|
|
|
|
Tradisi Kliwonan Tanggal 05 Aug 2018 oleh OSKM18_16418011_Febri Dwi Avianto. |
Di Batang ada yang namanya tradisi Kliwonan, yaitu tradisi yang diadakan setiap malam jumat kliwon. Tradisi ini pada awalnya merupakan tradisi untuk menghormati leluhur nenek moyang yang telah berjasa membangun Batang dengan cara melakukan ritual-ritual sederhana. Namun, saat ini tradisi ini berubah menjadi kegiatan jual-beli.
Ada mitos yang mengatakan jika tradisi ini tidak dilakukan maka akan datang musibah atau sanksi alam, masyarakat mempercayai bahwa musibah tersebut diakibatkan kemarahan nenek moyang yang berbau mistis.
Tradisi Kliwonan juga merupakan tradisi yang menjadi cikal bakal lahirnya Kota Batang. Pada zaman Mataram, Sultan Agung memerintahkan Ki Ageng Cempaluk untuk membersihkan daerah hutan yang disebut Alas Roban, dikarenakan banyak perampok yang berkeliaran disana. Setelah Ki Ageng Cempaluk membersihkan wilayah Alas Roban dari perampok, Beliau memerintahkan Bahurekso untuk melakukan pembangunan diatas Alas Roban. Di tengah-tengah pembangunan, Bahurekso menemui kesulitan, yaitu ditemukan kayu besar atau watang yang menghalangi pembangunan bendungan. Kemudian Bahurekso bersemedi pada malam Jumat Kliwon untuk mendapatkan kekuatan ghaib. Setelah bersemdi Bahurekso dapat mengatasi watang (ngembat watang) yang mengganggu pembangunan tadi. Hal ini yang kemudian banyak diikuti oleh masyarakat pada saat itu, sehingga terciptalah sebuah tradisi Kliwonan sekaligus nama ngembat watang yang kemudian menjadi dasar penamaan Kota Batang.
Diwaktu yang sama dilakukan upacara ngulap berkah (mencari berkah) orang yang sakit berguling didepan Masjid Agung Batang, kemudian mandi dengan air yang berasal dari mata air yang dekat dengan makam Sunan Sendang. Kemudian pakaian orang yang melakukan tradisi dibuang dengan harapan dapat melunturkan penyakitnya. Setelah upacara selesai, diikuti dengan membagikan uang logam serta jajanan pasar sebagai tanda syukur.
Karena ritual yang ramai, banyak pedagang yang datang ke alun-alun dan akhirnya membentuk pasar malam, kemudian karena tidak ada tempat untuk melakukan ritual gulingan tadi, akhirnya ritual ini ditinggalkan. Selain karena faktor tempat, di zaman sekarang faktor kesehatan juga diperhatikan karena tradisi tersebut sudah tidak relevan lagi dengan teknologi kesehatan yang ada. Jadi Tradisi Kliwonan pada masa sekarang adalah tradisi jual-beli di alun-alun Kota Batang dengan berbagai pertunjukan kesenian dan adat dari kelompok seni setempat, yang diadakan setiap malam Jumat Kliwon.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |