|
|
|
|
Tradisi Pantauan Bunting Tanggal 08 Aug 2018 oleh adhaagary . |
PAGARALAM POS, Pagaralam – Usai lebaran, banyak warga yang melangsungkan pernikahan. Di Pagaralam, ada satu tradisi yang ditujukan untuk menghormati para pengantin. Dalam bahasa Besemah pengantin disebut dengan bunting. Tradisi itu dinamakan pantauan bunting. Hingga kini,pantauan bunting masih terus dijalankan masyarakat Pagaralam.
Anggota Lembaga Adat Besemah, Satarudin Tjik Olah menjelaskan, pantauan bunting merupakan tradisi untuk menghormati pengantin. “Wadah untuk menjamu pengantin. Juga untuk mempererat tali kekeluargaan,” ucap Satar, dijumpai Pagaralam Pos di kediaman pribadinya di Simpang Dusun Petani, kemarin (15/7).
Pantauan bunting kata Satar, digelar oleh sanak famili pengantin. Bisa juga digelar oleh warga di dusun tempat pengantin itu melangsungkan pernikahan. “Umumnya mantau bunting dilaksanakan saat hari bemasak. Sebab, di hari itu pengantin belum terlalu repot. Kalau dilaksanakan pada hari H, tentu akan repot,” sambungnya.
Mereka yang menggelar pantauan bunting disebut mantau bunting. Orang yang mantau bunting lanjut Satar, biasanya harus mengajak pengantin untuk datang ke rumahnya. Di dalam rumah pengantin dijamu dengan berbagai macam makanan. “Pengantin tidak datang sendiri. Mereka juga ditemani oleh bujang dan gadis ngantat,” imbuhnya.
Di dalam rumah, pengantin serta bujang dan gadis ngantat dipersilakan untuk mencicipi makanan yang disediakan oleh orang yang mantau bunting. Sembari makan, yang empunya rumah menyempatkan diri untuk berbincang dengan pengantin. “Makanya seperti yang saya bilang tadi. Dengan mantau bunting seseorang bisa memperkenalkan diri sebagai bagian dari keluarga si pengantin. Nah dari sini, pengantin akan tahu bahwa rumah yang didatangi itu adalah keluarganya,” bebernya.
Tentu yang didatangi pengantin serta para pengiringnya bukan satu dua rumah. Tapi sangat banyak. Menurut Satar, bila yang menggelar pantauan bunting jumlahnya banyak. Maka dipastikan pengantin akan kekenyangan. “Kadang karena sudah terlalu kenyang, pengantin tidak makan lagi. Tapi karena demi menghormati tuan rumah, tetap saja mereka makan sedikit,” tutur Satar sembari tersenyum.
Satar memastikan, hingga kini pantauan bunting masih terus diterapkan warga Pagaralam. Terutama kata dia di dusun-dusun yang mempertahankan tradisi Besemah. “Berdasarkan pengamatan saya, masih berlangsung. Sebab, tradisi pantauan bunting sudah mengakar kuat di tengah masyarakat. Sulit untuk ditinggalkan,” ucapnya menegaskan. (11/CE-V)
Sumber : http://www.pagaralampos.com/2016/07/16/tradisi-pantauan-bunting/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |