|
|
|
|
Tradisi Hamin dan Tumpengan Orang sunda sebagai Seremonial Perekat Sosial Tanggal 10 Feb 2015 oleh Iqbalsyakir . |
Tradisi tumpengan dalam orang sunda begitu sudah menjadi sebuah keharusan ketika mendapatkan nikmat kehidupan dari Tuhan YME, dalam tradisi sunda ini tumpengan biasanya didahului oleh hamin, hamin merupakan ibadah membaca surat – surat dan doa – doa dipimpin oleh ustad atau orang yang dituakan dengan tujuan ucap syukur atas nikmat yang diberikan.Atau dengan kata lain hamin merupakan seremonial dari tumpengan , tumpengan merupakan syukuran makan bersamadengan tujuan tertentu dan biasanya disediakan nasi tumpeng dengan lauk – lauk nya dan disimbolkan dalam sebuah “nyiru” berbentuk limas dengan bagian atas yang runcing.
Hamin ini dapat ditemui dalam silaturahmi,halal bihalal saat lebaran,syukuran atas kenaikan pangkat, syukuran atas pembangunan rumah / rumah baru, hamin merupakan perwujudan dari syukur nikmat yang dilaksanakn orang – orang yang mampu melksanakanya, biasanya diiringi dengan nazar terlebih dahulu, tradisi tumpengan ini menjadi unik diteliti karena mengandung nilai kesakralan dalam dimensi religiusitas manusia disisi lain juga mengandung kearifan lokal kebudayaan sunda selain itu tradisi hamin pula juga secara kasat mata telah membuat hubungan sosial yang intim antar pelaku yang terlibt karena hamin ini dilaksanakan oleh seluruh keluarga besar dan juga tetangga serta para kerabat.
Emile durheim dengan teori stuktural fungsionalism melihat bahwa masyarakat itu sebuah stuktur yang saling berfungsi satu lainya dengan lain halnya,emile durheim melihat tiga fungsi utama agama: sebagai perekat sosial, sebagai kontrol sosial, sebagai pemberi makna dan tujuan. Fokus penelitian ini melihat fenomena hamin dan tumpengan sebagai sarana untuk perekat sosial .
Pembahasan
Daerah jawabarat rata – rata dihuni oleh orang sunda,dikenal daerah parahiyangan dengan pembagian wilayah ke-sundaanya dilihat dari variasi logat kebahasaanya dibagi 3 wilayah bantenan,priyangan,cirebonan, jawabarat sendiri berpenduduk kurang lebih....... dengan agama mayoritas islam.
Agama agama di jawa barat
Agama |
Penduduk |
Islam |
± 19.344.622 |
Kong hu tju |
150.000 |
Kristen protestan |
65.000 |
Budha |
43.128 |
Katolik |
24.072 |
Hindu |
2.500 |
Kepercayaan lain |
55.205 |
(data diperoleh dalam buku manusia dan kebudayaan di indonesia BAKOPDA 1965 )
Kelurahan kujangsari secara administratif memang masuk dalam wilayah kota bandung tetapi di bagian derah kelurahan ini tepatnya kecamatan bandung kidul masih banyak dihuni masyarakat asli daerah tempat tinggalnya sehingga proses sosialisasi sehari hari tidak jauh dengan apa yang nenek moyangnya dahuu lakukan, masih dapat dijumpai dari jaman dahulu hingga sekarang tradisi tradisi yang kental sunda nya juga dalam hal agama islam nya.
Hamin dan tumpengan merupakan hasil akulturasi dari budaya sunda dengan islam yang menghasilkan seremonial hamin, seremonial ini diisi dengan doa – doa / tawasulan, yang diakhiri dengan makan bersama / botram, tradisi islam pun begitu terasa ketika lantunan doa dipanjatkan tetapi dalam prosesi ini dapat dilihat proses adaptasi budaya yang bisa diterima oleh orang sunda.
Dahulu tradisi hamin dan tumpengan ini sering dilakukan, misalnya studi kasus pada keluarga besar H.Halim Satori (alm), keluarga ini dahulu mengandalkan tradisi ini sebagai usaha mempererat hubungan,hamin merupakan seremonial syukuran atas pencapaian maupun memperingati hari besar (biasanya muludan ) di keluarga halim saatori ini dahulu tradisi tumpeng masih disertai dengan sajen, sajen ini terdiri atas rujak rujakan baik rujak buah,rujak pisang serta kelapa yang saat prosesi haminya ini disertakan bersamaan dengan tumpeng.
Sajen ini dahulu memang dibuat untuk seserahan kepada karuhun yang biasanya setelah beres tumpengan akan disimpan didalam goah2 , seremonial hamin ini dilaksanakan dengan lantunan doa doa untuk mendoakan karuhun yang telah meninggal dunia,mendoakan sesama yang masih berusaha di dunia, tumpeng sendiri pun dibuat oleh anak – anak nya yang telah berkeluarga msing masing berdatangan ke rumah orang tuanya membawa tumpeng,dan lauknya, dapat terlihat disini bahwa tradisi ini menumbuhkan rasa kebersamaan dan gotong royong.
Zaman sekarang hamin dan tumpengan masih dilaksanakan namun ada perubahan di setiap prosesi pelaksanaan nya seperti haminnya sendiri saat ini sudah tidak ada sesajen lagi karena keluarga keluarga sudah tidak ada goah dirumahnya telah digantikan dengan teknologi yang lebih canggih seperti lemari dan kulkas, tumpengan juga terdapat perubahan, dahulu tumpengan dibuat bersama dan dimakan bersama saling icip makanan sekarang tumpeng disediakan oleh yang punya hajatnya namun masih dapat dilihat upaya botramnya3 saat idul fitri maupun idul adha.
__________________________________________________________________
Goah2 : tempat menyimpan makanan oleh orang sunda saat perayan perayan besar seperti muludan,lebaran dan hajatan.
Seperti hipotesis Emile Durheim tentang totemisme,funsi sosial yang esensial dari religi ialah hal menciptakan, memaksakan, mempertahankan solidaritas kelompok, dikaitkan dengan hipotesis tersbut maka tradisi hamin dan tumpengan ini juga dapat dilihat sebagai perekat solidaritas kelompok. Dalam teori stuktural fungsionalisme emile durheim,dilihat bahwa masyarakat merupakan sekumpulan stuktur stuktur yang masing stuktur tersebut layknya organ tubuh saling berfungsi satu sama lain, masyarakat dengan agama dapat menumbuhkan solidaritas sosial.
Solidaritas sosial ini merupakan suatu keadaan yang didasarkan pada adanya perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai -nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka sehingga dapat dikatakan fakta sosial, fakta sosial ini tanpa disadari bersifat memaksa untuk dapat menjaga solidaritas dan mepererat hubungan.
Silih asah silih asih silih asuh salah satu cerminan solidaritas sosial orang sunda, Silih asah jika diartikan memiliki arti mempertajam . Silih asah,mempunyai makna saling bertukar ilmu, satu sama lain mengajarkan apa yang dia ketahui dan kuasai. Silih asuh merupakan kata yang seluruhnya diserap melalui bahasa Indonesia dengan yang sama pula tentunya. Silih asuh ini artinya saling mengasuh, mengayomi, mebimbing satu sama lainnya. Menjaga agar tetap pada jalan yang diyakininya benar secara tradisi, hukum, dan paling utama adalah agama sebagai dasar aqidah. Silih asih yang memiliki arti yaitu “kasih”. Silih asih berarti salih mengasihi, saling mencintai satu sama lainnya. Memberi perhatian, afeksi, dan kasih sayang. Satu sama lain menunjukan kepeduliannya, memberikan apa yang dibutuhkan dengan tulus.
Tradisi hamin dan tumpengan merupakan perwujudah slogan silih asih dan silih asuh, karena didalam tradisi tersebut dapat dilihat hamin dan tumpengan yang dilaksanakan sebagai perwujudan asih, saling mengasihi, kasih antara saudara sekandung, kasih antara kita dan tetangga, kasih antara anak dan orang tua. Silih asuh berarti membingbing generasi satu dengan generasi lanjutan yang nantnya akan tetap melaksanakan tradisi ini juga menularkan nilai dan norma yang dikandung.
Kesimpulan
Tradisi hamin dan tumpengan merupakan seremonial yang dapat membangkitkan rasa solidaritas orang sunda, masyarakat sebagi suatu stuktur yang dianalogikan dalam organ tubuh yang dimana stukur tersebut saling berhubungan maka dari itu perlu ada hubungan antar organ agar terjadi sebuah sistem yang sempurna, maka tumpengan dan hamin satu dari sekian banyak tradisi yang akan dan dapat memperat hubungan pada orang – orang dimasyarakat.
Slogan semboyan silih asuh silih asih silih asah tersebut terkandung dalam setiap sosialisasi di masyarakat sunda, orang Sunda yang sangat patuh terhadapa kebudayaan melalui slogan tersebut melebur yang berawal dari sebuah ucapan semata kepada penyataan sikap dan etika dari masyarakat tersebut.
Funsi sosial yang esensial dari religi ialah hal menciptakan, memaksakan, mempertahankan solidaritas kelompok, tradisi hamin dan tumpengan inilah yang merupakan perwujudan dari akulturasi dari budaya orang sunda setempat dan pengaruh islam, dan dapat diterima dan dilaksanakan sebagai sosialisasi dan mewujudkan solidaritas sosial tersebut.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |