|
|
|
|
Tradisi Budaya Aduk Jenang di Candi Songgoriti Tanggal 06 Aug 2018 oleh Oskm18_19718142_albert gunawan. |
Tradisi Budaya Aduk Jenang merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat Kota Batu, khususnya di Dusun Songgoriti, Kelurahan Songgokerto, dalam merayakan Tahun Baru Hijriyah. Kegiatan ini merupakan puncak dari tradisi Manghanyubagyo Sasi Suro Jenang Suro Bareng yang dilaksanakan di Candi Songgoriti. Pelataran Candi Songgoriti akan dihiasi dengan umbul-umbul berbagai warna, obor, dan hiasan dari janur. Segala keperluan kegiatan ini disiapkan oleh para pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna, masyarakat setempat, dan sesepuh desa.
Tradisi Aduk Jenang telah berlangsung sejak lama. Tradisi ini rutin dilaksanakan setiap tahun untuk memperingati malam Suro di Tahun Baru Hijriyah. Kini, tradisi ini dianggap sebagai uri-uri budaya leluhur yang berarti melestarikan budaya leluhur.
Jenang merupakan makanan tradisional olahan berbahan dasar beras, ketan, kelapa, dan kacang tanah. Jenang telah mengakar dalam kebudayaan Jawa bahkan sejak Zaman Hindu-Buddha. Makanan ini telah tercatat dalam Serat Lubdaka karya Mpu Tanakung yang hidup di era Kerajaan Kediri (sekitar abad ke-12). Makanan tersebut menjadi simbol doa, harapan, dan persatuan masyarakat Jawa.
Dalam perayaan tradisi ini, dihadiri masyarakat dari berbagai elemen. Pada dasarnya, kegiatan ini terbuka untuk siapa pun, termasuk turis. Para tamu yang hadir diwajibkan untuk mengenakan busana yang sopan serta harus mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Ritual dalam tradisi ini akan dipimpin oleh sesepuh masyarakat Songgoriti karena masih memegang teguh adat Jawa.
Pembuatan jenang memerlukan beras jawa seberat 17 kilogram, kelapa seberat 34 buah, dan kacang seberat 2 kilogram. Proses memasak jenang membutuhkan waktu sekitar empat jam dan harus selalu diaduk. Masyarakat diajak bergantian mengaduk jenang yang dimasak dalam wajan berdiameter 90 sentimeter menggunakan pengaduk yang terbuat dari bambu. Kesempatan mengaduk pertama kali diberikan kepada pemimpin ritual, kemudian para petinggi pemerintahan setempat, tokoh masyarakat, hingga yang terakhir adalah masyarakat.
Jenang yang telah matang akan dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai wujud rasa syukur. Para leluhur dahulunya melakukan tradisi ini untuk mensyukuri hasil bumi yang melimpah. Selain sebagai bentuk rasa syukur, kegiatan ini juga bertujuan untuk memperat tali persaudaraan warga setempat. Mengaduk jenang bergantian menyiratkan makna gotong royong. Setelah itu, jenang akan disuguhkan kepada warga yang hadir. Selain jenang, disuguhkan pula lauk pauk seperti abon, perkedel, tempe, dan telur dadar.
Prosesi Tradisi Budaya Aduk Jenang dimulai dengan ritual cetik geni atau menyalakan api di tungku yang terbuat dari tanah liat. Dalam proses pemasakan jenang, diiringi pula dengan pelantunan tembang macapat yang merupakan nyanyian khas masyarakat Jawa oleh siswa SD negeri setempat dan para budayawan. Pelantunan tersebut bertujuan untuk menolak bala. Selain itu, dalam perayaan malam Suro terdapat pula pertunjukan seni wayang, gebyar seni malam minggu, pertunjukan kuda lumping, dan pengajian.
Kegiatan ini tidak hanya melestarikan Tradisi Aduk Jenang, tetapi juga makanan tradisional jenang itu sendiri. Terlebih, eksistensi jenang semakin tergerus dengan hadirnya berbagai makanan bergaya modern.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |