Kasepuhan Adat Banten Kidul berpusat di Kampung Ciptagelar. Warga kukuh menjaga adat istiadat. Namun, mereka juga menyambut setiap tamu dengan ramah dan dengan tangan terbuka. Hampir setiap hari ada saja tamu yang datang ke Ciptagelar. Setiap hari, istri Pimpinan Adat Abah Ugi, Emak Alit, dan beberapa perempuan lain memasak nasi di perapian kayu dalam porsi besar. Warga yang bekerja di ladang komunal selalu bersantap pagi, siang, dan malam di Imah Gede yang menyatu dengan rumah pimpinan adat itu. Imah Gede merupakan rumah yang setiap harinya menampung tamu. Bangunan kayu, dindingnya terbuat dari bilik bambu (awi), atapnya terbuat dari injuk dan tiamgmya terbuat dari kayu ini juga menyatu dengan bangunan lain yang lebih kecil, tempat kediaman Abah Ugi. Imah Gede tidak pernah sepi dari tamu. Selalu ada yang datang dan pergi, apakah itu pelancong, para pendaki yang hendak menjelajah Halimun, mahasiswa peneliti atau rombongan studi tour, pintu Imah Gede senant...
Setiap kali berpindah pusat pemerintahan, warga selalu membawa serta lumbung komunal yang dijuluki leuit Si Jimat. Lumbung tua yang menjamin ketersediaan pangan warga itu saat ini ditempatkan tepat di samping Imah Gede Ciptagelar. Warga bisa meminjam benih padi dari leuit Si Jimat tanpa bunga. Kehadiran lumbung atau leuit yang terbuat dari bambu dengan atap dari ijuk , namun ada yang unik dari leuit si jimat ini, terdapat ukiran – ukiran yang unik di dinding leuit Si Jimat yang menjadi ciri khas Kampung Ciptagela, misalnya terdapat ukiran kerbau dan sejenis rumput - rumputan. Dari lumbung-lumbung itu, status sosial warga bisa dibaca. Semakin kaya seseorang, maka semakin banyak leuit yang dimiliki. Abah Ugi, misalnya, memiliki 21 leuit pribadi dan 7.000 leuit komunal. Demi keberlangsungan ketersediaan pangan, warga Ciptagelar dilarang memperjualbelikan padi lokal dan apapun olahan yang terbuat dari beras. Dengan sistem ini, warga tidak pernah kekurangan p...
Ketika kita sampai di desa adat Ciptagelar kita akan menemukan sebuah rumah yang berbeda dengan rumah lainnya yang ada disana, rumahnya lebih besar dan lebih bagus dan berlantai dua , bangunan tersebut merupakan imah abah atau sering disrbut imah rurukan. Semua orang yang datang apakah itu pelancong, para pendaki yang hendak menjelajah Halimun, mahasiswa peneliti atau rombongan studi tour diharuskan untuk menemui abah di rumahnya untuk menyampaikan tujuan kedatangan mereka ke Ciptagelar Setiap tamu yang datang tidak bisa dengan leluasa memasuki imah rurukan atau imah abah tanpa adanya izin dari abah sendiri. Di imah rurukan atau imah abah kita hanya bisa mendatangi atau melihat ruangan depan saja, tempat abah menerima tamu atau singgasana abah diletakan. Sama seperti rumah kebanyakan disana, imah rurukan atau imah abah ini didingnya terbuat dari bilik bambu (awi), atapnya terbuat dari injuk, lantainya terbuat dari kayu, akan tetapi ada yang membedakan y...
Pangkemitan adalah satu bangunan yang terdapat di desa adat ciptagelar yang terbuka, terbuat dari bilik bambu (awi), atapnya terbuat dari injuk, lantainya terbuat dari kayu, akan tetapi ada yang membedakan yaitu untuk tiang rumahnya terbuat dari kayu juga. Pangkemitan ini merupakan tempat orang menunggu atau menemani abah ugi sedang membutuhkan sesuatu. Dalam praktikya setiap orang yang menunggu digilir dari 568 kampung Setiap harinya atau dengan kata lain ada pembagian shift. Pembagian shiftnya diatur oleh rorokan jero (sesepuh)
Sama seperti fungsi podium kebanyakan, podium yang terdapat di desa adat Ciptagelar ini merupakan tempat pidato abah ugi pada warga kasepuhan, pada saat – saat tertentu. Podium merupakan salah satu bangunan yang terdapat di desa adat ciptagelar yang terbuka, terbuat dari bilik bambu (awi), atapnya terbuat dari injuk, lantainya terbuat dari kayu, akan tetapi ada yang membedakan yaitu untuk tiang rumahnya terbuat dari kayu juga.
Meskipun Ciptagelar terkenal dengan kampung adat, akan tetapi disana bisa masuk teknologi atau bisa dikatan kalau Ciptagelar ini adalah kampung adat yang peduli dan sadar dengan kemajuan teknologi. Meski kampung Ciptagelar berada jauh dari kehidupan kota yang hingar bingar dengan teknologi, bukan berarti masyarakat terasing dari kemajuan zaman. Listrik, televisi, radio, handphone dan internet bukanlah istilah asing disini. Semua fasilitas tersebut dikembangkan sendiri oleh masyarakat Ciptagelar. Ini terbukti dengan adanya ajeng siaran dan perpustakaan atau disebut dengan Ciagatv. Cigatv merupakan salah satu bangunan yang berfungsi sebagai tempat siaran tv dan radio yang menyiarkan tentang seluruh budaya lokal Ciptagelar. Cigatv ini juga merupakan salah satu bangunan yang didingnya terbuat dari tembok, akan tetapi untuk atapnya tetap terbuat dari injuk, karena di desa adat Ciptagelar pantang untuk membuat atap selain dari injuk atau daun – daunan....
Seperti di desa adat lainnya di Citagelar juga terdapat tempat beribadah yaitu mushola, tempat beribadah orang – orang muslim. Mushola ini juga merupakan salah satu bangunan di Ciptagelar yang dindingnya terbuat dari tembok, akan tetapi untuk atapnya tetap terbuat dari injuk, karena di desa adat Ciptagelar pantang untuk membuat atap selain dari injuk atau daun – daunan
Saung Ranggon merupakan bangunan sejarah tertua di Desa Cikedokan, kecamatan Cikarang Barat, yang kabarnya sudah berumur hampir 500 tahun sejak abad ke-16. Meski telah berkembang menjadi kawasan industri yang sangat berkembang pesat, warisan kejayaan ini masih terpelihara dengan baik. Saung dalam bahasa Sunda berarti rumah yang berada ditengah sawah, dibuat diatas lahan seluas 500 meter persegi dengan panjang 7,6 meter dan lebar 7,2 meter. Tinggi bangunan tradisional ini mencapai 2 meter berbentuk rumah panggung. Dulu, bangunan ini berfungsi sebagai tempat menunggu tanaman produksi maka dibangun lebih tinggi dari permukaan tanah untuk mempermudah pengawasan lahan dan terjaga dari binatang buas seperti babi hutan, harimau, ular dan lainnya. Saung Ranggon yang menjadi bangunan khas Bekasi ini dibangun dengan prinsip ramah lingkungan. Material untuk membuat bangunan tradisional ini terdiri dari papan kayu dan bambu. Uniknya, setiap bagian bangunan tidak dikaitkan den...
Candi Cangkuang Buat anda yang sering berpergian ke kota Garut, tentu tidak asing dengan candi Cangkuang. Candi Cangkuang berada di kampung Pulo, Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat. Candi ini berada di sebuah pulau yang terdapat di tengah danau. Candi ini ada berada di atas bukit membuatnya menjadi bangunan tertinggi di pulau tersebut. Candi ini adalah candi Hindu. Candi ini diperkirakan berasal dari abad ke 8. Hal ini dibuktikan karena candi yang polos dan bangunan yang simple. Selain itu, dilihat dari batu yang digunakan oleh candi ini. Candi ini ditemukan pada tahun 1966 oleh Uka Tjandrasasmita dan Harsoyo. Penemuan candi ini tidak terlepas dari catatan Vorderman dalam Notulen Bataviach Genoot Schap. Dalam catatan tersebut dituliskan tentang adanya patung Siwa di Kampung Pulo. Benar saja, patung Siwa lalu ditemukan. Tidak hanya patung Siwa tetapi juga batu-batuan yang merupakan bahan dari candi. Penelitian besar-besar dilakukan pada tahun 1967-1968 dan 1974-1976. Dala...