Di lingkungan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dikenal beberapa jenis pusaka, diantaranya: senjata berupa tombak, keris, regalia, ampilan, panji-panji, gamelan dan kereta. Pusaka-pusaka yang disebut sebagai Kagungan Dalem itu biasanya mempunyai nama, dan mempunyai gelar kehormatan seperti Kangjeng Kyai atau Kangjeng Nyai, bahkan Kangjeng Kyai Ageng untuk pusaka yang dipercaya mempunyai kekuatan magis paling besar. Pusaka kraton dipercaya bersifat sakral, dan memiliki kekuatan supranatural. Sebagian pusaka kraton diwariskan secara turun temurun, bahkan ada yang berasal dari Kraton Demak. Benda-benda pusaka tersebut biasanya dibersihkan secara intensif sekali dalam setahun yaitu pada bulan Sura dalam kalender Jawa sebagai satu bentuk upacara tradisional yang setiap tahun dilakukan oleh kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, lazim disebut upacara Siraman Pusaka. Kata siraman berasal dari kata siram (mandi). Yang dimaksud dengan Siraman Pusaka Kraton adalah me...
Di Yogyakarta masih melestarikan berbagai upacara adat yang telah menjadi ciri budaya khas Yogyakarta yang diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Grebeg Maulud, Kata gerebeg berarti suara berisik yg berasal dari teriakan orang-orang. Upacara adat ini diperingati sebagai acara Maulud Nabi Muhammad SAW yang mana dikatakan bahwa Nyi Roro Kidul Mendekatkan diri kepada Tuhan dan kebersamaan diantara warga Yogyakarta. Festival upacara adat ini dimulai pada pukul 07.30 pagi, didahului oleh parade pengawal kerajaan yang terdiri dari 10 unit: Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo,Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijeron, Surokarso, dan Bugis. setiap unit mempunyai seragam masing2. parade dimulai dari halaman utara Kemandungan kraton, kemudian melewati siti hinggil menuju Pagelaran, dan selanjutnya menuju alun2 utara. Pukul 10.00 pagi, Gunungan meninggalkan kraton didahului oleh pasukan bugis dan surokarto. Gunungan dibuat dari makanan seperti sayur2an, kacang, lada merah, telor,...
Rasulan adalah suatu tradisi atau ritual tahunan setelah musim panen dan sudah lama diselenggarakan oleh masyarakat Gunungkidul. Kata rasulan sendiri tidak selalu dikaitkan dengan suatu kegiatan yang erat hubungannya dengan peringatan terhadap suatu momen hidup Nabi Muhammad SAW, namun kegiatan ini kegiatan budaya masyarakat sekitar. Ritual ini diselenggerakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa atas segala nikmat dan karunia yang diberikan kepada semua warga. Masyarakat Gunungkidul memaknai Rasulan sebagai hari raya ketiga selain Idul Fitri dan Idul Adha. Biasanya, orang tua akan mengundang teman-teman anak mereka dan akan memasak masakan spesial untuk dihidangkan kepada mereka. Jadi, anak-anak tersebut membawa teman-temannya untuk makan di rumah. Tradisi ini menjadi keunikan tersendiri dan kebanyakan dari masyarakat Kabupaten Gunung Kidul sangat menunggu momen ini dibandingkan lebaran. Bahkan untuk melaksanakan tradisi Rasulan ini, mereka lebih banyak mengelu...
Gerebeg Selarong adalah agenda budaya rutin yang diselenggarakan oleh warga desa Guwosari, Pajangan, Bantul. Kegiatan budaya ini dilaksanakan setiap bulan Oktober untuk memeperingati Hari Jadi Desa Guwosari. Selain itu juga bertujuan untuk mengenalkan Destinasi Wisata Goa Selarong. Agenda budaya ini biasanya dimeriahkan dengan kirab barisan prajurid (bregada), gunungan, ingkung hingga ornamen unik. Juga dimeriahkan dengan kesenian yang ada di wilayah Desa Guwosari. Kirab Grebeg Selarong dimulai dari Balai Desa Guwosari menuju arah halaman parkiran Goa Selarong. Jarak tempuh yang harus dilalui peserta kirab kira-kira 3 kilometer. Acara Gerebeg Selarong Bantul ditutup dengan berebut gunungan yang dibawa oleh peserta kirab setelah didoakan terlebih dahulu. Masyarakat yang hadir langsung berebut gunungan yang ada dihadapapan mereka.
Upacara Melasti“ biasanya dilaksanakan pada Hari Minggu terakhir sebelum Hari Raya Nyepi di Pantai Parangkusumo, Parangtritis, Kretek. Ritual ini dilakukan untuk memupuk keharmonisan hubungan antar sesama dan dengan alam, menumbuhkan sikap mawas diri, dan meningkatkan pengamalan dharma agama dan Negara.
Upacara ini biasanya dilaksanakan pada Jumat atau Selasa Kliwon bulan Sura di kompleks Makam Raja-raja Mataram di Imogiri. Diawali dengan doa bersama oleh para juru kunci dilanjutkan dengan menguras / membersihkan enceh ( tempayan ) yang airnya biasanya dinikmati atau dibawa pulang oleh para pengunjung. Tempayan yang dibersihkan berjumlah 4 yaitu Nyai Danumurti, Kyai Danumaya, Kyai Mendung, dan Nyai Siyem.
Upacara adat Merti Bumi Nyadran Sumber Air Air Tuk Suracala“ ini biasanya dilaksanakan pada Rabu Kliwon mangsa kapat (Kalender Jawa) setiap tahunnya di Surocolo, Seloharjo, Pundong Bantul. Tujuannya adalah ungkapan terimakasih atas rejeki dan keselamatan yang diterima selama ini. Dimeriahkan dengan kirab dan pentas seni.
Untuk menolak penyakit / marabahaya dan untuk mensyukuri rejeki yang telah diterimanya, masyarakat Wonokromo, Plered, Bantul melaksanakan Upacara Adat Tradisi Rebo Pungkasan pada hari Selasa malam Rabu terakhir bulan Sapar. Masyarakat mengarak lemper raksasa dan jodhang dari masjid Al Huda menuju balai desa Wonokromo. Sesampai di balai desa, dilanjutkan dengan doa bersama. Acara dilanjutkan dengan pemotongan lemper raksasa dan perebutan lemper dan jodang hasil bumi.
Jenang Suran adalah tradisi menyambut 1 Muharam Tahun Baru Islam yang dilakukan oleh para abdi dalem juru kunci (Kasultanan Ngayogyakarta maupun Kasunanan Surakarta) Makam Raja-raja Mataram di Kotagede. Tradisi ini ada sejak jaman Sultan Agung Hanyokrokusuma. Dalam tradisi ini juru kunci menyiapkan jenang/bubur yang diberi nama jenang panggul untuk dibagi ke warga yang datang/pejiarah. Jenang panggul dibuat dari beras dengan lauk tahu, tempe, sayuran, dan “dele irengkedelai hitam. Adapun jenang pangul sendiri bermakna memanggul yang diartikan bahwa abdi dalem dan masyarakat yang datang bisa kuat memanggul beban hidup di tahun yang baru. Dele/kedelai bermakna (Bahasa Jawa) yaitu putus dan ireng diartikan segala yang tidak baik. “Dele ireng diartikan sebagai terputusnya segala yang tidak baik. Tradisi ini diawali dengan pembacaan shalawat Nabi diiringi oleh kesenian hadroh dilanjutkan dengan doa dan zikir di depan gapura Makam Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Kh...