|
|
|
|
Upacara Adat Daduai Tanggal 05 Aug 2018 oleh OSKM18_16118087_Rolina ITB_2018. |
Sejarah Upacara Adat Daduai
Upacara adat Daduai tercipta karena adanya pernikahan sebambangan. Pernikahan sebambangan adalah adat Lampung yang mengatur pelarian gadis oleh bujang ke rumah kepala adat untuk meminta persetujuan dari orang tua si gadis, melalui musyawarah adat antara kepala adat dengan kedua orang tua bujang dan gadis, sehingga diambil kesepakatan dan persetujuan antara kedua orang tua tersebut. Upacara adat Daduai dilakukan apabila sebambangan ini tidak disetujui oleh pihak keluarga gadis yang tidak rela gadisnya dinikahkan oleh bujang. Hal ini dapat menimbulkan konflik amarah antara kedua belah pihak, baik pihak gadis maupun pihak bujang.
Sejak dulu sekali, Sebambangan ini sudah terjadi dalam kehidupan suku Lampung. Hal ini selalu menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Suatu ketika sekitar 200-300 tahun lalu, Sebambangan ini terjadi di anak buah kepala adat. Sang kepala adat ingin membantu mendamaikan anak buahnya yang sedang mengalami konflik, dimana anak gadisnya dinikahi oleh bujang yang sukai secara adat, maka terciptalah Adat Daduai.
Adat Daduai dimaksudkan mendamaikan perselisihan antara kedua pihak keluarga yang terjadi akibat sebambangan pihak bujang dan gadis, sehingga diharapkan dapat terjadi perdamaian dari kedua belah pihak, dan dapat kembali rukun menjadi satu. Sesuai dengan asal kata Daduai yaitu 'uai' yang dapat dibaca 'wai/way'. Dalam bahasa Lampung, way berarti air. Air berfungsi untuk memadamkan api. Dengan demikian, upacara adat Daduai bertujuan untuk memberikan kesejukan air yang dapat memadamkan 'api amarah' dan membuat hati kedua belah pihak tentram, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara kedua belah pihak.
Pelaksanaan Adat Daduai
Segala rangkaian acara yang terjadi dalam upacara adat Daduai dilaksanakan secara berurutan dan saling kait-mengait antara yang satu dengan yang lainnya.
Kegiatan upacara adat Daduai dimulai dengan pelaksanaan berdandan atau berhias memakai pakaian adat Lampung dari rumah kecil atau dalam bahasa Lampungnya disebut Lamban Lunik. Lamban Lunik bukan berarti rumah yang berukuran kecil, istilah yang dimaksud adalah rumah tempat anggota Saibatin yang sudah dipercaya oleh ketua adat. Saibatin adalah salah satu masyarakat adat di Lampung.
Setelah dari Lamban Lunik, pengantin wanita diarak oleh pihak keluarga oleh mempelai wanita, seluruh warga dan anggota Saibatin, dan pihak pengantin pria, yaitu keluarga dari pihak ibu. Arak-arakan ini menuju rumah calon pengantin pria.
Disadur dari:
Muharam, Iskandar. 2015. Sepintunan : Bahasa dan Budaya Lampung Kelas 10 SMA/MA. Kalianda : CV. Gunung Raja.
#OSKMITB18
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |