|
|
|
|
Tradisi Muludan di Kota Cirebon Tanggal 05 Aug 2018 oleh OSKM18_16518265_Atika Salsabila. |
Setiap tanggal 12 Rabiul Awal kita memperingati Maulid Nabi. Di Kota Cirebon, Maulid Nabi sendiri lebih populer dengan sebutan Muludan. Peringatan Muludan di Kota Cirebon terpusat di beberapa tempat di antaranya Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Di kedua keraton tersebut pada bulan maulid banyak sekali dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah, yang tentunya juga menarik para pedagang untuk berdagang di sekitar keraton tersebut. Sehingga selama ini atmosfer tradisi Muludan lebih identik dengan suasana pasar tahunan.
Tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun silam ini agaknya terlanjur memiliki daya tarik ekonomi yang lebih kuat dibanding daya tarik religiusnya. Sehingga makna Muludan seakan telah mengalami pergeseran dari ritus keagamaan menjadi sekadar pasar tahunan yang dikemas dalam tradisi budaya. Ibarat pepatah ada gula ada semut, di mana masyarakat berkumpul maka daya tarik ekonomi akan berkembang pula di sana. Di wilayah Cirebon sendiri sebenarnya keramaian muludan tidak hanya ada di Kesepuhan dan Kanoman saja, melainkan ada juga ada tempat lain seperti Desa Trusmi, Desa Tuk dan Desa Astana Gunung Jati.
Sementara itu, peringatan Maulid Nabi yang di rasa masih memegang teguh nilai religiusitas hanya dapat kita ditemukan di pedesaan atau daerah pesantren. Itu pun komunitasnya semakin berkurang. Biasanya kegiatan yang dilakukan berupa pembacaan kitab barzanji atau debaan di masjid atau musala. Seharusnya Muludan sebagai sebuah perpaduan nilai-nilai agamis yang tumbuh dan berkembang, saling mengisi dan melengkapi, akan terus dapat terpelihara dan diminati masyarakat.
Tampaknya nilai dari tradisi Muludan yang ada dalam pemahaman masyarakat luas saat ini cenderung tampak dari sisi ekonomi dan pariwisatanya saja. Terlihat banyaknya para pengunjung yang datang hanya untuk makan dan berbelanja saja tanpa memahami sejarah dan nilai yang terkandung di dalamnya. Lebih dominannya segi ekonomi dan pariwisata bagi pandangan para pengunjung didukung oleh kehadiran para pedagang kaki lima yang datang dari berbagai daerah bahkan ada juga yang dari luar pulau Jawa. Para pengunjung bahkan kadang tidak menyempatkan diri untuk masuk ke dalam lingkungan keraton. Mereka mungkin enggan masuk keraton, karena pada umumnya para pedagang terkonsentrasi di sepanjang jalan menuju Keraton Kesepuhan dan Kanoman, sehingga jalan menuju keraton padat. Mulai dari pedagang makanan khas (seperti ; docang, empal gentong, tahu petis, sega jamblang, lengko dan lain sebagainya ) hingga pedagang pakaian, keperluan rumah tangga dan cenderamata semuanya berbaur di sini, bahkan sampai masuk kedalam lingkungan keraton.
Event Muludan yang memiliki daya tarik ekonomi dan pariwisata yang potensial dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan perekonomian masyarakat jika dibinakembangkan secara terpadu. Kita dapat melihat para pengunjung yang datang dari berbagai daerah dengan sengaja untuk menikmati keramaian muludan. Fenomena ini tentu menunjukan betapa momen muludan memiliki potensi daya tarik ekonomi pariwisata yang luar biasa. Ini merupakan aset budaya sekaligus potensi ekonomi-pariwisata yang dapat dikembangkan. Apalagi jika muludan dapat dikemas menjadi kegiatan wisata religi, budaya, serta kuliner tahunan yang terprogram.
Kita ketahui bersama wilayah di sekitar Cirebon banyak memiliki sentra-sentra industri kerajinan rakyat. Seperti batik trusmi, lukisan kaca, alat musik rebana ataupun industri yang berupa makanan khas yang dapat dijadikan komoditas unggulan untuk menunjang ekonomi kerakyatan. Pada saat Muludan merupakan momen yang tepat untuk media promosi sekaligus pemasaran terhadap komoditas tersebut. Tanpa perlu jauh-jauh kita memperkenalkan produk unggulan yang dihasilkan keluar daerah. Karena pengunjung muludan juga banyak yang berasal dari luar daerah dan sudah menjadi agenda rutin. Tentunya Dinas Pariwisata juga dapat memanfaatkan event Muludan untuk mempromosikan daerah tujuan wisata yang ada di Cirebon, baik wisata budaya, pesona alam maupun wisata kulinernya.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |