Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Barat Jawa Barat
Asal Mula Pohon Padi
- 9 Desember 2020 - direvisi ke 3 oleh Bangindsoft pada 26 September 2024

Pada jaman dahulu hidup seseorang bernama Sunan Ibu di sebuah taman indah bernama Taman Sorga Loka.

Saat itu Sunan Ibu tengah menunggu kedatangan Dewi Sri Pohaci Long Kancana.

Setelah tiba, Dewi Sri Pohaci menceritakan kepada Sunan Ibu bahwa ada suatu tempat di bumi yang belum memiliki cihaya atau sesuatu kebutuhan hidup umat manusia.

Tempat itu bernama Buana Panca Tengah.

Setelah mendengar penuturan Dewi Sri Pohaci, Sunan Ibu lantas memberi perintah kepada Dewi Sri agar ia pergi ke negeri Buana Panca Tengah.

Dewi Sri Pohaci menyanggupi tugas yang diberikan oleh Sunan Ibu, namun ia meminta agar kepergiannya ditemani oleh Eyang Prabu Guruminda.

Sunan Ibu mengabulkan permintaan Dewi Sri Pohaci.

Sunan Ibu kemudian memanggil Eyang Prabu Guruminda dan memerintahkannya agar menemani Dewi Sri Pohaci ke negeri Buana Panca Tengah.

Sebelum pergi meninggalkan Taman Sorga Loka, Eyang Prabu Guruminda meminta waktu untuk duduk bersemedi dalam rangka memohon petunjuk Hiang Dewanata.

Dalam semedinya, Hiang Dewanata memberikan petunjuk kepada Eyang Guruminda agar mengubah Dewi Sri Pohaci menjadi sebutir telur.

Setelah memperoleh petunjuk, Eyang Guruminda mengakhiri semedinya.

Kemudian dengan kesaktiannya, ia mengubah Dewi Sri Pohaci menjadi sebutir telur.

Setelah semua persiapannya selesai, maka berangkatlah Eyang Prabu Guruminda menuju negeri Buana Panca Tengah dengan membawa Dewi Sri yang berwujud sebutir telur.

Dewi Sri yang berwujud sebutir telur, disimpan baik-baik dalam sebuah kotak bernama Cupu Gilang Kencana.

Dengan kesaktiannya, Prabu Guruminda terbang ke setiap penjuru utara-selatan-barat-timur mencari sebuah negeri bernama Buana Panca Tengah.

Tanpa disengaja, Cupu Gilang Kencana terbuka dan telur di dalamnya pun terjatuhlah ke bumi.

Telur tersebut jatuh di suatu tempat yang dihuni oleh Dewa Anta.

Dewa Anta kemudian mengambil telur tersebut dan disimpannya baik-baik.

Setelah beberapa waktu lamanya, telur tersebut menetas dan lahirlah seorang putri yang sangat cantik yang tiada lain adalah Dewi Sri.

Tentu saja Dewa Anta amat senang dengan kelahiran seorang bayi perempuan yang sangat cantik.

Dewa Anta merawat Dewi Sri hingga tumbuh menjadi seorang gadis dewasa yang cantik jelita.

Hanya dalam waktu singkat kecantikan Dewi Sri tersiar ke berbagai penjuru negeri.

Maka berdatanganlah para raja-raja dari berbagai kerajaan menemui Dewi Sri Pohaci dengan tujuan ingin meminangnya menjadi permaisuri.

Tetapi Dewi Sri menolak pinangan para raja karena teringat akan tugasnya yang belum selesai yaitu memberikan cihaya kepada negeri Buana Panca Tengah.

Jika ia menerima pinangan, berarti ia telah mengabaikan tugas yang dibebankan kepadanya.

Kepada setiap raja yang berminat meminangnya, Dewi Sri menjelaskan bahwa maksud kelahirannya ke dunia adalah untuk melaksanakan tugas dari Sunan Ibu di Taman Sorga Loka yaitu untuk menganugerahkan cihaya kepada negeri Buana Panca Tengah.

Namun, para raja tidak perduli.

Pinangan demi pinangan terus berdatangan hingga mengakibatkan Dewi Sri jatuh sakit.

Terus memikirkan tugasnya yang belum terselesaikan, semakin lama sakit yang di derita Dewi Sri semakin parah.

Merasa hidupnya tidak akan lama lagi, Dewi Sri akhirnya menyampaikan amanat terakhir.

“Bila tiba saatnya nanti aku meninggal dunia dan bila kelak aku sudah dikuburkan, maka jangan heran jika terdapat suatu keanehan-keanehan pada pusaraku.”

Tidak lama kemudian, dengan kehendak yang Maha Kuasa, Dewi Sri Pohaci meninggal dunia.

Amanat terakhir Dewi Sri Pohaci ternyata terbukti.

Di pusaranya ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang belum pernah ada selama ini.

Pada bagian kepala tumbuh pohon kelapa, pada bagian tangan tumbuh pohon buah-buahan, pada bagian kaki tumbuh pohon ubi, sedangkan pada bagian perutnya tumbuh pohon aren.

Juga tumbuh suatu tumbuhan lain yang sangat aneh dan belum pernah ada selama ini.

Pada suatu hari, ada kakek-nenek yang tengah mencari kayu bakar di hutan.

Tanpa sengaja kakek dan nenek tiba di pusara Dewi Sri Pohaci yang ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan aneh.

Mereka berdua belum pernah melihat tanaman seperti itu.

Sebuah tanaman yang berdaun bagus berbuah masih hijau berbulu bagus pula.

Kakek dan nenek akhirnya memutuskan untuk secara rutin membersihkan pusara Dewi Sri Pohaci dan memelihara tumbuhan aneh tersebut.

Demikianlah, dari hari ke hari, minggu ke minggu, kakek dan nenek dengan penuh kesabaran dan ketekunan membersihkan pusara dan memelihara tanaman aneh tersebut.

Menjelang bulan ke 5, buah yang hijau tadi telah penuh berisi, sehingga buah yang setangkai itu merunduk karena beratnya.

Menjelang bulan ke 6, ditengoknya kembali tumbuhan tersebut dan ternyata butir-butir buah tadi berubah menjadi menguning dan sangat indah nampaknya.

Si kakek kemudian mencicip buahnya dan terasa olehnya rasa manis.

Kakek dan nenek menyiapkan dupa beserta apinya untuk membakar kemenyan untuk memohon izin kepada Hiang Dewanata.

Selesai upacara membakar kemenyan, ditebaslah tumbuhan aneh tersebut dan alangkah terkejutnya kakek dan nenek itu karena pada tangkai yang dipotong tadi mengeluarkan cairan bening serta harum.

Kemudian timbul niatnya untuk menanamnya kembali.

Butir-butir buah tadi ditanamnya kembali di sekitar pusara Dewi Sri.

Hingga tanpa terasa tanaman aneh tersebut tumbuh sangat banyak dan berbuah banyak pula.

Si kakek dan nenek merasa kebingungan karena mereka belum tahu tanaman apa yang mereka tanam.

Mereka merasa sukar memilih nama yang tepat untuk tanaman baru tersebut.

Akhirnya dipilihlah nama Pare atau Padi dalam Bahasa Indonesia.

Alasannya, dalam bahasa Sunda, sikap sulit mengambil keputusan disebut “Paparelean”.

Hingga sekarang, tanaman baru tersebut dikenal dengan nama Pare atau Padi dalam Bahasa Indonesia.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline