Watu Layar Bonang
Dahulu kala, pelabuhan yang terkenal di pantai utara pulau Jawa adalah Pelabuhan Kota Lasem, Lasem adalah kota tua pusat pemerintahan sebelum adanya Rembang. Alkisah ada seorang kapten kapal berasal dari Negara China dengan nama Laksamana Cheng Ho, tetapi dijuluki Dampo Awang. Julukan itu diberikan karena ia memiliki kemampuan sebagai juru mudi kapal, perdagangan, strategi perang, dan bela diri yang tinggi.
Dampo Awang saat itu sedang berlabuh di Lasem untuk berdagang. Lalu dia ingin mengetahui siapa penduduk pribumi yang mempunyai kemampuan ilmu bela diri yang tinggi, dia sesumbar jika dia menang maka seluruh wilayah Pelabuhan Lasem harus menjadi miliknya, sedangkan jika ia kalah maka ia akan berguru pada orang tersebut.
Di Lasem ada sebuah desa yang bernama Bonang, di desa tersebut ada seorang guru yang alim bernama Sunan Bonang, beliau merupakan 1 dari 9 wali yang ternama di pulau Jawa. Dampo Awang pun mendengar tentang Sunan Bonang, orang yang sakti di wilayah Lasem. Ia mengajukan tantangan duel kepada Sunan Bonang, akan tetapi Sunan Bonang menolaknya. Tak putus asa, Dampo Awang bersikeras menantang Sunan Bonang dengan ancaman akan berbuat onar di wilayah perairan Lasem.
Akhirnya karena terpaksa Sunan Bonang menuruti Dampo Awang dengan syarat Pelabuhan Lasem tidak terkena imbas dari pertarungannya yang dahsyat. Sunan Bonang meminta untuk berduel di tengah lautan pesisir sebelah barat Pelabuhan Lasem.
Terjadilah duel yang dahsyat selama 3 hari 3 malam yang berakhir dengan kemenangan Sunan Bonang. Kapal yang digunakan Dampo Awang untuk berduel berukuran sangat besar tenggelam di pesisir barat Lasem. Akan karena itu, Bahasa Jawanya timbul tenggelam disebut KEREM KEREMBANG sehingga lokasi pertarungan wilayah itu disebut dengan Rembang, perahu tersebut ditendang oleh Sunan Bonang sampai terlempar ke arah selatan Pelabuhan Lasem, dikarenakan posisinya yang telengkup lama kelamaan jadilah sebuah bukit yang dinamakan Gunung Batok, sedangkan layarnya tertancap di atasnya dan membatu menjadi Watu Layar dengan ukurannya yang raksasa. Jangkarnya terlempar di pantai Rembang dan sampai sekarang masih ada di Wisata Pantai Dampo Awang Beach.
Demikian cerita yang turun temurun dari masyarakat. Untuk kebenaran cerita tersebut belum dapat dipastikan karena merupakan campuran dari kisah fiksi dan kisah nyata.
#OSKMITB2018
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang