Sebelum moratorium penebangan pohon atau penangkapan ikan dilaksanakan oleh pemerintah, masyarakat lokal di timur Indonesia telah memiliki sistem penjagaan alam lebih dahulu. Sistem itu dikenal dengan nama sasi. Sistem sasi adalah sistem pembatasan pengambilan sumber daya alam. Sumber daya alam, baik tumbuhan maupun hewan, hanya boleh diambil dalam jangka waktu tertentu (dikenal dengan istilah buka sasi). Sistem ini dilakukan untuk melestarikan keberadaan sumber daya alam di suatu daerah. Sistem sasi ini dilakukan hampir di seluruh daerah di timur Indonesia, yakni di Maluku dan Papua. Sistem ini amat erat kaitannya dengan hukum adat. Biasanya, pemuka adat akan bekerja sama dengan pemerintah desa untuk mengatur waktu sasi. Karena erat kaitannya dengan hukum adat, masyarakat pun akan cenderung mengikuti, meski tidak ada aturan tertulis yang mengatur. Apabila ada warga yang melanggar, berbagai sanksi pun dikenakan. Sanksi bisa berupa denda atau bahkan kerja sosial. Setiap daera...
Suku Naulu memiliki beberapa tradisi yang sangat aneh, yaotu pengasingan wanita yang akan melahirkan dan baru melahirkan, serta wanita yang mengalami haid untuk pertama kali. Pengasingan ini dilakukan dengan menyediakan bilik atau gubuk kecil berukuran 2x2 meter yang disebut Tikusune. Bilik ini berfungsi sebagai tempat mengasingkan diri bagi kaum wanita yang akan dan telah melahirkan, serta wanita yang mengalami haid untuk pertama kali. Karena sudah menjadi tradisi, biasanya wanita tersebut secara otomatis langsung mengasingkan diri dari keluarga dengan masuk ke dalam Tikusune. Selama menjalani masa pengasingan, wanita tersebut dilarang dikunjungi dan melakukan kontak sosial dengan siapa pun. Kontak dengan dunia luar hanya dilakukan saat mereka mendapatkan makanan. Wanita yang mengalami haid pertama kali baru bisa kembali apabila masa haid telah selesai. Untuk wanita yang akan melahirkan anaknya, seorang dukun akan mengunjungi mereka dan membantu proses melahirkan dengan peralatan...
Tradisi ini sudah menjadi tradisi turun temurun sejak tahun 1646, yang dilaksanakan setiap tujuh hari setelah Lebaran. Dalam bahasa daerah Morella, masyarakat menyebutnya 'Palasa' atau 'Baku Pukul Manyapu' yang artinya saling memukul dengan sapu lidi. Pada pelaksanaannya, para peserta yang merupakan pemuda Morella dibagi dalam dua kelompok atau regu. Tiap regunya berjumlah minimal 10 orang dengan memakai celana pendek, bertelanjang dada, serta memakai pengikat kepala merah (kain berang). Kedua regu tersebut, saling berhadapan. Setiap orang memegang batang lidi 'enau' yang berukuran besar (lingkaran pangkal 0,5 cm dan bonggolnya selebar 3-5 cm). Kemudian mereka saling memukul tubuh lawannya hingga luka dan berdarah secara bergantian. Menariknya, meskipun tubuh para pemuda itu sudah terluka, tidak ada yang marah apalagi dendam. Sebab luka dan darah itu merupakan simbol perjuangan melawan penjajah. Alkisah, atraksi ini awalnya merupakan permainan anak-anak di Benteng Kapahaha, Morella....
Ritual kolano uci sabea adalah sebuah ritual wajib yang dilakukan oleh sultan dan masyarakat Ternate. Ritual kolano uci sabea yang bermakna turunnya sultan ke masjid untuk sholat dan berdoa. Ini adalah pesona religi yang menarik dan berbeda dengan kesultanan lainnya di Indonesia. karena dalam proses ini, sang sultan di tandu dan dikawal masyarakat adat Ternate dari kedaton menuju masjid sultan. Usai melaksanakan sholat teraweh, sultan akan kembali ke kedaton dengan ditandu seperti ketika keberangkatannya ke masjid. Di kedaton, sultan bersama permaisuri akan memanjatkan doa di ruangan khusus tepatnya diatas makam para leluhur. Usai berdoa, sultan dan permaisuri akan menerima rakyatnya untuk bertemu, bersalaman, bahkan mencium kaki sultan dan permaisuri sebagai tanda kesetiaan. Dalam satu tahun, ritual kolano suci sabea dilaksanakan empat kali. Malam qunut, malam lailatul qadar, serta pada hari raya idul fitri dan idul adha. sumber: https://www.asliindonesia.net/tradisi-dan-budaya-...
Terakhir ada tradisi Kaul Negeri dan Abda’u dari warga Negeri Tulehu. Ini adalah acara adat warga setempat yang unik dan tidak kamu temukan di daerah lain. Prosesnya, pemuka adat dan agama di Negeri Tulehu akan menggendong 3 ekor kambing dengan kain setelah shalat Idul Adha selesai. Mereka akan berjalan mengelilingi desa dengan iringan takbir dan shalawat menuju masjid. Baru setelahnya, penyembelihan hewan kurban akan berlangsung setelah Ashar. Tujuan perayaan Idul Adha yang sudah berjalan ratusan tahun ini untuk menolak bala serta meminta perlindungan kepada Tuhan. Referensi: https://www.traveloka.com/id-id/explore/activities/pl-tradisi-idul-adha-di-indonesia-unik-dan-penuh-makna/148790
Ullath, kadang dieja sebagai Oelat,[5] Ulat, atau Ulath,[6] adalah salah satu dari 10 negeri yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Saparua Timur, Maluku Tengah, Maluku, Indonesia.[7] Sebelumnya, negeri ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Saparua, hingga pada tahun 2015 Saparua Timur dimekarkan menjadi kecamatan sendiri berdasarkan Perda Maluku Tengah Nomor 11 Tahun 2015.[8] Berdasarkan data BPS, Ullath merupakan negeri pesisir dan secara pembangunan tergolong sebagai negeri swakarya.[9] Sebagai sebuah negeri, Ullath dipimpin oleh seorang raja yang menempati kedudukan bukan hanya sebagai kepala pemerintahan, melainkan pula sebagai kepala adat. Jabatan raja di Ullath dipangku oleh fam atau matarumah Nikijuluw selaku matarumah parentah.[10][11] Raja Ullath saat ini adalah Abraham William Nikijuluw. Etimologi Nama negeri yang sekarang mulai dipakai tatkala penduduk memilih turun gunung. Gubernur Arnold de Vlamingh van Oudshoorn yang menjabat selama periode 1650-1660 memerintahka...