Masjid Agung Laksamana Cheng Ho merupakan masjid dengan arsitektukr khas tionghoa yang didominasi berwarna merah. Bangunan ini menandakan bahwa adanya akulturasi budaya tionghoa dan islam.
Benteng Pendem merupakan bangunan benteng peninggalan Belanda yang berlokasi di pesisir Pantai Teluk Penyu, Cilacap.
Candi Cetho ditemukan oleh Van der Vlis pada tahun 1843, candi bernafaskan agama Hindu ini terletak di Dusun Cetho, Gumeng, Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah. Candi Cetho didirikan pada tahun 1373 Saka (1451 Masehi) berdasarkan candrasengkala yang diwujudkan dalam relief binatang. Gaya relief dan penggambaran phallus pada Candi Cetho menyerupai Candi Sukuh. Hasil rekonstruksi Candi Cetho berjumlah 13 undakan teras. Undakan teras berada dari barat (terbawah) ke timur (teratas) sepanjang kurang lebih 200 meter. Terdapat gapura di setiap undakan teras. Simbol phallus ada pada undakan teras ke 11, 12, dan 13. Pada undakan teras pertama terdapat gapura dalam bentuk candi bentar dan dua arca penjaga. Undakan teras kedua merupakan halaman candi. Pada undakan selanjutnya terdapat bangunan mirip pendopo. Pada teras undakan keempat terdapat jajaran batu yang berisi relief cerita, antara lain cerita Sudamala. &nbs...
Candi yang merupakan salah satu peninggalan agama Buddha ini didirikan oleh Raja Indra dari Wangsa Syailendra sekitar tahun 824 Masehi. Candi ini terletak di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Candi terbesar kedua setelah Borobudur ini berjarak 38 km ke arah barat laut kota Yogyakarta dan 3 km dari Candi Borobudur. Candi Mendut biasanya disajikan sebagai satu paket dengan Candi Borobudur dan Candi Pawon, baik untuk wisatawan mancanegara maupun domestik. Saat peringatan Hari Waisak, candi ini menjadi tempat berlangsungnya prosesi upacara yang pertama, yang kemudian dilanjutkan dengan upacara di Candi Pawon hingga berakhir di Candi Borobudur. Keunikan Candi Mendut dibanding dengan candi-candi lainnya di pulau Jawa bahkan di Indonesia adalah pintu masuknya menghadap ke arah barat laut. Kebanyakan candi menghadap ke arah timur. Selain itu di bilik candi terdapat 3 arca besar yang terbuat dari bongkahan batu utuh. Ketiga arca ini adalah Arca Dhyani Buddha...
Candi Cetho ditemukan oleh Van der Vlis pada tahun 1843, candi bernafaskan agama Hindu ini terletak di Dusun Cetho, Gumeng, Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah. Candi Cetho didirikan pada tahun 1373 Saka (1451 Masehi) berdasarkan candrasengkala yang diwujudkan dalam relief binatang. Gaya relief dan penggambaran phallus pada Candi Cetho menyerupai Candi Sukuh. Hasil rekonstruksi Candi Cetho berjumlah 13 undakan teras. Undakan teras berada dari barat (terbawah) ke timur (teratas) sepanjang kurang lebih 200 meter. Terdapat gapura di setiap undakan teras. Simbol phallus ada pada undakan teras ke 11, 12, dan 13. Pada undakan teras pertama terdapat gapura dalam bentuk candi bentar dan dua arca penjaga. Undakan teras kedua merupakan halaman candi. Pada undakan selanjutnya terdapat bangunan mirip pendopo. Pada teras undakan keempat terdapat jajaran batu yang berisi relief cerita, antara lain cerita Sudamala.
Candi Gunung Wukir terletak di desa Canggal, kecamatan Salam kab. Magelang. Candi ini merupakan candi Hindu yang ditandai dengan adanya Yoni dan arca Nandi. Yoni bersama sebuah Lingga adalah sebagai lambang dewa Siwa. Namun Lingga dimaksud sekarang tidak ada lagi. Sedangkan arca Nandi (lembu) adalah kendaraannya. Gunung Wukir terdiri dari tiga candi. Candi Utama dengan tiga candi di depannya. Yoni tersebut terletak di candi Utama, arca Nandi terletak pada candi di depannya atau pada candi Wahana. Formasi demikian ditemukan juga di kompleks candi Prambanan. Namun demikian candi- candi ini belum dapat dipugar karena batu-batu aslinya belum dapat di temukan. Yang menarik adalah bahwa di candi ini dahulu pernah ditemukan sebuah prasasti yang dikenal dengan prasasti Canggal yang berangka tahun 732 M, bertuliskan Sanskrta serta berbahasa Pallawa. Pada prasasti itu antara lain disebutkan tentang raja Sanjaya yang gagah be...
Benteng Van Der Wijck adalah benteng pertahanan Hindia-Belanda yang dibangun pada abad ke 18. Benteng seluas 3606,625 m2 dan tinggi 9,67 m ini terletak di Gombong, sekitar 21 km dari kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, atau 100 km dari Candi Borobudur, Magelang. Berbeda dengan pemahaman umum mengenai keberadaan Benteng Van der Wick yang dianggap sebagai benteng pertahanan, saya mendapatkan informasi bahwa keberadaan benteng yang didirikan tahun 1817 (menurut Pak Narto) atau 1818 (menurut tulisan di benteng) dahulunya adalah benteng tempat menaruh persediaan pangan untuk kebutuhan ekonomi dan perdagangan. Tidak ada yang tahu siapa yang mendirikan benteng ini. Nama “Van der Wick” adalah nama yang disematkan setelah paska kemerdekaan dengan merujuk bahwa pernah salah satu kapten Belanda bernama Van der Wick meminta namanya disematkan di benteng tersebut setelah berhasil mengalahkan perlawanan Pangeran Diponegoro pada tahun 1830. Namun beliau merunut lebih jauh bahwa nam...
Gangsiran Aswatama merupakan situs sumur tua yang berada di tepi Jalan Raya Dieng-Batur, Banjarnegara, atau berdekatan dengan Kompleks Candi Arjuna. Konon, sumur tua ini merupakan terowongan yang dibuat oleh Raden Aswatama untuk membunuh Raden Parikesit. Sejumlah sumber menyebutkan bahwa sumur tua itu merupakan lubang pembuangan air pada zaman dahulu. Akan tetapi sumber lain menyebutkan bahwa lubang itu meruoakan sebuah sumur yang mengambil jalur air atau sungai bawah tanah pegunungan yang ujungnya muncul ke permukaan sebagai sumber mata air. Kendati demikian, apapun cerita di balik misteri Gangsiran Aswatama, keberadaan sumur tua itu menambah kekayaan sejarah yang layak dikunjungi saat berwisata di Dieng.
Kompleks Candi Arjuna berada di Kawasan Wisata Dataran Tinggi (KWDT) Dieng dan merupakan salah satu objek wisata andalan Banjarnegara. Selain Candi Arjuna, di kompleks percandian ini juga terdapat Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Candi-candi di KWDT Dieng konon merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno di masa kejayaan Syailendra. Di Kompleks Candi Arjuna inilah setiap tahunnya digelar ritual ruwatan massal pemotongan rambut gimbal, sehingga menjadi agenda wisata tersendiri yang dikemas dalam gelaran "Dieng Culture Festival".