Sejenis Senjata tradisional dari daerah Kepulauan Riau. Pada pangkal sarung Tumbuk Lada terdapat bonjolan bundar yang selalunya dihias dengan ukiran yang dipahat. Sarung senjata ini selalunya dilapis dengan kepingan perak yang diukir dengan pola-pola rumit. Panjang bilah tumbuk lada sekitar 27 cm hingga 29 cm. Lebar bilahnya sekitar 3.5 cm hingga 4 cm. Dari tengah bilah sampai ke pangkalnya terdapat alur yang dalam. Selain keris, Tumbuk Lada pada zaman dulu juga menjadi salah satu kelengkapan pakaian adat di Kepulauan Riau, Deli, Siak dan Semenanjung Tanah Melayu. Tumbuk Lada digunakan secara menikam, mengiris dan menusuk dalam pertempuran jarak dekat. Ia boleh dipegang dengan dua jenis genggaman yaitu dengan mata keatas ataupun mata ke bawah.
Senjata adat ini berbentuk menyerupai badik milik masyarakat bugis. Namun memiliki gagang yang lurus. Selain untuk berburu senjata ini juga dipergunakan untuk berperang.
Keris Siginjai terkenal karena peranan dari Rang Kayo Hitam ketika melawan Raja Mataram. Keris ini hampir mirip dengan keris pada umumnya. Keris ini juga sering disebut duwung/curiga/tosan aji. Berikut adalah struktur/susunan dari keris Siginjai : Bilah Keris (Wilahan) Merupakan bagian utama dari sebuah keris. Dibagi menjadi dua tipe, yaitu lurus (dapur leres), atau berkelok (dapur luk). Bilah keris Siginjai memiliki panjang 39 cm, dengan kelok berjumlah 5. Permukaan keris dilapisi emas sehingga memunculkan kesan berkilau dan megah. Keris ini memiliki mata runcing dan 6 buah tonjolan pada badan keris yang mengarah keluar. Tonjolan terbesar disebut belalai gajah atau keluk kancang. Hulu Keris Hulu atau gagang keris terbuat dari kayu kemuning yang bagian kepalanya menjorok ke arah permukaan badan keris, yang pada bagian terdekat wilahan mendak (berbentuk kelopak teratai). Di atas mendak terdapat 16 garis lengkung, yang masing-masing dihiasi ba...
Keris pusakan Kesultanan Jambi. Bilahnya berhiaskan logam emas bermotif anggrek kamorangan kinatah Hulu dihiasi batu mulia dan sarung dibuat dari material kayu yang berbungkus emas bermotif sulur daun khas Jambi. Keris pusaka ini diwariskan turun-temurun oleh Sultan-sultan Jambi. Sultan Thaha merupakan sultan terakhir yang menyandang keris Siginjei.
Keris Singa Merjaya disandang oleh Pangeran Ratu atau Putera Mahkota Kesultanan Jambi. Disebutkan, keris ini merupakan hadian Sultan Palembang kepada Pangeran Ratu Anom Martaningrat sebagai hadiah perkawinannya dengan Putri Palembang.
Pedang dari Kesultanan Jambi dan merupakan salah satu peninggalan tertua. Terdiri dari bilah dan hulu dengan bentuk lurus dan melengkung. Pedang ini digunakan untuk menusuk dan menebas. Dua sisi tajaman ada bermata ganda dan bermata satu. Koleksi ini merupakan peninggalan yang pernah dipakai ole para kesatria dan prajurit perang dari masa Kesultanan Jambi.
Awalnya keris ini merupakan hadiah dari Panembahan / Dewan Patih dalam kepada Jenang (Orang Rimba) untuk menandai adanya penarik pajak yang diserahkan kepada Raja / Sultan Jambi
Kampilan merupakan sebuah pedang yang termasuk jenis senjata tebas. Kampilan merupakan senjata tradisional yang dimiliki oleh suku Melayu bagian Timur Jambi. Gagang terbuat dari kayu dibentuk menyerupai kepala naga dan dilengkapi dengan rumbai. Pedang ini pernah digunakan oleh pasukan Selempang Merah dalam menghadapi tentara Belanda di Kuala Tungkal pada masa perang kemerdekaan RI tahun 1949. Untuk menambah semangat dalam perjuangannya selalu disertai dengan menyebut nama Alla "Yaa zal zala liwa ikram."