Asal-Usul Watu Prahu Gununggajah
Jika main ke daerah Gununggajah, ada tempat istimewa yang biasanya di kunjungi kalo kita berwisata ke daerah ini. Bayat memiliki Bukit Cinta yang sedang ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitar maupun masyarakat dari luar klaten. Kali ini kita akan membahas legenda terjadinya Watu Prahu. Jika di lihat dengan teliti, batu besar yang jadi obyek wisata di Gununggajah ini bukanlah sembarang batu, karena batu itu mirip seperti kapal terbalik. Oleh sebab itu, kita akan coba membahas asal usul batu tersebut.
Pada zaman dahulu terdapat beberapa perkampungan di daerah yang saat ini bernama gununggajah. Di antara banyak perkampungan, ada perkampungan bernama Kampung Jetis & Kampung Wonorejo. Di Kampung Jetis itu hiduplah seorang gadis yang sangat cantik dengan tubuh semampai bernama Roro Denok. Dan di kampung Wonorejo ada seorang laki-laki yang sangat sakti mandraguna bernama Joko Tuo. Karena kesaktian dan ketenaran Joko Tuo, orang-orang yang tinggal di kampung lain menyebut kampung Wonorejo sebagai kampung Joko Tuo.
Suatu ketika, Joko Tuo sedang berburu, ia berjalan dari satu kampung ke kampung lainnya, setelah lama berjalan tibalah ia di kampung Jetis (kampung tempat Roro Denok Tinggal). Pada waktu itu Joko Tuo dan pengawal kehabisan Air, ia pun masuk kampung jetis dengan tujuan meminta air warga untuk bekal di perjalanan. Di Saat itu lah Joko Tuo tak sengaja melihat Roro Denok yang sedang menjemur pakaian. Seketika ia pun langsung menghampirinya. Bisa di katakan, Joko Tuo jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Roro Denok.
Setelah beberapa hari, Joko Tuo kembali ke kampung Jetis, tujuan utama nya adalah untuk meminag gadis nan cantik bernama Roro Denok itu. Roro Denok kebinggungan, karena ia sama sekali tidak menaruh hati kepada Joko Tuo dan tidak menginginkan pernikahan dengannya. Namun, ia tau jika Joko Tuo adalah seseorang yang ditakuti karena kesaktiannya, ia paham betul dengan hal itu. Oleh sebab itu saat terjadi pembicaraan dengan Joko Tuo, ia meminta mas kawin yang sangat berat kepada Joko Tuo.
"Adinda, Kedatanganku Bermaksud Untuk Melamar mu", Ucap Joko Tuo.
"Baik, saya bersedia tapi ada 1 syarat" Ucap Roro Denok.
"Sebutkan, Apa yang menjadi kehendak Adinda, pasti akan saya penuhi" Jawab Joko Tuo.
"Buatkan sebuah perahu yang kokoh, nantinya kakanda harus mengisi perahu itu dengan perhiasan dan hewan ternak untuk maskawin Adinda" Ucap & pinta Roro Denok.
"Namun, Kakanda harus meyelesaikan semunya dalam satu malam saja". Tambah Roro Denok.
"Baik, Akan ku persembahkan semua itu untuk Adinda". Ucap Joko Tuo tegas.
Melihat kepercayaan diri Joko Tuo bisa menyelesaikan dalam semalam Roro Denok pun gundah Gulana, Ia berfikir mencari cara untuk
mengagalkan semua upaya dari Joko Tuo.
Malam Pun Tiba, Joko Tuo langsung mengerahkan pasukan Jin untuk membantu membuat kapal permintaan Roro Denok. Benar saja, Baru beberapa jam kapal sudah setengah jadi di buat oleh Joko Tuo dan Pasukan Jin nya. Roro Denok yang mendapat kabar itu semakin binggung, ia sempat berfikir memang sudah takdir untuk di persunting Joko Tuo. Tiba-tiba ia mendapatkan Ide untuk mengelabuhi & Mengusir semua Jin yang membantu Joko Tuo. Ia pun akhirnya menyuruh para tetangga menyalakan lampu sentir di dekat kandang ayam sambil mengetuk-ngetuk lumpang (tempat tumbuk padi). Hal itu membuat Ayam-ayam di kampung Jetis berkokok. (Ayam berkokok adalah penanda sudah pagi). Mendegar ayam-ayam berkokok, Para Jin yang membantu Joko Tuo mengira hari sudah pagi. mereka pun bergegas pergi. Sedangkan Joko Tuo keheranan, ia merasa baru beberapa saat membuat Perahu, malam seharusnya masih panjang namun kenapa semua ayam sudah berkokok. Melihat Jin yang membantu sudah tidak ada, Roro Denok mendatangi Joko Tuo sambil berucap.
"kakanda telah gagal penuhi syarat Adinda" Ucap Roro Denok.
Mendegar ucapan itu Joko Tuo Murka, Ia tahu jika ia ditipu dan sebenarnya masih ada beberapa jam untuk neyelesaikan syarat itu. Namun tanpa bantuan Jin-Jin itu, sangat mustahil menyelesaikan perahu yang kurang lebih tinggal 20% lagi. Puncak kemarahan Joko Tuo sudah tidak bisa terbendung, ia pun langsung menendang kapal itu dan seketika terbalik dan menjadi batu. Dan akhirnya batu tersebut dinamakan Watu Prahu yang artinya dalam bahasa indonesia adalah batu perahu. sekian cerita rakyat dari saya, semoga dapat menambah pengetahuan umum anda. Terima kasih dan sampai jumpa di artikel berikutnya :)
Sumber: orang tua dan internet
#OSKMITB2018
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang