Wayang Khas Cimahi yang Tidak Diketahui Khalayak Luas, Wayang Cepak Cimindi.
Sebagaimana wayang Golek, wayang Cepak diyakini menjadi media penyebaran agama Islam. Seiring perkembangan jaman wayang cepak kini sudah jarang sekali ditemui dalam sebuah pertunjukkan, baik itu pada acara ruatan, sunatan, apalagi kawinan, padahal dahulu pada masa dekade 70-an masih sering dijumpai pergelaran wayang Cepak di sekitar Cimahi.
Keadaan ini mengkhawatirkan sekali bagi perkembangan seni budaya Sunda yang seharusnya kita gali, kembangkan, dan kita lestarikan, sehingga bagi generasi muda masih bisa mengenalinya, jangan sampai generasi muda tidak tahu wayang cepak, atau mungkin asing dengan kesenian khas Jawa Barat sejenis wayang golek ini.
Pada masa lalu, ketika wayang cepak ini berkembang di Cirebon dan sekitarnya, masyarakat pada masa itu menggelar pertunjukan wayang Cepak untuk menyambut para mualaf, sebagai sarana Cepak selaindakwah agama Islam. Pada masa modern, wayang Cepak selain digunakan sebagai media dakwah Islam juga terkadang digelar setahun sekali di pemakaman desa dengan tujuan untuk menghormati yang telah meninggal.
Wayang Cepak atau wayang Papak merupakan jenis wayang yang mempunyai bentuk hamper mirip dengan wayang golek Sunda namun memiliki bentuk mahkota kepala yang rata, dari bentuk mahkota kepala itulah wayang ini mendapat namanya. Cerita-cerita yang dipentaskan biasanya terpusat pada tiga hal, pertama, cerita-cerita muslim dari Arab karangan Amir Hamzah, kedua, cerita-cerita dari masa kerajaan Hindu, seperti cerita Panji, yang ketiga cerita local yang biasanya bersumber dari babad, babad Cirebon, dan babad Mekah.
Dalam pertunjukannya dimasyarakat, wayang Cepak Cirebon memiliki struktur yang baku. Adapun susunan adegan wayang cepak Cirebon secara umum sebagai berikut : (1) Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/ kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen dan biantara; (2) babak unjal, paseban, dan bebegalan; (3) Nagara sejen; (4) Patepah; (Perang gagal; (6) panakawan/ goro-goro; (7) perang kembang; (8) Perang raket; (9) Tutug.
Sedang waditra yang mengiringi wayang cepak ini pada awalnya berlaras pelog, seperti pada pagelaran-pagelaran di Cimahi, namun pada masa selanjutnya di tahun 80-an karena untuk menyesuaikan situasi dan kondisi, waditra yang dipakai menggunakan laras salendro. Waditra ini terdiri dari gambang, gender, suling, saron I, saron II, bonang, kendang, jenglong, dan ketuk. Sedang di Cimahi karena berlaras salendro suka juga dipakai alat rebab. Sementara beberapa lagu yang mengiringi pertunjukan wayang cepak, diantaranya Bayeman, Gonjing, Lompong Kali, gagalan, kiser, kedongdong, dll.
Nah khusus untuk Cimindi ini lagu-lagu/tabuh klasik yang mengiringi pegelaran wayang cepak ini sangat apik dan lengkap dari segi penataan karawitan klasiknya masih utuh dan lagu-lagu serta tabuh yang sudah langka di Cirebon, di Cimindi masih ada dan masih bisa dipelajari dan dikembangkan dan didokumentasi. Namun karena orientasi pasar panggungan maka para seniman muda kurang bisa mengapresiasi dan meminati, walhasil regenerasi jadi sangat kurang atau bahkan tidak ada, sungguh sangat disayangkan. Sebaiknya perhatian dan keberpihakan pemerintahan maupun instansi terkait supaya bisa lebih mengapresiasi demi perkembangan dan lestarinya kesenian ini sebagai asset Seni Budaya Jawa Barat.
Di Cimindi sampai sekarang lingkung seni wayang Cepak ini masih ada, masih setia pada garapan seni wayang Cepaknya, dan kalau ditanya masalah prestasi dan segudang kiprahnya di dunia internasional sudah sangat banyak sekali penghargaan yang diraihnya. Tercatat banyak bule/orang asing dari kalangan Akademisi bidang Antropologi dan Ethnomusicologi yang berguru masalah karawitan wayang cepak ini ke sanggarnya seperti, Andrew Wintraub, Kattey folley, Mattew Anderson, mereka sangat perhatian sekali dengan perkembangan Karawitan Wayang Cepak ini. Dan mereka di Amerika sana menyebarkan pengetahuan wayang Cepak ini dalam perkuliahan yang diselenggarakan oleh mereka.
Jadi untuk melestarikan Wayang Cepak belumlah terlambat, mumpung masih ada para tokoh-tokoh yang bisa meregenerasikan, mentransformasi perihal Wayang Cepak ini, terutama sekali lagi masalah Karawitannya yang hampir dilupakan di Cimindi bisa kita gali, kita kembangkan dan kita lestarikan. Mari para seniman!
Narasumber : Cecep Saepul Gunawan, S.S
#OSKMITB2018
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...