Upacara adat yang hidup dan berkembang di Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat merupakan wujud nyata perilaku masyarakat yang menjunjung tinggi para leluhur mereka. Salah satunya adalah upacara Labuh Saji yang dilaksanakan oleh masyarakat nelayan sebagai ungkapan syukur kepada Sang Hyang Widi yang memberikan kesejahteraan dalam kehidupan mereka. Upacara adat labuh saji merupakan tradisi turun-temurun nelayan Palabuhanratu untuk memberikan penghormatan kepada seorang putri bernama Nyi Putri Mayangsagara atas perhatiannya terhadap kesejahteraan nelayan. Mayangsagara mulai melakukan upacara labuh saji sebagai tradisi tahunan sejak abad ke-15 untuk memberikan bingkisan kepada Nyi Roro Kidul yang waktu itu dipercaya sebagai penguasa laut selatan. Mayangsagara melakukan upacara itu agar rakyatnya mendapat kesejahteraan dari pekerjaan mereka sebagai nelayan. Mitos yang berkembang menyatakan, Nyi Putri Mayangsagara merupakan putri Raden Kumbang Bagus Setra dan Rat...
Waktu pelaksanaan : 14 Maulud pagi hari Upacara yang dilakukan oleh juru kunci yang merupakan bukti bahwa mereka masih melestarikan dan melaksanakan tradisi leluhurnya juga mensosialisasikan keberadaan benda-benda pusaka peninggalan Sunan Rohmat Suci. Pusaka tersebut merupakan simbol perjuangan dan perilaku Sunan Rohmat Suci semasa hidupnya dalam memperjuangkan agama Islam. Benda-benda pusaka tersebut dicuci dengan disaksikan oleh peserta upacara. Lokasi: Kampung Godog Desa Lebakagung Kecamatan Karangpawitan,Kabupaten Garut Koordinat : 7° 14' 24" S, 107° 55' 36" E
Upacara Mapag Sri merupakan ritual lokal yang unik. Keunikan yang akan Anda dapati adalah bahwa upacara ini menjunjung tinggi aturan agama Islam, tetapi percampuran adat tradisi Sunda kuno masih sangat kental terasa di setiap bagiannya. Upacara ini dilaksanakan setiap bulan Agustus dan merupakan pernyataan rasa syukur atas keberhasilan pertanian yang diperoleh. Selain itu, upacara ini juga diadakan sebagai upaya memelihara hubungan serta mendekatkan diri kepada Allah Swt. Anda akan melihat bahwa upacara ini ini dilaksanakan dengan mengarak simbol Dewi Sri mengelilingi kampung, dengan diiringi berbagai atraksi kesenian. Setelah itu, diadakan pergelaran Wayang Kulit Purwa dengan lakon Sulanjana (cerita mengenai asal-usul padi). Usai pergelaran dilanjutkan dengan selamatan dan acara memperebutkan air yang berasal dari tujuh mata air yang dipercaya masyarakat sebagai obat untuk segala macam penyakit dan tolak bala – suatu acara yang sangat menarik untuk Anda ikuti.  ...
Ziarah ke makam karomah dilaksanakan pada setiap hari Sabtu. Tamu yang datang mempunyai maksud berziarah, datang ke Dukuh di hari Jum'at atau hari sebelumnya. Untuk tamu yang datang di hari-hari sebelum Sabtu; seperti hari Rabu, Kamis, atau Jum'at harus menunggu sampai hari Sabtu, terutama tamu yang jauh atau yang dari luar propinsi Jawa Barat. Sedangkan tamu-tamu yang dekat kadang-kadang datangnya Sabtu pagi pada waktu ziarah. Sedatangnya ke Kampung Dukuh tamu langsung ke rumah Kuncen untuk menceritakan maksud kedatannganya, selebihnya tamu ada yang menginap dirumah Kuncen, tapi kadang-kadang ada juga yang dirumah masyarakat terdekat sebab di rumah Kuncen tidak tertampung. Semua tamu yang datang ke Kuncen disuguhi makan sebab merupakan kewajiban Kuncen. Di waktu malam tamu-tamu yang ada di rumah Kuncen diberikan penjelasan asal muasal Karomah, Kampung Dukuh, serta adat istiadat yang ada di Kampung Dukuh, lalu diteruskan dengan membaca salawat. Pad...
Wuku Tahun dilaksanakan setiap tanggal 1-14 Muharam (tahun baru Islam). Wuku Taun berasal dari kata buku yang bermakna membuka lembaran tahun baru (Islam) dan menutup tahun lalu. Tujuan upacara ini adalah untuk memohon perlindungan dari Allah Swt dan leluhur kampung, tolak bala, serta memohon keselamatan dan melestarikan tradisi gotong royong. Upacara ini dipusatkan di Bumi adat dengan doa bersama dipimpin oleh kuncen. Pada upacara ini terdapat hiburan kesenian Tarawangsa. Alamat: Kampung Cikondang Desa Lamajang Kecamatan Pangalengan Kab. Bdg Koordinat : 7° 7' 4" S, 107° 32' 40" E -
Ngaleunggeuh dapat disaksikan pada persiapan sebelum acara-acara dilaksanakan, seperti Khitanan, Pernikahan, atau Tingkeban. Dalam Ngaleunggeuh terdapat seni Tutunggulan atau Ngarempug Nutu (menumbuk padi bersama). Perbedaannya, pada seni Tutunggulan, padi hanya merupakan Tamba Kadengda (hanya syarat saja), sedangkan pada seni Ngaleunggeuh, padi yang dipergunakan pada upacara Tutunggulan, berasnya sebagai bekal untuk selamatan tersebut. Sebelum kartu undangan populer dan dipergunakan oleh semua lapisan masyarakat, Ngaleunggeuh merupakan alat pemberitahuan kepada para tetangga baik di kampungnya sendiri maupun kampung tetangganya. Seperti halnya Tutunggulan di daerah lain, apabila kampung tersebut ada yang Ngaleunggeuh, maka kampung yang lainnya akan menyahut pula, akhirnya sambung menyambung. Orang-orang ketika mendengar Tutunggulan akan mengerti bahwa dalam beberapa waktu lagi (biasanya satu minggu) akan ada yang hajatan. Mereka mempersiapkan bahan-bahan yang akan disumbangkan....
Ngalesu yang terdapat di kabupaten Garut dilaksanakan ketika Panen Raya selesai dan Pare / Padi di inapkan (di masukan) ke Leuit (Lumbung). Lalu masyarakat setempat mengadakan semacam upacara nganteur Dewi Padi (Sanghyang Sri). Beberapa Gedeng Pare (Ikat padi) di pikul sebagai Pare Jontrot lalu di masukan ke Lumbung. Padi yang lainnya pun beramai-ramai di masukan. Namun dari Padi Jontrot tersebut salah satunya di keluarkan lagi, di tambah beberapa Gedeng (ikat) dan di bawa ke Saung Lisung. Di Saung Lisung Kokolot lembur telah menanti, ketika rombongan pembawa padi tiba langsung disambut dengan di awali doa-doa. Kemudian padi tersebut di masukan ke Lisung. Setelah Kokolot Lembur memberi ijin, maka beberapa orang Wanita Baya dan gadis desa berebutan ingin ikut menumbuk padi tadi. Kejadian ini di sebut Ngalesu, atau menumbuk padi pertama yang di ambil dari Leuit (Lumbung). Berasnya di bagikan ke masyarakat setempat. Perkembangan selanjutnya, yang menumbuk padi bersama, akhirnya di...
Ngangkat merupakan bagian dari upacara Nyelamkeun (khitanan) khusus bagi anak perempuan di Kabupaten Garut. Biasanya dilakukan pada hari ketiga setelah panen padi selesai, pagi-pagi sekali Lesung dan Halu sudah dipindahkan dari Saung Lisung ke Saung Goong, yaitu tempat menyimpan Gamelan Goong kabuyutan. Sebelum Lesung dipindahkan sebelumynya para warga setempat secara bergotong royong membangun bangunan yang ada kaitannya dengan upacara nyelamkeun diiringi Gamelan Goong Kabuyutan yang terus ngageder (dibunyikan). Di Saung Goong ini telah tersedia kapur sirih yang disimpan pada suatu tempat yang disebut Cege atau Tampekan (tempat lamareun atau kapur sirih). Selain itu disediakan pula Bokor yang berisi Beras Kuning, yaitu nasi kuning dan nasi pera dari beras merah, pisang beberapa hoyat (sikat), macam-macam kue yang disimpan pada piring dan di atas nyiru (niru),parupuyan (pendupaan) yang disimpan di dekat kepala lisung (hulu lisung). Para Taweu yaitu Ibu anak yang akan disunat, me...
Pada hari Minggu (14/12) Kota Tasikmalaya dimeriahkan dengan adanya Karnaval Tasikmalaya Creative Festival (TCF). Karnaval yang diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya itu diikuti sekitar 600 peserta. Karnaval tersebut terdiri dari kategori creative person dan seni budaya. Sementara pesertanya dari pegawai perbankan, perhotelan, instansi pemerintah, pelajar dan lainnya. Pelaksanaan karnaval akan dimulai pukul 08.00. Peserta berangkat dari Tifosi Futsal Tasikmalaya. Dari Jalan KHZ Mustofa itu peserta akan berjalan kaki menuju Tugu Adipura berkahir di Halaman eks Gedung DPRD Kabupaten Tasikmalaya di Jalan Pemuda Kota Tasikmalaya. Di eks gedung dewan itu juga ada pertunjukan kesenian. Selama kegiatan Tasikmalaya Creative Festival 2014 juga diadakan lomba fotografi on the spot .