Suku Minahasa mempunyai tradisi pemakaman yang unik dan beda dari tradisi lainnya di mana posisi orang yang telah meninggal menghadap ke utara dan didudukkan dengan tumit kaki menempel pada pantat dan kepala mencium lutut yang, menurut kepercayaannya melambangkan keadaan suci dan membawa kebaikan serta menandakan bahwa nenek moyang suku Minahasa berasal dari bagian utara. Orang yang telah meninggal tersebut dikubur dalam sebuah bangunan batu yang disebut waruga berasal dari dua kata yaitu waru, artinya rumah, dan raga, artinya badan, dalam bahasa Minahasa. Jadi waruga merupakan rumah tempat badan jasmani orang yang telah meninggal akan kembali ke surga.
Waruga pada umumnya berupa kotak batu dengan mempunyai atap genting yang berbentuk segitiga. Ada juga yang berbentuk bulat maupun segi delapan tapi jumlahnya sedikit. Waruga dibuat dari batu-batu gunung yang berat dan kokoh yang memiliki berat mencapai 100-400kg yang masih utuh nan besar. Beberapa waruga, terutama yang berasal dari daerah Tonsea, diberi ukiran relief, yang menggambarkan bagaimana orang tersebut meninggal. Akan tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa hiasan-hiasan pada relief menggambarkan profesi saat orang itu masih hidup. Misalkan di relief waruga tersebut ada gambar binatang maka profesi orang yang dikubur di dalamnya adalah seorang pemburu atau hiasan orang yang sedang bermusyawarah menggambarkan profesi orang yang dikuburkan di waruga tersebut adalah seorang Dotu Tangkudu (hakim).
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang