×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Awang Gerang Panglima Laut Bermata Satu

Tanggal 17 Jul 2012 oleh tresna purnama dewi.


Beberapa abad yang lampau di Pulau Garang, Kepulauan Riau ada lanun-lanun atau segerombolan bajak laut yang berkeliaran di kepulauan itu. Masyarakat dibuat resah, karena mereka merampas semua perahu dagang yang melintas. Selain merampas mereka pun sering menculik anak-anak gadis. Karena itulah datuk dan batin berusaha menghalau bajak laut tersebut dengan berbagai cara.
Di desa itu hiduplah seorang pemuda bernama Awang garang. Awang garang adalah seorang pemuda miskin. Kegiatan sehari-harinya menangkap ikan di pantai. Cita-citanya adalah ia ingin menguasai laut, sehingga ia mau menjadi tukang masak, meski pun tidak dibayar, agar dapat ikut berlayar mengarungi laut dan lautan di sekitar kepulauan itu. Di desanya Awang Garang dikenal sebagai pemuda yang rajin , sehingga membuat para datuk dan batin sayang kepadanya. Ia bahkan dipercaya menjadi pembantu tukang kapal.
Suatu hari Sultan Riau memerintahkan para datuk dan batin untuk membuat kapal perang. Pembuatan kapal perang itu dipercayakan sultan kepada tujuh datuk dan batin. Sudah tiga bulan pembuatan kapal itu berlangsung, namun kapal itu belum menampakkan hasil. Bahan kayu sudah beberapa kali diganti, dari kayu medang tanduk berganti kayu medang tembaga, namun tetap juga tidak menampakkan hasil. Para datuk dan batin khawatir sultan menjadi murka karena kegagalan itu.
Ditengah rasa cemas itu, tiba-tiba Awang garang berteriak "Sampai kiamat pun tidak akan jadi kapal itu, seharusnya kapal itu dibuat dengan tiga jenis kayu." Suara Awang garang mengejutkan semua datuk dan batin. Datuk membalas "Hai Awang janganlah kamu mendahului kami, jangan asal bicara. Kalau berani coba buktikan kata-katamu itu, Jika kata-katamu tak terbukti maka batang lehermu akan dipenggal." Menanggapi hal itu Awang menjawab "Baiklah datuk akan kubuktikan perkataan itu benar." Kata Awang garang tanpa ragu-ragu.
Suatu hari, pada saat Awang garang sedang mengawasi tukang yang sedang memotong kayu, tiba-tiba letikan kayu terlempar dan mengenai mata kanannya. "Ya Allah pecah mataku." Jerit Awang garang menahan sakit. Karena kesal Awang garang menyumpahi kapal itu "Dasar kapal sial, aku sumpah kapal ini tak akan turun ke laut !" . Mata kananya pun menjadi buta, dan dia terpaksa memakai penutup mata berwarna hitam. Awang garang kemudian meninggalkan pekerjaannya sebagai pembantu tukang kapal perang.
Dua bulan setelah ditinggalkan Awang Garang , maka jadilah kapal perang itu, namun kapal itu tidak bias diturunkan para datuk dan batin karena sudah disumpah Awang Garang. Sultan pun memerintahkan Awang Garang untuk menurunkan kapal itu, jika gagal lehernya akan dipenggal. Maka Awang garang pun mengajukan tiga persyaratan kepada datuk dan batin. Yang pertama siapkan 37 pekerja pembantu lengkap dengan peralatannya. Kedua ketujuh datuk itu harus dating dengan ditutup matanya. Da syarat yang terakhir adalah yang paling sulit, yaitu siapkan tujuh wanita yang sedang hamil sulung, dan memakai baju yang berbeda warna dan coraknya. Tujuh wanita itu harus anak tau keluarga dari datuk atau batin itu sendiri. Karena desakan waktu yang ditentukan dauk dan batin menyetujui persyaratan itu.
Setelah persyaratan itu dilengkapi, maka pada saat purnama ketika air laut pasang semua hadirin sudah datang dan ditutup kedua matanya dengan kain. Tiba-tiba menjelang malam bunyi peralatan berlepuk-lepuk dan diiringi bunyi jeritan tujuh wanita yang sedang mngandung sulung. "Tolong jangan lindas perut kami ! Tolong !." . suara itu membuat semua yang hadir cemas dan gelisah. Kemudian Awang Garang memerintahkan semua pergi kelambung kapal . "Siap Dorong !". Ketika terdengar suara jerit bayi seketika itu juga terdengar suara kapal terjebul kelaut. Para datuk dan batin membuka penutup matanya dan melihat apa yang terjadi "Oh rupanya memakai pohon yang di lepas kulitnya. Pakai galang kayu licin." Kata para datuk bergantian. Konon kata-kata pakai galang diprcaya sebagai asal nama pulau galang.
Sedangkan ketujuh wanita yang sedang mengandung sulung selamat semua. Mereka tidk di gilas perahu melainkan hanya dibaringkan didalam lubang yang digali dibawah kapal. Ketujuh wanita itu melahirkan dibawah lunas kapal perang. Setelah 18 tahun kemudian, ketujuh bayi yang dilahirkan waktu itu menjadi panglima penumpas bajak laut di perairan Riau. Mereka diberi gelar sesuai dengan warna pakaian yang dikenakan ibu mereka sewaktu melahirkan mereka. Ketujuh panglima itu menjadi satu kekuatan di kapal perang pimpinan Awang Garang yang bergelar panglima hitam elang di laut bermata satu.

DISKUSI


TERBARU


Makanan Khas Je...

Oleh Yaemmm | 10 May 2024.
Makanan daerah

Horog-Horog adalah makanan khas Jepara sebagai sumber karbohidrat dapat menjadi pengganti nasi. Bahan utamanya adlah tepung yang terbuat dari pohon a...

Tari Hudoq: Mer...

Oleh Firasalihaz | 03 May 2024.
Tarian Tradisional

Budaya Tari Hudoq dari Kalimantan Timur mempesona dengan keunikan dan kedalaman maknanya. Tarian ini berasal dari suku Dayak Basad, di mana penari la...

Candi Ijo - Sej...

Oleh Dewiarya | 02 May 2024.
Bangunan Bersejarah

Candi ijo terletak di kecamatan Prambanan Sleman DIY , kita harus melewati perbukitan Boko yang berbatu cadas, Candi Ijo merupakan situs seja...

Lumpia

Oleh Kyaya | 28 Apr 2024.
Makanan khas

Lumpia merupakan salah satu kuliner khas semarang yang banyak di gemari masyarakat. Ciri khas dari lumpia semarang yaitu berada pada isianya, rebun...

Kolintang: Alat...

Oleh Klasiktoto | 27 Apr 2024.
Alat Musik Tradisional

Sulawesi Tenggara, surganya keberagaman budaya, telah menjadi tempat bagi berbagai suku yang membentuk kehidupan dan kebudayaan yang kaya. Dalam jurn...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...