|
|
|
|
Upacara Adat Ulur-Ulur Tanggal 05 Aug 2018 oleh OSKM18_16618120_Werner . |
Upacara Adat Ulur-Ulur merupakan wujud ucapan terima kasih dan rasa hormat kepada leluhur yang telah dikaruniai kemurahan dari Tuhan berupa sumber air, dalam istilah Jawa adalah "Cikal Bakal". Sumber air ini berasal dari bekas peninggalan sejarah dalam bentuk telaga yang dimanfaatkan oleh warga sejumlah 4 desa, yauitu desa Sawo, desa Gedangan, desa Gamping, dan desa Ngentrong untuk pengairan 4 desa tersebut. Telaga tersebut berupa sumur dengan garis tengah kurang lebih 75 meter dan di sebut telaga Buret karena terletak di Dukuh Buret, Desa Sawo, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung.
Menurut kepercayaan, yang menguasai (mbau reksa) di telaga Buret adalah Mbah Jigan Jaya. Oleh karena itu, setiap tahunnya pada hari Jum’at legi bulan Sela(penanggalan jawa) diadakan ritual Ulur-ulur di telaga Buret. Ritual Ulur-ulur yang diadakan berupa upacara sesaji atau upacara pepetri. Oleh masyarakat setempat ritual Ulur-ulur telah menjadi adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang mereka. Menurut kepercayaan msyarakat setempat apabila tidak diadakan upaca Ulur-ulur di telaga Buret maka masyarakat akan memperoleh kutukan.
Menurut kepercayaan warga setempat, sejarah adanya upacara pepetri atau upacara sesaji di awali dari kejadian yang menimpa penduduk, secara mendadak terkena musibah besar. Banyak warga yang sakit, banyak penyakit yang mematikan. Orang-orang yang sakit tersebut kemudian mendadak meninggal, istilah jawa mengatakan ”pagepluk meganturan”. Pada situasi yang kritis tersebut para punggawa pemerintahan (orang-orang pemerintahan) merasa sangat prihatin melihat kejadian itu. Dan mereka segera bersemedi memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar wilayahnya terbebas dari kutukan itu. Dalam semedinya mendapat petunjuk bahwa yang bisa memulihkan keadaan dan bahkan mampu membuat keadaan wilayahnya menjadi lebih baik adalah dengan mengadakan upacara pepetri atau upacara sesaji ruwatan dan tayuban di telaga Buret.
Ritual Ulur-ulur dimulai dengan tayuban(sejenis nyanyia-nyanyian tradisional). Tayuban dimulai dengan membunyikan gending onang-onang. Gending onang-onang tersebut dipercaya merupakan kegemaran Mbah Jigang Jaya, yakni penghuni telaga Buret. Menurut kepercayaan masyarakat pada saat gending onang-onang di bunyikan yang menari saat itu adalah ”roh” dari Mbah Jigang Jaya, biasanya dibarengi dengan adanya angin bertiup kencang, selanjutnya diteruskan dengan gending-gending lainnya. Selanjutanya adalah memandikan arca Dewi Sri Sedono dan tabur bungan di telaga Buret.
Dalam upacara Ulur-ulur harus disediakan beberapa sesaji, adapun sesaji tersebut adalah sebagai berikut: nasi kebuli, sekul suci ulam sari, ambeng mule, buceng robyong, buceng kuat, jenang sengkala. Bermacam-macam duadah(jadah)waran, jadah putih, jadah merah, jadah kuning, jadah hitam, wajik, dodol ketan, ketan kinco, bermacam-macam kue sembilan warna.,yaitu: umbi-umbian. Masing-masing warga desa membawa kue yang berbeda warnanya.
Pisang raja, cokbakal, badek, candu, kemenyan, minyak wangi, bunga telon, mori, topi janur, tikar, gantal, gula gimbal,dan kelapa tanpa sabut. Semua dimasukkan kedalam bokor kecuali kendi, tikar, dan topi janur. Semuanya kemudian di larung di telaga Buret.
Telaga Buret teletak di kawasan seluas 37 Ha (Dinas Lingkungan hidup), dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai tempat yang keramat. Menurut kepercayaan masyarakat siapapun yang mengusik wilyah tersebut, misalnya mengambil ikannya, menebang pohon di wilayah tersebut maka akan memperoleh kutukan dari penunggu wilayah tersebut.
Sumber dari:
http://tulungagunginfo52.blogspot.com/2017/04/tradisi-ulur-ulur-tlaga-mburet.html
http://tulungagung.go.id/?p=5091
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |