pembangunan sanatorium dimulai pada Oktober 1935 dan dirancang oleh kantor arsitektur Sindoetomo, termasuk pemasangan listrik dan pipa air. Sanatorium diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono VIII pada 23...
Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 Masukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap
Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...
Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.