|
|
|
|
Upacara perahu Lesung Tanggal 04 Jan 2019 oleh Aze . |
Perahu Lesung masyarakat Asmat memiliki panjang sekitar 2,5–5 meter. Perahu ini dapat memuat penumpang berjumlah 5-6 orang. Perahu Lesung dibuat 5 tahun sekali dan saat peresmian perahu harus ada ritual yang dilakukan.
Masyarakat Asmat bermukin di daerah dataran rendah yang berawa dan berlumpur. Di daerah sepanjang pantai tertutup hutan rimba tropis yang di dominasi pohon mangrove dan hutan sagu. Kondisi daerah masyarakat Asmat yang berawa menuntut masyarakat Asmat mempunyai perahu sebagai alat transportasi.
Salah satu alat tersebut adalah perahu yang bagi masyarakat asmat disebut perahu Lesung. Fungsi lain dari keberadaan perahu Lesung adalah dalam ritual masyarakat Asmat pembuatan perahu lesung adalah salah satu cara untuk menyembah dan menyenangkan leluhur nenek moyang.
Ritual itu adalah Upacara perahu Lesung yang ada pada masyarakat Asmat. Hal lainnya upacara perahu Lesung adalah bagian dari menyambut pemimpin masyarakat Asmat yang pulang perang.
Dalam upacara perahu Lesung yaitu penyambutan panglima besar suku Asmat yaitu Bupati Kabupaten Asmat. Upacara penyambutan biasa dilakukan di tengah sungai.
Saat itu mereka mendapat kabar sang panglima sudah sampai di Kampung Ewer, tetangga kampung terdekat dengan Kampung Syuru. Mereka pun segera menaiki sampan untuk menyambutnya di tengah Sungai Aswet yang melintasi Kampung Ewer.
Suku Asmat memang terpisah menjadi tujuh distrik dengan jumlah populasi sekitar 80 ribu jiwa. Setiap distrik dipisahkan oleh rawa dan sungai.
Para masyarakat Asmat yang berada di Perahu Lesung yang menyusuri Sungai Aswet sambil berteriak ke semua penjuru desa dan membentuk formasi perahu Lesung yang masing-masing berbobot empat kuintal dengan panjang hingga dua meter.
Formasi perahu Lesung tersebut adalah bentuk tarian perang yang kini menjadi ritual penting dalam menyambut tamu. Masyarakat Asmat berdandan seperti prajurit yang siap melindungi keselamatan suku mereka.
Pada perahu Lesung tersebut terdapat ukiran-ukiran yang memiliki simbol manusia dan burung. Ukiran yang memiliki bentuk manusia melambangkan keluarga yang sudah meninggal.
Mereka percaya bahwa seseorang yang telah meninggal akan senang karena diperhatikan, dan kemanapun perahu dan penumpangnya pergi akan selalu dilindunginya.
Ukiran burung dan binatang terbang lainnya dianggap melambangkan orang yang gagah berani dalam pertempuran dan lambang burung juga digunakan sebagai lambang pengayauan, terutama burung atau binatang terbang yang berwarna gelap atau hitam.
Selain itu, ukiran kayu di perahu merupakan lambang kematian yang datang pada usia yang terlalu tua atau terlalu muda yang disebabkan oleh tindakan jahat, baik dari kekuatan magis atau tindakan kekerasan. Kepercayaan mereka mengharuskan pembalasan dendam untuk korban yang sudah meninggal.
Sumber :http://www.wacana.co/2010/06/fungsi-perahu-lesung-dalam-upacara-adat/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |