Sunan Gunung Jati adalah salah satu dari sembilan orang penyebar agama Islam terkenal di Pulau Jawa yang dikenal dengan sebutan Wali Sanga. Kehidupannya selain sebagai pemimpin spriritual, sufi, mubaligh dan dai pada jamannya juga sebagai pemimpin rakyat karena beliau menjadi raja di Kasultanan Cirebon, bahkan sebagai sultan pertama Kasultanan Cirebon yang semula bernama Keraton Pakungwati. Memasuki kompleks pemakaman anda akan melihat Balemangu Majapahit yang berbentuk bale-bale berundak yang merupakan hadiah dari Demak sewaktu perkawinan Sunan Gunung Djati dengan Nyi Mas Tepasari, putri dari Ki Ageng Tepasan, salah seorang pembesar Majapahit. Masuk lebih kedalam anda akan melihat Balemangu Padjadjaran, sebuah bale-bale besar hadiah dari Prabu Siliwangi sebagai tanda penghargaan pada waktu penobatan Syarif Hidayatullah sebagai Sultan Kasultanan Pakungwati (cikal bakal kraton di Cirebon). Makam Sunan Gunung Jati yang terletak di bukit Gunung Sembung hanya boleh dimasu...
Kasunanan Surakarta Hadiningrat merupakan istana tempat tinggal Raja Surakarta yang berdiri pada masa pemerintahan Pakoe Boewono II tahun 1745. Keraton ini dibangun sebagai dampak konflik di Kesultanan Mataram Islam sejak tahun 1647. Di dalam kompleks Kasunanan Surakarta, terdapat beberapa bagian, seperti Alun-alun Utara dan Selatan (Lor dan Kidul), Art Gallery, dan tempat tinggal raja. Salah satu bagian yang dapat ditemui pertama kali ketika menginjakkan kaki di kompleks Kasunanan ini adalah Korikamandoengan. Korikamandoengan merupakan gerbang utama yang digunakan oleh Abdi Dalem. Gerbang ini tidak terbuka oleh umum, hanya orang tertentu saja yang dapat masuk ke dalam Kasunanan melalui pintu ini. Ada 3 buah pintu utama yang berukuran sangat besar, pintu bagian tengah serta pintu bagian kanan dan kiri. Ketiga pintu ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Pintu sebelah kanan dan kiri terbuka setiap hari dan dapat digunakan oleh para Abdi Dalem untuk keluar-masuk. Sedangkan pintu bagi...
ANJONG DAN TEBA, SIMBOL RUMAH KHAS DI BULUKUMBA ***** Saat berkunjung ke Bulukumba, dan melihat rumah-rumah panggung. Kita akan melihat sebuah ukiran kayu yang terletak di puncak rumah menjulang ke atas langit yang disebut Anjong dan Teba, Bentuk Vertikal dari garis belakang menjulang ke depan disebut Anjong , dan bentuk Horisontal disebut Teba . Di Bulukumba, penggunaan Anjong dan Teba dengan ukiran khas mungkin tidak kita temukan lagi di daerah lain tetapi simbol rumah ini masih banyak terdapat di daerah timur Bulukumba dengan ukiran khas Naga dan Bunga-bunga, kedua benda ini bukan hanya sebagai hiasan rumah tapi merupakan sebuah simbol dari pemilik rumah. Anjong dengan motif ukiran Naga ini memiliki arti bahwa status sosial Suami pemilik rumah lebih tinggi...
Bola Saoraja/Bola Soba adalah rumah adat tempat tinggal Panglima Perang Kerajaan Bone“Andi Abdul Hamid Baso Pagilingi Peta Ponggawae”. Salah seorang putra Raja Bone XXXI (Lapawawoi Karaeng Sigeri) tahun 1895-1905. Namun setelah Kerajaan Bone dibawah kekuasaan Belanda, rumah ini dijadikn sebagai penginapan para tamu(sahabat) dari kalangan penguasa sehingga seterusnya menjadi lazim dengan sebutan “Bola Soba”.Obyek ini terletak di Kelurahan Manurunge, Kecamata Tanete Riattang Kabupaten Bone. Pada bola soba terdapat sappan atau dalam bahasa indonesia disebut tangga, dalam bola soba memiliki dua tangga yaitu sappan riolo dan sappan ri munri (tangga depan dan tangga belakang) masing-masing memiliki jumlah anak tangga yang berbeda pada tangga di depan terdapat 11 anak tangga sedangkan di belakang memiliki 12 anak tangga. Setelah tangga ada lego-lego atau dalam bahasa indonesia yaitu teras depan. Teras depan pada bola soba memiliki berbagi motif ukiran yaitu moti...
Situs Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat. Tepatnya berada di perbatasan Dusun Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Situs Gunung Padang merupakan kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara. Di area ini terdapat sumber mata air yang bisa diminum langsung dan dipercaya dapat digunakan sebagai media untuk memanjatkan doa. Ada pula batu gamelan yang bisa dipukul dan menghasilkan sumber suara layaknya alat musik. Batu gamelan ini dipercaya sebagai media untuk memanggil roh leluhur. Foto-foto diambil pada saat pendataan budaya, 6 September 2016
Rumah suku osing ini masih sangat sederhana, sebagian terbuat dari tembok dan sebagian dari bilik bambu. Suku osing masih menggunakan pawon / dapur kayu untuk memasak. Terdapat pula bale sebagai ruang tamu.
Honai adalah rumah khas Papua yang dihuni oleh Suku Dani. Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Honai mempunyai pintu yang kecil dan tidak memiliki jendela. Sebenarnya, struktur Honai dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua. Rumah adat Masyarakat Papua, atau yang biasa disebut dengan Honai. Honai terdiri dari 2 lantai yaitu lantai pertama sebagai tempat tidur dan lantai kedua untuk tempat bersantai, makan, dan mengerjakan kerajinan tangan. Karena dibangun 2 lantai, Honai memiliki tinggi kurang lebih 2,5 meter. Pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai). Sumber : http://kesenian-ubl.blogspot.co.id/p/papua.html
Sesako merupakan dekorasi yang terdapat pada bagian belakang bangku pendek yang di gunakan untuk upacara pepadon (upacara pengangkatan kepala suku) di Lampung. Sesako ini di perkirakan berasal dari abad 16-17 masehi. Pada saat upacara pepadon berlangsung calon kepala suku yang akan di lantik duduk bersimpuh di bangku pendek untuk menerima dan mengesahkan kekuasaan. Motif yang ada di sesako memiliki kemiripan dangan motif naga dan bunga yang umumnya ada pada ukiran jawa. Menurut masyarakat Lampung kursi pepadon memiliki ular gaib yang dapat memberitahu pemilik kursi dari irang-orang yang berniat jahat.
Situs Watu Lumpang berada di Desa Sambirata Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Situs Watu Lumpang atau Situs Sambirata dan ada juga yang menamakan Situs Cilongok merupakan peninggalan purbakala terletak di sebelah utara kebon pak umar 25 m dari jalan desa. Situs Watu Lumpang terawat dengan baik dari sisi keindahan, kebersihan,kerapian dan keamanan oleh karena Pemdes Sambirata sangat peduli dengan situs ini. Begitu pula Pemda Banyumas memasukan peninggalan pra sejarah Situs Watu Lumpang sebagai benda Cagar Budaya dan Purbakala dengan memasang nameboard didepan sebelah kiri halaman dengan tulisan "Situs Sambirata". Disebelah kanan halaman yang dipagari dengan pagar besi segi empat dipasang nameboard pasal-pasal pidana UU Cagar Budaya dan Purbakala, Berdasarkan ciri dan bentuk situs Watu Lumpang dapat dikategorikan peninggalan pra sejarah zaman Batu Besar Megalitikum, di Pulau Jawa yang biasanya berada di pinggir sungai. Letak Situs Watu Lumpang Ragung Desa Sambirata berada 20 m dar...