×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Tradisi

Provinsi

Sumatera Selatan

Asal Daerah

Banyuasin

Timbang Kepala Kebo

Tanggal 08 Aug 2018 oleh adhaagary .

Timbang Kepala Kebo adalah tradisi (prosesi adat turun temurun) masyarakat Pangkalan Balai yang biasanya dilakukan oleh Orangtua yang melakukan nazar (suatu janji yang diwajibkan dilaksanakan apabila suatu tujuannya tercapai).

Tak banyak yang tahu tentang adat Timbang Kepala Kebo ini. Masyarakat sekarang, terutama di Pangkalan Balai perlu diberi informasi memadai secara terus -menerus yang agar prosesi adat ini terus tetap dilestarikan.

Dalam konteks yang lain, biasanya Timbang Kepala Kebo dilakukan pada saat salah seorang masyarakat ingin meminta diberi keturunan kepada Allah dan berjanji akan melakukan adat Timbang Kepala Kebo jika keinginannya tercapai (nazar).

Nazar ini dalam adat Pangkalan Balai lebih di kenal dengan istilah sangi. Sangi biasanya dilakukan pada saat anak yang lahir setelah bernazar melakukan khitan bagi anak laki-laki dan dapat pula dilakukan berupa syukuran bagi anak laki-laki maupun perempuan.

Selain itu dapat pula dilakukan ketika khitanan maupun syukuran. Banyak pula yang melakukannya ketika sang anak menikah, yang biasanya hal ini dilakukan oleh orangtua yang khawatir sang anak tidak mendapatkan jodoh. Lalu orangtua bernazar jika anaknya menikah, orangtua tadi akan melakukan Timbang Kepala Kebo.

Timbang Kepala Kebo ini sudah sangat jarang dilakukan dan perlahan-lahan sudah mulai dilupakan oleh masyarakat Pangkalan Balai. Hingga kini tradisi ini bisa dihitung dalam setahun dapat dilihat rata-rata hanya dua kali.

Namun pada kesempatan kali ini pada Minggu, 18 Maret 2018, LamanQu.com bisa menyaksikan kembali tradisi adat Pangkalan Balai yang mulai punah dalam acara syukuran khitanan Raffa Adzim Attahir (6 tahun) putera dari pasangan Noviyanti dan Firmansyah yang juga didampingi oleh sepupunya Muhammad Alfarizi Sulthan  avarras (6 tahun) putera dari pasangan Anna Rosdiana, S. Kom dan Alvero Friko, Amd.

Dan ini merupakan bentuk nyata dari masih dilestarikannya adat kebudayaan sekitar, meski adat ini tak banyak dijalankan.

Acara ini diselenggarakan di Jln. Merdeka Lorong Mbah Bejo, Kelurahan Talang Gelumbang, Banyuasin, pada pukul 09.00 WIB hingga selesai. Hadir dalam acara
Timbang Kepala Kebo, antara lain Pemangku Adat Pangkalan Balai, tokoh masyarakat, dan masyarakat sekitar.

Tata cara adat Pangkalan Balai ini terbilang unik dan menarik. Untuk khitanan, salah satu keunikannya diawali arak-arakan menggunakan joli, ada ayunan dan dacing
timbangan yang dihiasi buah-buahan lokal. Juga ada 9 (sembilan) kain yang dibentangkan sepanjang jalan menuju ayunan dan sudah pasti ada kepala kerbau yang
digantungkan di atas kepala di bagian atas ayunan.

Karena acara ini lebih menjurus ke khitanan maka pantun-pantun atau syair-syair, yang dilantunkan bertema pendidikan anak-anak. Umumnnya dalam Timbang Kepala Kebo dimulai dengan syair Selendang Delima, dilanjutkan syair Serambe, membacakan pantun-pantun adat berisi nasihat. Pembaca pantun saling bersambutan terdiri dari dua orang sekaligus sebagai pembawa acara, yaitu Affanul Z. Kheir dan Kusma.

Adapun mengenai makna-makna dari bahan-bahan yang disediakan, Sekretaris Sanggar Seni Beremben Besi Kusma mengatakan, “Ada beberapa hal di dacing timbangan ini. Ada yang namanya perabe-perabe (istilah Pangkalan Balai). Perabe-perabe ini adalah bahan-bahan hasil bumi dan ini mengandung filosofi sebagai wujud syukur pada limbangan bahan hasil bumi Pangkalan Balai. Bahan-bahan hasil bumi itu ditempelkan di setiap detail dacing timbangan ini.”ujarnya.

Kusma melanjutkan, “kemudian begitu anak ini menuju dacing timbangan, nanti akan ada titian kain panjang sembilan lembar, itu menandakan filosofinya, anak ini
selama sembilan bulan dalam kandungan ibunya, jadi ini merupakan simbol kain ini di bentangkan sebanyak sembilan lembar.”jelasnya.

Dengan kembalinya tradisi yang mulai terlupakan ini, diharapkan Pemerintah Kabupaten Banyuasin dan Dinas terkait agar tetap terus melestarikan kebudayaan yang
ada. Generasi penerus perlu terus diajarkan dan dimotivasi tentang betapa pentingnya budaya lokal mereka.

Sumber : https://www.lamanqu.com/2018/03/18/timbang-kepala-kebo-tradisi-banyuasin-yang-mulai-dilupakan/

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...