Baileo itu sebutan atau nama dari rumah adat orang Maluku, dengan bentuk bangunan yang besar, material bangunan sebagian besar berbahan dasar kayu, kokoh dengan cukup banyak ornamen, ukiran yang menghiasi seluruh bagian dari rumah tersebut. Tidak seperti halnya fungsi rumah adat pada suku-suku lain di Indonesia, Baileo atau sebutan harfiahnya Balai, merupakan rumah yang di bangun dengan tujuan yang berbeda, bukan sebagai rumah untuk dihuni atau rumah tinggal, melainkan bangunan yang berfungsi untuk Landmark suatu desa bagi orang-orang Maluku (rumah yang di gunakan sebagai tempat kegiatan atau upacara adat bagi warga kampung). Baileo merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat pertemuan warga (balai bersama), selain sebagai tempat pertemuan / kegiatan Baileo juga berfungsi untuk menyimpan benda-benda suci, senjata atau pusaka peninggalan dari nenek moyang warga kampung tersebut. Rumah adat Baileo ini mempunyai beberapa bagi...
Baileo merupakan bentuk bangunan tradisional Maluku yang diakui oleh seluruh warga masyarakat Maluku, karena Baileo merupakan satu-satunya bangunan warisan nenek moyang suku bangsa Maluku yang menggambarkan kebudayaan siwa-lima. Baileo adalah sebuah rumah panggung. Beratap kukuh dan besar, menutupi sebagian badan rumah. Seolah-olah berkesan member perlindungan pada rumah dan segala isinya. Atap Baileo terbuat dari rumbia, sedangkan dindingnya terbuat dari tangkai rumbia yang disebut gaba-gaba. Aslinya Baileo ini tidak berdinding. Hal ini mengandung maksud agar roh nenek moyang mereka bisa dapat bebas keluar masuk bangunan tersebut. Letak lantai yang umumnya dibuat tinggi dimaksudkan agar kedudukan tempat bersemayam roh-roh nenek moyang lebih tinggi dari tempat berdirinya rakyat desa yang bersangkutan. Jumlah tiang penyangga bangunan yang ada melambangkan jumlah klen yang terdapat di desa tempat Baileo tersebut berada. Baileo juga dilengkapi dengan Pamali dan Bilik Pamali...
Benteng Belgica pada awalnya merupakan sebuah benteng yang dibangun oleh bangsa Portugis pada abad 16 di Pulau Neira, Maluku. Kemudian, di lokasi benteng tersebut dibangun kembali sebuah benteng oleh VOC atas perintah Gubernur Jendral Pieter Both pada tanggal 4 September 1611. Benteng tersebut kemudian diberi nama Fort Belgica, sehingga pada saat itu, terdapat dua buah benteng di Pulau Neira yaitu; Benteng Belgica dan Benteng Nassau. Benteng ini dibangun dengan tujuan untuk menghadapi perlawanan masyarakat Banda yang menentang monopoli perdagangan pala oleh VOC.
Rumah adat baileo merupakan rumah adat yang berasal dari provinsi Maluku. Rumah adat ini melambangkan kejamukan agama di Maluku. Ciri khas rumah adat ini adalah ukurannya yang besar sebab rumah adat ini tidak dipakai sebagai tempat tinggal saja melainkan untuk musyawarah dan acara hiburan. Uniknya didalam salah satu ruangan rumah adat ini terdapat ruangan khusus untuk menyimpan benda-benda pusaka suci.
Rumah adat merupakan bangunan yang mempunyai ciri khas terkait dengan budaya dari tiap-tiap suku yang ada di Indonesia. Di Indonesia begitu banyak rumah adat yang mewakili suku dan adat istiadat dari masing-masing daerah. Salah satunya adalah Suku Baduy, suku asli masyarakat Banten yang memiliki rumah adat Sulah Nyanda. Terletak di dalam pegunungan, Suku Baduy hidup di dalam rumah adat yang terbuat dari kayu dan bambu ini. Pembuatan rumah adat Sulah Nyanda dilakukan dengan cara gotong royong menggunakan bahan baku yang berasal dari alam. Bahan seperti kayu digunakan untuk membangun pondasi, sedangkan pada bagian dasar pondasi menggunakan batu kali atau umpak sebagai landasannya. Hal yang unik dari pembangunan rumah ini adalah dibangun dengan mengikuti kontur tanah. Hal ini berkaitan dengan aturan adat yang mengharuskan setiap masyarakat yang ingin membangun rumah tidak merusak alam sekitar demi membangun suatu bangunan. Karenanya, tiang-tiang rumah adat Suku Baduy tidak memi...
Sebuah bangunan yang tampak menyerupai singa duduk tampak begitu kokoh berdiri dengan latar belakang kemegahan Gunung Gamalama. Bangunan tersebut memang tidak bisa menyembunyikan usianya yang sudah sangat tua, namun kondisinya terlihat terawat. Bangunan besar berwarna kuning muda ini seolah hidup dan memicingkan pandangannya ke arah lautan sebagai tanda bahwa ia merupakan sebuah tempat penting dalam sejarah kehidupan Ternate, Maluku Utara. Bangunan anggun nan indah ini adalah Kedaton Kesultanan Ternate. Kedaton Sultan Ternate ini dibangun pada tanggal 24 November 1813 oleh salah satu Sultan Ternate yang bernama Sultan Muhammad Ali. Luas bangunan berbentuk persegi delapan ini adalah sekitar 1500 meter persegi di atas tanah seluas 1,5 Ha. Menurut sejarah, arsitektur yang membangun Kedaton ini adalah seorang berkebangsaan Cina. Hal inilah yang menjadi sebab adanya beberapa detail oriental di beberapa titik istana seperti tangga dan beberapa sudut bangunan lainny...
Baileo, dalam Bahasa Indonesia memiliki arti Balai, merupakan tempat bermusyawarah dan pertemuan rakyat dengan dewan rakyat, seperti saniri negeri dan dewan adat, yang menunjukan bahwa sistem demokrasi sudah dikenal oleh rakyat lima-siwa sejak dulu. Bangunan Baileo ini merupakan satu-satunya bangunan peninggalan yang menggambarkan kebudayaan siwa-lima, karena itulah dipilih sebagai bangunan yang dapat mewakiliki daerah provinsi Maluku. Ada beberapa simbol yang memberikan ciri bahwa itu adalah Rumah adat Balieo. Pertama, Batu Pamali. Pada rumah adat Baileo posisi batu pamali berada di depan pintu tepat dimuka pintu rumah Balieo. Keberadaan batu pamali di muka pintu menunjukan bahwa rumah itu adalah balai adat. Batu pamali adalah tempat untuk menyimpan sesaji. Selain itu, balai adat ini merupakan bangunan induk anjungan. Tiang-tiang yang menyangga rumah berjumlah sembilan yang berada di bagian depan dan belakang, melambangkan jumlah marga yang ada di desa bersangkutan, juga lima t...
Menyusuri Pelabuhan Labuha di Pulau Bacan menjadi aktivitas yang menyenangkan. Tidak sekadar menyaksikan kegiatan bongkar muat kapal yang membawa ikan tapi juga bisa merasakan segarnya tiupan angin yang berasal dari Selat Bacan maupun Selat Herberg. Tidak jauh dari pelabuhan tersebut menuju ke arah barat, Anda akan bisa melihat sebuah bangunan beratap hijau yang khas kolonial. Bangunan tersebut merupakan kedaton atau kraton dari Kesultanan yang menjadi bangunan terakhir yang ditinggali oleh Sultan Bacan. Bangunan kraton yang sekarang ini sekilas menyerupai rumah tinggal biasa. Akan tetapi, bila diperhatikan lebih seksama lagi, gaya arsitekturnya masih menunjukkan ciri-ciri arsitektur gaya kolonial kuno pada bagian atap dan jendela-jendela yang ada. Kedaton atau Kraton Sultan Bacan ini terletak di Jalan Oesman Syah RT.03 RW.07 Kelurahan Amasing Kota, Kecamatan Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan. Lokasi kedaton ini berada sekitar 100 meter dari Masjid Kesu...