Talawang adalah perisai pelindung diri khas masyarakat Dayak. Dalam bahasa Dayak Ngaju alat ini disebut talawang, sedangkan dalam bahasa Dayak Ma’anyan disebut kajubet. Talawang dibuat dari bahan kayu yang ringan tetapi kuat. Bentuknya segi enam memanjang dengan ukuran panjang kurang lebih 1 meter dan lebarnya kurang lebih 0,5 meter dengan perkiraan dapat menutupi dada manusia guna menangkis mandau atau tombak musuh apabila terjadi perkelahian dalam perang. Keseluruhan bidang depan talawang biasanya diukir bentuk topeng (hudo), lidah api, dan pilin ganda. Selain sebagai pelengkap alat pertahanan diri, perisai juga digunakan sebagai pelengkap dalam tari-tarian. Biasanya talawang dihiasi dengan ukir-ukiran khas Dayak, sehingga banyak pula dekorasi produk desain interior rumah dan bagian-bagian arsitektural dari kriya seni ukir Dayak Kalimantan Tengah yang menggambarkan Talawang ini. Sumber: Umberan, Musni, Dkk. 1994. Sejarah Kebudayaan Kalimantan. Jakarta: Dep...
Kancip adalah alat pemotong sejenis gunting yang digunakan untuk memotong buah pinang pelengkap sirih pinang sumber : https://gpswisataindonesia.wordpress.com/2016/02/26/senjata-tradisional-kalimantan-tengah/
Senjata Tradisional Kalimantan Tengah
Talawang adalah perisai pelindung diri khas masyarakat Dayak. Dalam bahasa Dayak Ngaju alat ini disebut talawang, sedangkan dalam bahasa Dayak Ma’anyan disebut kajubet. Talawang dibuat dari bahan kayu yang ringan tetapi kuat. Bentuknya segi enam memanjang dengan ukuran panjang kurang lebih 1 meter dan lebarnya kurang lebih 0,5 meter dengan perkiraan dapat menutupi dada manusia guna menangkis mandau atau tombak musuh apabila terjadi perkelahian dalam perang. Keseluruhan bidang depan talawang biasanya diukir bentuk topeng (hudo), lidah api, dan pilin ganda. Selain sebagai pelengkap alat pertahanan diri, perisai juga digunakan sebagai pelengkap dalam tari-tarian. Biasanya talawang dihiasi dengan ukir-ukiran khas Dayak, sehingga banyak pula dekorasi produk desain interior rumah dan bagian-bagian arsitektural dari kriya seni ukir Dayak Kalimantan Tengah yang menggambarkan Talawang ini. Sumber: Umberan, Musni, Dkk. 1994. S...
Sumpit atau sumpitan (bahasa Kalimantan Tengah: sipet) adalah senjata yang digunakan untuk berburu maupun dalam pertempuran terbuka atau sebagai senjata rahasia untuk pembunuhan diam diam. Penggunaan sumpit yaitu dengan cara ditiup. Dari segi penggunaannya sumpit atau sipet ini memiliki keunggulan tersendiri karena dapat digunakan sebagai senjata jarak jauh dan tidak merusak alam karena bahan pembuatannya yang alami. Dan salah satu kelebihan dari sumpit atau sipet ini memiliki akurasi tembak yang dapat mencapai 200 meter.[1]
Berasal dari kata Man-Da-U yakni nama seorang penjelajah dari suku bangsa kuno cina Namman atau biasanya disebut suku barbar dari selatan. Ia datang bersama tawanan perangnya dan budak-budaknya untuk mencari hasil alam dan membentuk kelompok- kelompok. Tubuh- tubuh mereka di tandai dengan ukiran tato. Mandau dibuat pad awalnya karena Man Da U terkenal sangat kejam dan ahli dalam berperang sehingga munculah tradisi Pangayauan ( memenggal kepala) dan mempunyai ciri ukiran khusus dibagian bilah yang tidak tajam untuk memperindah bentuknya
Dalam bahasa Kalimantan khususnya kalimantan tengah di kenal dengan sipet yang digunakan untuk berburu ataupun pertempuran terbuka. Penggunaannya dengan cara di tiup memiliki keunggulan tersendiri karena bisa digunakan dalam jarakj yang relatif jauh hingga 200 meter
Kuntau bangkaui adalah bela diri asli dayak ngaju yang sudah digunakan sejak zaman asang kayau atau headhunters. Kuntau Bangkui adalah seni bela diri untuk self-defense yang menggunakan seluruh gerakan anggota tubuh; seperti gerakan tangan, bahu, tinju, telapak tangan, jemari, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Sisi kaki dan tapak kaki digunakan secara sistematis dan teratur untuk menghindar dan menyerang. Orang-orang dayak di daerah Kalimantan Tengah tidak mengumpulkan kepala seperti kebiasaan beberapa sub suku dayak lain, namun mendapatkan satu kepala sebagai trophy ketika berperang adalah cara untuk menunjukan kejantanan dan kesiapan menikah. Karena setiap orang dayak pada masa lalu harus siap membela diri dari serangan para asang-kayau dari kampung atau sub suku lain yang kapan saja bisa menyerangnya. Oleh karena itu ada istilah “Mamut menteng” – orang yang mamut menteng bukan orang yang biasa dan berilmu, tetapi yang berani melawan para kayau atau bahka...