Secara geografis, Desa Sirnaresmi terletak di 6° 48' 54" BT dan 106° 33' 3" LS. Secara administrasi, Desa Sirnaresmi termasuk dalam Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Batas-batas administrasi Desa Sirnaresmi adalah: Sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Lebak . Sebelah timur, berbatasan dengan Kecamatan Kelapa Nunggal Sebelah selatan dan barat, berbatasan dengan Desa Cicadas Kampung Sirnaresmi merupakan salah satu dari tujuh kampung yang ada di Desa Sirnaresmi. Batas-batas Kampung Sirnaresmi adalah : Sebelah utara, berbatasan dengan Sungai Cibareno Sebelah selatan, berbatasan dengan Kampung Cibongbong Sebelah timur, berbatasan dengan Kampung Cikaret Sebelah barat, berbatasan dengan Desa Cicadas Suhu udara di wilayah desa berada pada kisaran 21-28°C dengan curah hujan antara 2120-3250 mm/lahun serta kelembaban udara 84%. Desa Sirnaresmi berada pada...
Merupakan suatu perkampungan yang terdapat di dalam pulau di tengah kawasan Situ Cangkuang. Menurut cerita rakyat, masyarakat Kampung Pulo dulunya menganut agama Hindu, lalu Embah Dalem Arif Muhammad singgah di daerah ini karena terpaksa mundur pada saat mengalami kekalahan sewaktu menyerang Belanda. Karena malu kepada Sultan Agung maka Embah Dalem Arif Muhammad tidak mau kembali ke Mataram. Pada saat itu beliau mulai menyebarkan agama Islam pada masyarakat Kampung Pulo. Sampai dengan beliau wafat dan dimakamkandi Kampung Pulo, beliau meinggalkan 6 orang anak dan salah satunya adalah pria. Oleh karena itu di Kampung Pulo didirikan 6 buah rumah adat yang berjajar saling berhadapan masing-masing 3 buah rumah di kiri dan di kanan ditambah dengan sebuah mesjid. Jumlah dari rumah tersebut tidak boleh ditambah ataupun dikurangi, serta yang tinggal di dalam rumah tersebut tidak boleh melebihi dari 6 kepala keluarga. Jika seorang anak laki-laki sudah dewasa dan menikah maka paling lamba...
Berada pada ketinggian ± 390 m di atas permukaan laut dengan luas ± 5 hektar. Dalam kisah tradisi yang dipercayai masyarakat setempat bahwa yang berjasa sebagai pendiri Kampung Dukuh adalah Syekh Abdul Jalil. Menurut cerita nama dukuh diambil dari bahasa Sunda yang berarti tukuh (kukuh, patuh, teguh), dalam mempertahankan apa yang yang menjadi miliknya, atau taat dan sangat patuh menjalankan tradisi warisan nenek moyangnya. Menurut penuturan (2006) Lukmanul Hakim, Juru Kunci (Kuncen) Kampung Dukuh istilah dukuh berasal dari padukuhan atau dukuh = calik = duduk. Jadi padukuhan sama dengan pacalikan atau tempat bermukim. Kampung Dukuh merupakan kesatuan pemukiman yang mengelompok, terdiri atas beberapa puluh rumah yang berjajar pada kemiringan tanah yang bertingkat. Pada tiap tingkatan terdapat sederetan rumah yang membujur dari arah barat ke timur. Letak antar rumah hampir berdempetan, sehingga jalan kampung terletak di sela-sela rumah penduduk berupa jalan s...
1. Lokasi dan Lingkungan Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar adalah sebuah kampung adat yang mempunyai ciri khas dalam lokasi dan bentuk rumah serta tradisi yang masih dipegang kuat oleh masyarakat pendukungnya. Masyarakat yang tinggal di Kampung Ciptagelar disebut masyarakat kasepuhan. Istilah kasepuhan berasal dari kata sepuh dengan awalan /ka/ dan akhiran /an/. Dalam bahasa Sunda, kata sepuh berarti \\\'kolot\\\' atau \\\'tua\\\' dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan pengertian ini, muncullah istilah kasepuhan, yaitu tempat tinggal para sesepuh. Sebutan kasepuhan ini pun menunjukkan model \\\'sistem kepemimpinan\\\' dari suatu komunitas atau masyarakat yang berasaskan adat kebiasaan para orang tua (sepuh atau kolot). Kasepuhan berarti \\\'adat kebiasaan tua\\\' atau \\\'adat kebiasaan nenek moyang\\\'. Menurut Anis Djatisunda (1984), nama kasepuhan hanya merupakan istilah atau sebutan orang luar terhadap kelompok sosial ini yang pada masa lalu...
Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar adalah sebuah kampung adat yang mempunyai ciri khas dalam lokasi dan bentuk rumah serta tradisi yang masih dipegang kuat oleh masyarakat pendukungnya. Masyarakat yang tinggal di Kampung Ciptagelar disebut masyarakat kasepuhan. Istilah kasepuhan berasal dari kata sepuh dengan awalan /ka/ dan akhiran /an/. Dalam bahasa Sunda, kata sepuh berarti 'kolot' atau 'tua' dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan pengertian ini, muncullah istilah kasepuhan, yaitu tempat tinggal para sesepuh. Sebutan kasepuhan ini pun menunjukkan model 'sistem kepemimpinan' dari suatu komunitas atau masyarakat yang berasaskan adat kebiasaan para orang tua (sepuh atau kolot). Kasepuhan berarti 'adat kebiasaan tua' atau 'adat kebiasaan nenek moyang'. Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar merupakan nama baru untuk Kampung Ciptarasa. Artinya sejak tahun 2001, sekitar bulan Juli, Kampung Ciptarasa yang berasal dari Desa Sirnarasa melakuka...
Masyarakat Kampung Urug menganggap bahwa mereka berasal dari keturunan Prabu Siliwangi, raja di kerajaan Pajajaran Jawa Barat. Bukti dari anggapan tersebut di antaranya menurut seorang ahli yang pernah memeriksa konstruksi bangunan rumah tradisional di Kampung Urug, beliau menemukan sambungan kayu tersebut sama dengan sambungan kayu yang terdapat pada salah satu bangunan di Cirebon yang merupakan sisa-sisa peninggalan Kerajaan Pajajaran. Salah seorang keturunan Prabu Siliwangi yang dianggap leluhur kampung Urug bernama Embah Dalem Batutulis atau Embah Buyut Rosa dari Bogor. Mereka tidak berani menyebut Embah Buyut Rosa, katanya "teu wasa bisi kasiku" (tidak berani takut kena bencana). Asal-usul Kampung Urug berdasarkan latarbelakang sejarahnya memiliki beberapa versi. Perbedaan tersebut bukan terletak pada siapa dan darimana Ieluhur mereka itu, akan tetapi terletak pada masalah tujuan atau motivasi yang menjadi penyebab berdirinya Kampung Urug. Kata Uru...
Menurut kuncen Kampung Cikondang, konon mulanya di daerah ini ada seke (mata air) yang ditumbuhi pohon besar yang dinamakan Kondang. Oleh karena itu selanjutnya tempat ini dinamakan Cikondang atau kampung Cikondang. Nama itu perpaduan antara sumber air dan pohon Kondang; "ci' berasal dari kependekan kata "cai' artinya air (sumber air), sedangkan "kondang' adalah nama pohon tadi. Masih menurut penuturan kuncen, untuk menyatakan kapan dan siapa yang mendirikan kampung Cikondang sangat sulit untuk dipastikan. Namun, masyarakat meyakini bahwa karuhun (Leluhur) mereka adalah salah seorang wali yang menyebarkan agama Islam di daerah tersebut. Mereka memanggilnya dengan sebutan Uyut Pameget dan Uyut Istri yang diyakini membawa berkah dan dapat ngauban (melindungi) anak cucunya. Kapan Uyut Pameget dan Uyut Istri mulai membuka kawasan Cikondang menjadi suatu pemukiman atau kapan ia datang ke daerah tersebut? Tidak ada bukti konkrit yang menerangkan kejadian itu baik te...
Rumah Adat Citalang merupakan salah satu contoh bentuk rumah tradisional masyarakat Purwakarta. Rumah yang masih dipertahankan keasliannya ini berada di Gang Patinggi III, Kampung Karangsari, Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta tepatnya pada posisi koordinat 06° 32' 371" Lintang Selatan dan 107° 27' 822" Bujur Timur. Lingkungan sekitar rumah adat Citalang berupa perkampungan yang tidak begitu padat. Keletakan rumah berada pada lahan di sebelah selatan jalan kampung. Meskipun statusnya sebagai jalan kampung, namun jalan ini sudah diaspal lumayan bagus. Di kanan dan kiri pekarangan rumah berupa pekarangan rumah masyarakat sedangkan di depan dan belakang berupa kebun. Bangunan rumah berada tepat di tengah lahan pekarangan yang luasnya 1.350 m2. Sisi depan pekarangan (utara) berpagar besi, sedang tiga sisi lainnya berpagar tanaman. Gerbang masuk tepat berada di tengah-tengah sisi utara. Posisi demikian ini lurus dengan pintu rumah. Halaman sekeliling rumah dimanfaatkan u...
Rumah Adat Hasan Maulani terletak di Kampung Wage, Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi. Secara astronomis terletak pada koordinat 6º59’22” LS dan 108º30’48” BT. Rumah adat ini terletak di tengah permukiman warga yang relatif mudah dihangkau. Kendaraan roda empat tidak bisa menjangkau lokasi ini, hanya sampai di jalan beraspal yang melalui kampung ini. Selanjutnya dilanjutkan kaki sekitar 150 m. Sedang kendaraan roda bisa sampai ke rumah adat ini. Beberapa bangunan di sekitar rumah adat adalah masjid yang berada di sebelah barat laut rumah adat dan pondok pesantren di sebelah timur laut rumah adat. Rumah adat ini merupakan rumah yang pernah ditinggali oleh Hasan Maulani. Tokoh ini hidup sezaman dengan Pangeran Diponegoro sekitar abad ke-19. beliau berasal dari Cirebon. Beliau merupakan tokoh yang penting dalam peng-Islaman di daerah ini dan juga merupakan tokoh yang anti-kolonial. Beliau menetap di daerah ini dan menyebarkan agama Islam dengan mem...