Candi Penampehan yang terletak dilereng Gunung Wilis, Dusun Turi Desa Geger kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung merupakan candi Hindu kuno peninggalan kerajaan Mataram kuno dibangun pada tahun saka 820 atau 898 Masehi. Arti penampehan itu sendiri konon berasal dari Bahasa Jawa yang berarti antara penolakan dan penerimaan yang bersyarat demikian tafsirnya. Candi penampehan merupakan candi pemujaan dengan tiga tahapan (teras) yang dipersembahkan untuk memuja Dewa Siwa, dimana konon peresmian candi ini dengan mengadakan pagelaran Wayang (ringgit). Selanjutnya era demi era pergolakan perebutan kekuasaan dan politik di tanah jawa berganti mulai dari kerajaan Mataram Kuno, Kediri, Singosari, hingga Majapahit sekitar abad 9-14 M, candi ini terus digunakan untuk bertemu dan memuja Tuhan, Sang Hyang Wenang. Di dalam kompleks Candi terdapat beberapa Arca yaitu arca Siwa dan Dwarapala, tetapi karena ulah Manusia yang tidak mencintai dan menghargai Heritage dan...
Candi Boyolangu merupakan kompleks percandian yang terdiri dari tiga bangunan perwara. Masing-masing bangunan menghadap ke barat. Candi ini ditemukan kembali oleh masyarakat pada tahun 1914 dalam timbunan tanah. Bangunan pertama disebut dengan bangunan induk perwara, karena bangunan ini berukuran lebih besar dibanding dengan bangunan kedua dan bangunan lainnya. Letak bangunan ini di tengah bangunan lainnya. Candi Boyolangu berada di tengah pemukiman penduduk di wilayah Dusun Dadapan, Desa Boyolangu, kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulunaggung, Wilayah Provinsi Jawa Timur. Bangunan induk perwara terdiri dari dua teras berundak yang hanya tinggal bagian kakinya. Bentuk bangunan berdenah bujur sangkar dengan panjang dan lebar 11,40 m dengan sisa ketinggian kurang lebih 2,30 m (dengan mengambil sisi selatan). Di dalam bangunan ini terdapat sebuah sempalan arca w...
Komplek Candi Dadi berada pada ketinggian 360 m dari permukaan laut, berada di areal kehutanan di lingkungan RPH Kalidawir. Candi ini memiliki candi tunggal yang tidak memiliki tangga masuk, hiasan, maupun arca. Candi tersebut berdiri tegak pada puncak sebuah bukit di lingkungan pegunungan Walikukun. Denah candi berbentuk bujursangkar dengan ukuran panjang 14 m, lebar 14 m, dan tingi 6,50 m. Bangunan berbahan batuan andesit itu terdiri atas batur dan kaki candi. Berbatur tinggi dan berpenampil pada setipa sisinya. Bagian atas batur merupakan kaki candi yang berdenah segi delapan, pada permukaan tampak bekas tembok berpenampang bulat yang kemungkinan berfungfi sebagai sumuran. Diameter sumuran adalah 3,35 dengan kedalaman 3 m. Dalam perjalanan ke lokasi ini dapat dilihat sisa bangunan kuna yang masing-masing disebut Candi Urung, Candi Buto dan candi Gemali. Candi-candi yang disebut belakangan dapat dikatakan tidak terlihat lagi bentuknya, kecuali gunduka...
Istana Gabang atau dalam bahasa Jawa disebut dengan ndalem Gebang merupakan rumah tempat tinggal Orang tua Bung Karno. Rumah ini letaknya tidak jauh dari Makam Bung Karno kira-kira 2 km ke arah selatan, tepatnya di Jalan Sultan Agung No. 69 Kota Blitar. Rumah ini sebenarnya milik bapak Poegoeh Wardoyo suami dari Sukarmini, kakak kandung Bung Karno. Selain ditempati oleh kedua orang tua Bung Karno, ditempat ini pula Sang Proklamator pernah tinggal ketika masa-masa remajanya. Istana Gebang berdiri di atas lahan sekitar dua hektar. Keseluruhan bagiannya terdiri dari rumah utama, bagian ini terdiri dari ruang tamu yang cukup luas dengan perabot kursi model lama. Dan beberapa meja dan lemari kecil di sisi barat. Selain itu juga terdapat ruang keluarga yang juga cukup lapang dengan deretan kursi kayu berkombinasi anyaman rotan. Di sana juga terdapat kursi kayu santai lengkap dengan bangku kecil sebagi penopang kaki di bawahnya. Kursi ini biasa digunakan Soeka...
Monumen Gerbong Maut merupakan monumen bersejarah pada jaman penjajahan Belanda. Menurut sejarahnya, sebanyak 51 pejuang tewas dalam gerbong saat pihak Belanda memindahkan 100 tahanan dari Bondowoso ke tahanan Kali Sosok, Surabaya. Alasan pihak Belanda memindakan para tahanan itu dikarenakan ruang tahanan yang telah penuh di Bondowoso, karena itu dipilihlah 100 tahanan secara acak untuk di pindah ke Surabaya, dengan menggunakan kereta api. Keadaan yang panas yang pengap, serta tidak diberinya makanan bagi para tahanan selama 2 hari perjalanan, membuat mereka meninggal sesampainya di Surabaya. Monumen dibangun untuk memperingati momen bersejarah di tahun 1947 itu, dan berlokasi tepar di jantung kota Bondowoso.
Candi Alas Purwo yang merupakan tempat Wisata Religi yang banyak didatangi orang baik orang hindu dari Bali atau dari Kecamatan Tegaldlimo sendiri dan Juga dari Agama lain yang ingin bersemedi di Candi Alas Purwo. namun candi yang satu ini masih kurang dikenal karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk memperkenalkannya. padahal apabila Candi ini dibangun sebagai tempat Wisata Religi. maka candi ini akan dikenal banyak orang dan tidak akan rusak terlupakan dan tergerus zaman.
Candi Singhasari atau Candi Singasari atau Candi Singosari adalah candi Hindu - Buddha peninggalan bersejarah Kerajaan Singhasari yang berlokasi di Desa Candirenggo , Kecamatan Singosari , Kabupaten Malang , Jawa Timur , Indonesia . Cara pembuatan candi Singhasari ini dengan sistem menumpuk batu andhesit hingga ketinggian tertentu selanjutnya diteruskan dengan mengukir dari atas baru turun ke bawah. (Bukan seperti membangun rumah seperti saat ini). Candi ini berlokasi di Desa Candirenggo , Kecamatan Singosari , Kabupaten Malang , (sekitar 10km dari Kota Malang ) terletak pada lembah di antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna di ketinggian 512 m di atas permukaan laut .
Rumah adat ini memiliki halaman panajang, yang biasa disebut tanian lanjang. Pintu rumah adat Madura memiliki satu pintu, dengan alas an agar pemiliki rumah dapat mengontrol aktivitas keluar masuk keluarga. Pintu ini dihiasi ukir-ukiran asli Madura yang didominasi warna hijau dan merah, yang memiliki lambing kesetiaan dan perjuangan.
Rumah adat Jawa Timur umumnya mengambil bentuk Joglo. Ada juga yang berbentuk limasan (dara gepak) dan bentuk srontongan (empyak setangkep). Khusus untuk rumah berbentuk joglo, kota-kota dibagian barat Jawa Timur memiliki kemiripan dengan kota-kota di Jawa Tengah terutama Surakarta dan Yogyakarta yang disebut sebagai kota pusat peradaban Jawa. Arsitektur Joglo terbilang unik, dengan ciri khas berupa perpaduan dua bidang atap segitiga dengan dua buah bidang atap trapesium. Masing-masing memiliki sudut kemiringan yang berbeda dan tidak sama besar. Atap Joglo selalu terletak di tengah-tengah dan lebih tinggi serta diapit oleh atap serambi. Dari bentuk atap yang unik inilah bangunannya kemudian dikenal dengan nama rumah Joglo.