Candi yang ditemukan di situs ini seperti candi Jiwa, struktur bagian atasnya menunjukkan bentuk seperti bunga padma (bunga teratai). Pada bagian tengahnya terdapat denah struktur melingkar yang sepertinya adalah bekas stupa atau lapik patung Buddha. Pada candi ini tidak ditemukan tangga, sehingga wujudnya mirip dengan stupa atau arca Buddha di atas bunga teratai yang sedang berbunga mekar dan terapung di atas air. Bentuk seperti ini adalah unik dan belum pernah ditemukan di Indonesia. Bangunan candi Jiwa tidak terbuat dari batu, namun dari lempengan-lempengan batu bata.
Komplek vihara menghadap ke arah timur berada pada lahan seluas sekitar 5000 m2. Di depan komplek vihara terdapat halaman parkir yang cukup luas. Gerbang masuk ke komplek vihara berwarna sangat khas yaitu merah dengan atap berbentuk pelana terdiri dua susun. Pada bagian atas terdapat papan nama dengan tulisan berhuruf Cina. Pada bagian atas papan tersebut terdapat angka tahun 1986. Di kanan dan kiri gerbang masuk terdapat arca kilin. Setelah memasuki gerbang terdapat halaman yang di tengahnya terdapat altar Thian Seng yaitu altar untuk persembahyangan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada sudut barat laut dan barat daya halaman ini terdapat tempat pembakaran kertas. Selanjutnya dari halaman luar memasuki ruangan terbuka. Beberapa tiang penyangga atap ruangan ini berhias naga yang melilitnya. Pada bagian paling depan terdapat altar Mun Sen (Dewa Penjaga Pintu). Di sebelah barat (dalam) altar Munsen terdapat altar tiga penguasa alam (Sam Kwan Tay Teu). Ruangan selan...
Situs Odel adalah situs yang merupakan bukti sejarah atas peradaban Kerajaan Islam Banten. Situs ini berada di daerah Kasemen, 5 kilometer sebelah selatan dari Banten lama. Di Situs Odel ditemukan beberapa benda peninggalan masa lampau. Sayangnya penelitian oleh para arkeolog tidak benar-benar dilanjutkan.
Dolmen Baturanjang di Kampung Baturanjang, Desa Palanyar, Kecamatan Cimanuk telah ditemukan sebuah dolmen. Batu datar seperti meja yang ditopang batu-batu kecil sebagai kakinya, berbentuk sederhana tetapi ada pula yang berukir. Terbuat dari batu andesit yang telah dikerjakan secara halus dan rata. Batu berukuran 110 x 250 cm disangga empat buah batu setinggi 35 cm yang dikerjakan sangat rapi dengan pahatan melingkar. Dibawahnya terdapat fondasi yang dibuat dari batu kali untuk menahan agar batu penyangga tidak terbenam ke tanah.
Peninggalan purbakala prasejarah berupa Punden terdapat di Lebak, Banten tepatnya di Kampung Lebak Cibedug. Peninggalan purbakala terdapat di dataran tinggi Pegunungan Kendeng. Batu Menhir dan dolmen yang berada pada situs itu masih tetap pada posisi semula. Pundek berundak memiliki 9 teras yang berorientasi ke arah empat penjuru angin. Teras pertama yang berdenah bujur sangkar memiliki panjang 115 meter.
Pundek berundak itu berada tak jauh dari tepi sungai Cibanten yang konon pada zaman dahulu bisa dlayari sepanjang 13 KM dari Teluk Banten sampai ke Banten Girang. Tinggi punden berundak itu sekitar 5 meter dari permukaan tanah, dari tepian sungai terdapat anak tangga yang menuju punden berundak. Diduga pada zaman dahulu anak tangga itu digunakan para penganut tradisi megalitik untuk mensucikan diri di sungai sebelum melakukan upacara ritual.
Banten Girang adalah sebuah wilayah yang berada di sebelah selatan Banten oleh para arkeolog mengatakan bahwa Banten Girang adalah pernah menjadi Ibukota Kerajaan Hindu yang besar. Situs Banten Girang ini memiliki pelabuhan sendiri dan sudah berhubungan dagang dengan luar negeri. Sebagai barang dagangan yang utama masa itu adalah merica/lada. Terbukti dengan ditemukannya banyak tembikar dan keramik asing yang berasal dari abad XI sampai abad XIX Masehi.
Wilayah yang berjarak 10 KM sebelah utara Serang merupakan pusat perdagangan teramai Asia Tenggara pada Abad XVI. Terdapat Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama yang menyimpan berbagai macam benda purbakala yang memiliki nilai sejarah tinggi. Disini pula tertinggal sejarah pasang surut Kesultan Banten yang diawali abad XV sampai keruntuhannya abad XIX.
Keraton Surosowan adalah keraton yang didirikan oleh Kesultan Banten dihancurkan oleh kolonial Belanda pada tahun 1813. Di sana terdapat Loro Denok dan Pancoran Mas adalah kolam pemandian keluarga Sultan Banten. Memiliki luas kurang lebih 4,5 hektar sudah termasuk areal benteng dan keraton. Namun kini yang tersisa hanya tinggal pondasi dan puing-puing yang berserakan.