Hari masih pagi sekitar pukul 09.00 Wita. Dalam perjalanan menuju Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur, VoxNtt.com mendengar kebisingan suara.
Hari itu, Senin, 21 Mei 2018. Di pinggir jalan, lebih dari 50-an warga berkumpul dan sedang mengetam padi. Mereka adalah warga Kampung Heso, Desa Golo Wune, Kecamatan Poco Ranaka.
Para petani itu bercengkrama sambil mengetam padi. Sesekali mengeluarkan suara canda dan sebagian yang lain ikut tertawa dalam nuansa kekeluargaan.
Vox NTT sempat berbincang-bincang dengan mereka. Leles atau dodo itulah alasan mereka bekerja bersama.
Budaya leles atau dodo, adalah sebuah model pekerjaan di Manggarai yang dilakukan secara bergantian dalam semangat gotong royong.
Dalam satu kelompok kerja, secara bergantian setiap anggota bekerja di kebun atau lahan sejenis lainnya.
Jika hari ini bekerja di kebun petani satu. Esok tanpa harus diberi upah dengan uang bekerja di kebun petani yang lain. Begitu seterusnya.
Akhir-akhir ini budaya leles atau dodo seakan sudah mulai hilang di berbagai tempat di Manggarai.
Para petani lebih banyak beralih kerja dengan cara menerima upah harian berupa uang tunai. Sudah jarang terdengar fisik dibalas fisik dalam semangat budaya gotong royong.
Namun, budaya leles atau dodo ini ternyata masih kental bagi masyarakat Kampung Heso.
Fernandes Awal, salah satu petani yang berbincang-bincang dengan VoxNtt.com mengatakan, tradisi leles adalah warisan nenek moyang mereka.
Sampai sekarang tradisi itu masih dirawat dengan baik oleh masyarakat setempat.
“Kami pakai terus ini tradisi leles pak. Karena sangat memudahkan pekerjaan. Pekerjaan sulit dan banyak jadi mudah jika dikerjakan secara gotong royong. Semuanya serba mudah,” tandas Nandes.
Menurut dia, ada banyak keuntungan dari tradisi leles bagi para petani.
Pertama, secara ekonomi sangat menguntungkan.
Meskipun banyak orang yang ikut bekerja, tetapi tidak mengeluarkan uang seperti model kerja upah harian.
Namun, kita hanya leko leles (balas kerja) sampai semuanya tuntas. Kerja dijadwalkan dengan baik.
Kedua, secara sosial tradisi leles ini mempererat tali persaudaraan dan kekeluargaan di antara para petani.
Ketiga, segi waktu. Pekerjaan cepat selesai. Dengan tradisi leles, pekerjaan petani menjadi mudah. Pekerjaan yang membutuhkan waktu seharian penuh, bisa selesai setengah hari.
“Itulah makanya kami di sini tetap pakai tradisi leles ini. Sangat membantu para petani,” tutur Nandes.
Terpantau VoxNtt.com, proses kerja di kebun itu sangat rapi dan teratur.
Ada yang mengurus minuman dan masakan. Ada yang mengetam padi. Ada yang mengangkut padi. Ada yang bekerja di mesin rontok padi.
Semuanya terlihat sangat kompak. Situasinya pun penuh kekeluargaan.
Tanpa sekat mereka bercengkerama di bawah pohon sambil meminun kopi pahit tradisi khas orang Manggarai di waktu istirahat.
Saat panen selesai, para petani pun berbondong-bondong mengangkut padi yang sudah dibersihkan ke rumah pemiliknya.
Step Tepek, tokoh adat Heso yang diwawancara wartawan di kediamannya menjelaskan sejarah cikal bakal tradisi leles.
Dahulu kala kata Stef, setiap petani memiliki kebun yang sangat luas. Tetapi, jumlah manusia masih sedikit.
Untuk bisa membersihkan dan membuka lahan baru, tentu tidak bisa kerja sendiri. Butuh kerja sama dengan petani lain.
Maka munculah tradisi leles atau dodo (kerja gotong royong). Atau orang di Kecamatan Lamba Leda menyebutnya ‘wenggol’.
“Dulu kami itu kompak sekali. Kerjanya pakai jadwal dan selalu berpasangan. Suami dan istri lengkap kerja di setiap kebun yang ikut dalam kelompok. Itu pakai jadwal. Misalnya, Minggu ini di kebun saya, minggu depan lagi orang lain. Begitu terus sampai tuntas. Semuanya terlaksana dengan baik,” kata Stef.
Dia sangat berharap, tradisi leles itu tidak tergerus zaman.
“Syukur, kita di sini masih sangat kental dengan tradisi itu. Muda-mudahan tidak hilang ditelan waktu. Harus terus dirawat dan dilestarikan. Tradisi itu perlu dijaga, karena itu peninggalan para pendahulu kita,” ujarnya. (voxntt.com).
sumber: http://www.komodolinenews.com/Tradisi-Leles-Masih-Kental-Bagi-Masyarakat-Heso-Poco-Ranaka
#SBJ
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...