Situs Kelapa Dua tidak luput dari penelitian para arkeolog, wilayah yang berada dekat dengan Kota Serang ini ditemukan sistem penguburan yang sesuai dengan berita naskah kuno yang diperoleh dari Eropa. Pada situs ini ada indikasi ditemukannya bekas kelenteng dan pemukiman Cina. Sehubungan dengan adanya berita tentang perjanjian Inggris dengan Cina pada tahun 1661. Perjanjian tersebut terjadi pada zaman Sulten Ageng Tirtayasa menyebutkan penanaman tebu yang berada di kawasan kekuasaan Kerajaan Islam di Banten. Diantara makam kuno bangsa Cina yang digali telah ditemukan pula mata uang logam Ratu Banten pada tahun 1556-1580 yang diperkirakan telah berumur sekitar 400 tahun. Makam tersebut dibuat dengan sistem cor dari bahan batu gamping.
Dalam area benteng bekas Keraton Surosowan yang luasnya kurang lebih 4 hektar terdapat situs Pancuran Mas. Konon dahulu kala di lokasi itu terdapat tempat pemandian keluarga Sultan Banten yang mewah. Antara lain pancuran air yang terdapat di pemandiian itu dilapisi oleh mas murni. Tempat pemandian yang terdapat di bagian selatan komplek kraton ini sampai sekarang masih bisa disaksikan, dengan menuruni anak tangga yang terbuat dari batu bata menuju tempat pemandian yang dibuat berkotak-kotak terbuka. Air bersih yang mengucur berasal dari danau Tasikardi yang sebelumnya telah melewati penyaringan bernama pengindelan abang dan pengindelan putih .
Keraton Kaibon letaknya terpisah dari Keraton Surosowan dan Masjid Agung Banten. Kompleks bangunan ini terletak di Kampung Kroya sekitar 500 meter sebelah tenggara Kraton Surosowan yang berada di sisi jalur jalan Serang-Banten Lama. Di sisi selatan komplek bangunan ini mengalir sungai Cibanten. Keraton Kaibon merupakan bekas kediaman Sultan Syafiudin, seorang sultan Banten yang memerintah antara tahun 1809-1815. Setelah wafat digantikan oleh putranya yang baru berumur 5 bulan karena itu sementara pemerintahan dipegang oleh ibunya, Ratu Aisyah. Bentuk arsitektur bangunan lebih menonjolkan gaya archais dibandingkan dengan keraton Surosowan. Dilihat dari bentuk pintu-pintu gerbang dan tembok keraton. Jika diurut dari depan keraton ini memiliki empat pintu gerbang yang berbentuk bentar . Pada tahun 1832 keraton ini dihancurkan Belanda yang tersisa sekarang hanya pondasi dan reruntuhan dinding serta pintu masuknya.
Lemah Tamba berada di Kampung Pancura, Des Lebakwana, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang. Situs peninggalan purbakala ini berupa sumur tua yang banyak diziarahi orang untuk mendapatkan berkah dari mata air yang tak pernah kering sepanjang tahun. Situs Lemah Tamba adalah tinggalan masa megalitik, belasan sumur tua yang terdapat dilokasi itu terbuat dari batu andesit. Bagian pertama kompleks sumur tua terdapat lima belas sumur, bagian kedua hanya terdapat sebuah sumur, bagian ketiga, tiga sumur dan bagian keempat hanya satu sumur. Uniknya setiap kelompuk sumur memiliki nama sendir-sendiri seperti Nyi Miana, Puteri, Sumur Tujuh, Sumur Keraton dan Sumur Ati.
Gapura Bajang Ratu terletak di Dukuh Kraton, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten. Mojokerto , Provinsi Jawa Timur , dengan arah hadap ke timur laut dan berada pada ketinggian ± 41,49 meter di atas permukaan air laut. Deskripsi Bangunan Gapura Bajang Ratu merupakan bangunan pintu gerbang berbentuk ‘pradakursa’ yaitu gapura berupa pintu gerbang dengan atap yang menyatu (memiliki atap). Bahan utamanya adalah batu bata, kecuali lantai tangga serta ambang pintu (bawah dan atas) gapura yang dibuat dari batu andesit. Fungsi Gapura Bajang Ratu diduga sebagai pintu masuk ke sebuah bangunan suci (memperingati wafatnya Jayanegara) yang dalam Negarakretagama disebutkan kembali ke dunia Wisnu. Dugaan tersebut mengarah kepada relief Fragmen Sri Tanjung dan relief fragmen Ramayana yang mempunyai rangkaian arti sebagai lambang pelepasan/kematian. Pemugaran dan Pendayagunaan Gapura Bajang Ratu telah dipugar sejak 1985/1986 sampai...
Prasasti Talang Tuwo pertama kali dikenali sebagai sebuah prasasti oleh Louis Constant Westenek pada tanggal 17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang, yang dikenal sebagai tempat peninggalan zaman Kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (23 Maret 684 M), ditulis dengan menggunakan aksara Pallawa, dan Bahasa Melayu Kuno. Orang yang pertama kali berhasil membaca prasasti ini adalah Van Ronkel dan Bosch. Prasasti ini menceritakan tentang pembangunan sebuah taman oleh raja Sriwijaya yang diperuntukan bagi rakyatnya. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa taman itu terletak disebuah tempat yang mempunyi pemandangan indah. Lahan yang digunakan untuk membuat taman ini berbukit-bukit dan berlembah. Di dasar lembah mengalir sebuah sungai yang menuju Sungai Musi. Taman itu diberi nama Taman Sriksetra, begitulah yang tercantum dalam prasasti yang ditemukan di Dusun Talang Tuwo, Kecamatan Talang Kelapa, Palembang. Berikut adalah terjemahan dari Prasasti Talang T...
Kategori: Tempat Berlindung & Perumahan · Ditulis oleh editor · Dipublish Juni 11, 2014 Prinsip Kebersamaan, Kesetaraan, dan Hidup Gotong Royong Masyarakat Dayak Bermula dari Sabang melangkah menuju Merauke begitu banyak kebudayaan ditiap daerah. Kebudayaan mengenai asal usul daerah, adat istiadat, benda yang dikeramatkan dan kebiasaan masyarakat ditiap daerah dan juga masih banyak kebudayaan-kebudayaan ditiap daerah-daerah Indonesia yang belum diketahui oleh masyarakat secara umum. Keberadaan rumah adat sebagai wujud material kebudayaan yang banyak terdapat di daerah-daerah di Indonesia memiliki nilai penting dalam sudut pandang sejarah, warisan, dan kemajuan masyarakat dalam sebuah fase peradaban tertentu. Ada banyak rumah adat di Indonesia yang memiliki nilai sejarah dan nilai pengetahuan yang penting. Salah satu dari banyak rumah adat di Indonesia yang memiliki makna seja...
Rumah Batu Olak Kemang , terletak di Kelurahan Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Kota Jambi. Bangunan ini merupakan rumah kediaman Said Idrus bin Hasan Al Djufri yang bergelar Pangeran Wirokusumo. Seorang keturunan arab yang mendapat kedudukan penting di Kesultanan Jambi. Disamping itu menurut penuturan masyarakat Jambi, Wiro Kusumo juga besan dari Sultan Thaha Syaifudin (Sultan terakhir Kerajaan Jambi). Pangeran Wirokusumo wafat pada tahun 1901 dan rumah tersebut dihuni keturananya. Keunikan Rumah Olak Kemang terdiri dari dua lantai, mempunyai arsitektur perpaduan lokal, cina, dan eropa. Unsur lokal berupa rumah panggung, pengaruh cina pada bentuk atap, gapura, dan ornamen-ornamen berbentuk naga, awan, bunga, dan arca singa. Sedangkan unsur eropa terlihat dari tiang-tiang panggung dari bahan bata dan semen berbentuk pilar menyangga bangunan di atasnya. Pada lantai bawah dilapisi ubin terakota sedangkan pada lantai kedua berupa papan kayu. Kedua lantai...
Rumah Aceh atau Rumoh Aceh merupakan bentuk tempat kediaman orang Aceh tempo dulu dan sekarang hampir hilang, hanya tersisa di beberapa tempat saja di Aceh. rumah ini telah diabadikan di Banda Aceh ( komplek Kantor Museum Aceh) dan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) serta Rumah Cut Nyak Dhien yang ada di Desa Lampisang, 10 km dari pusat Kota Banda Aceh. Di dalam Rumah Aceh yang terletak di komplek Museum Aceh banyak terdapat barang-barang peninggalan tempo dulu yang sering digunakan oleh orang Aceh diantaranya pedeung on jok, jingki, guci,Berandam atau Tempat menyimpan padi dll. Jika anda ke Banda Aceh jangan lupa untuk datang mengunjungi dan saksikan keadaan rumah Adat Aceh tempo dulu. Rumah Aceh ini terdiri dari 44 tiang dan mempunyai 2 tangga depan dan belakang. Bangunan Rumah Aceh untuk memperkuat tidak menggunakan paku, tetapi menggunakan bahan pengikat dari tali ijok, rotan ( awe ) untuk pengikat atap yang pada umumnya dari dari rumbia dan ada j...