Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Papua Merauke
Tifa dan Terompet Bambu
- 16 November 2018

Dahulu daerah Merauke memiliki sebuah tifa dan terompet bambu. Kelebihan kedua benda tadi adalah bila sekali saja orang menyentuh dengan kaki, tifa dan bambu itu berbunyi denga sendirinya. Tetapi bila orang memegangnya, tifa dan bambu berhenti berbunyi.

Konon ada suatu keluarga mempunyai seorang anak yang bernama Beorpit. Apabila terdengar bunyi tifa dan terompet bambu itu Beorpit bergembira sekali. Oleh sebab itu pada suatu hari ia mengajak ayahnya untuk pergi dan mencari alat yang dibunyikan itu. Tetapi sang ayah menolak permintaan anaknya. Karena permintaannya ditolak, Beorpit menangis terus menerus setiap hari. Lama kelamaan tangisnya reda, namun karena dorongan keinginannya maka timbullah suatu rencana di benaknya.

Setelah menjadi besar, Beorpit meminta lagi kepada ayahnya agar membuat sebuah perahu baginya. Kali ini ayahnya bersedia lalu mengerjakan sebuah perahu. Beberapa hari lamanya ayahnya tekun dalam menyelesaikan perahu itu.

Sehari sesudah perahu dikerjakan ia pun berangkatlah. Seorangpun tak ada yang mengikutinya, karena tidak diketahui ke mana ia hendak pergi dan apa maksudnya bepergian. Mereka merasa khawatir dan takut, kalau ia mendapat bahaya di perjalanan. Baik orang tua, sanak saudara bahkan seluruh penduduk kampung turut menangis atas kepergiannya. Namun ia berpegang teguh pada pendiriannya dan tetap berangkat dengan hati yang tenang. Dia mengayuh perahunya menuju muara kali. Dari muara kali kemudian Beorpit menyeberangi laut dan akhirnya tibalah ia di Merauke.

Setiba di Merauke hari sudah gelap. Malam itu semua penduduk kampung sedang asyik menyanyi dan menari di JE (rumah adat). Karena asyiknya, mereka tidak menyadari, bahwa ada orang dari tempat lain sedang mengintai.

Dalam suasana ramai itu tanpa diketahui, Beorpit menyusup masuk ke dalam JE dan ikut menari di sudut kiri. Karena sudah kecapaian, merekapun tertidur di dalam JE. Sementara itu Beorpit juga mencari tempat yang aman serta berdekatan dengan tifa dan bambu ajaib.

Sementara pura-pura tidur ia membaca mantranya, sehingga mempengaruhi orang-orang yang tertidur itu tidak dapat bergerak. Dalam kesempatan itu ia membunuh semua orang yang tertidur di dalam JE. Sesudah itu Beorpit mengambil kepala orang-orang tadi beserta tifa dan bambu ajaib, lalu segera meninggalkan rumah itu. Kemudian ia kembali lagi dengan perahu ke kampungnya sendiri.

Setiba di kampung, penduduk menyambutnya dengan meriah sekali. Sebagai tanda penghormatan, ia dipikul orang kampung dari perahu dan dielu-elukan, mulai dari perahu sampai ke JE, tifa dan bambu ajaibpun dibawa serta.

Setiba di JE mereka masuk dan mengelilingi Beorpit. Karena melihat banyak orang berkerumun dan mendesaknya untuk mendengar kedua benda ajaib itu, maka ia pun segera menyentuh tifa dan bambu ajaib dengan kedua kakinya. Detik itu juga kedua benda tadi berbunyilah serentak dengan nyaringnya. Orang yang mendengarnya tidak dapat menahan diri lagi, lalu merekapun ikut menyanyi dan menari dengan asyiknya.

Bagaimana dengan suasana orang-orang di Merauke, setelah Beorpit meninggalkan mereka?

Menurut kebiasaan, setiap pagi ibu-ibu membawa makanan kepada suami-suaminya yang bermalam di JE. Ketika memasuki JE mereka melihat bahwa semua orang-orang yang berada di JE sudah mati. Suatu hal yang sangat mengejutkan mereka ialah bahwa orang-orang itu tidak berkepala lagi. Kejadian ini tersiar ke seluruh kampung sehingga menyebabkan sebagian penduduk menjadi takut, sedangkan yang lain menangisi saudara-saudara mereka yang sudah dipotong kepalanya. Keadaan alam di sekitarnya turut berubah menjadi gelap.

Sementara itu terdengarlah dari jauh bunyi tifa dan bambu ajaib di daerah Emari. Mendengar bunyi itu penduduk kampung menangis tersedu-sedu. Perasaan sedih menimbulkan kemarahan penduduk, karena mereka kehilangan saudara-saudaranya beserta dengan kedua benda ajaib itu. Rupanya di antara penduduk ada seorang yang memberanikan diri dan bermaksud untuk membalas dendam. Konon orang itu juga bernama Beorpit. Ia segera berangkat ke tempat, di mana terdengar bunyi tifa dan bambu ajaib itu. Beberapa hari lamanya ia mengarungi laut dan sungai, akhirnya tibalah pada tempat tujuannya. Ketika mendekati kampung Emari hari sudah gelap. Keadaan di sekitar kampung sepi, karena semua penduduk kampung sedang asyik menyanyi dan menari di JE. Karena lelah mereka tertidur dengan nyenyaknya.

Sesudah mengamati keadaan maka Beorpit Merauke mulai melaksanakan rencana pembalasannya, sama seperti apa yang tela dilakukan Beorpit dari Asmat.

Selesai melaksanakan niatnya, ia kembali ke Merauke dengan membawa kedua benda ajaib itu.

Keesokan hari sebagian orang yang berada di rumah-rumah terkejut, karena mendengar berita bahwa orang-orang yang bermalam di JE sudah dibunuh. Kejadian ini menimbulkan kesedihan pula bagi seluruh warga kampung. Ketika itu juga keadaan di sekitar kampung pun tiba-tiba menjadi gelap.

Sementara itu di Merauke terdengar pula, bunyi tifa dan bambu seperti sedia kala. Karena peristiwa yang dialami ini menyebabkan kematian saudara-saudaranya maka Beorpit Asmat berniat lagi untuk mengadakan pembalasan. Oleh sebab itu ia pergi lagi ke Merauke dan setibanya di sana melakukan lagi hal yang sama seperti pertama kali. Ternyata ia berhasil dalam melaksanakan niatnya. Sesudah ia kemabli kekampung Emari, Semua orang bergembira atas keberhasilannya.

Kini kedua benda ajaib itu berada di tangan mereka. Menurut firasatnya pasti ada pembalasan lagi untuk merebut kedua benda tersebut. Oleh sebab itu untuk memepertahankan kedua benda ajaib itu, orang-orang Asmat mengatur siasat. Ketika hari telah malam, mereka membagi tugas untuk menjaga keamanan. Ada yang menjaga di tepi sungai, ada pula yang di bawah kolong JE dan yang lainnya manjaga di tangga masuk.

Memang dugaan mereka tepat. Ternyata Beorpit dari Merauke yang dating hendak mengadakan pembalasan lagi. Tetapi nasibnya sangat malang, karena ia ditangkap kemudian dipancung kepalanya di dalam JE.

Orang-orang Merauke lama menunggu utusannya, namun ia tak kunjung kembali. Karena terlalu lama menunggu mereka mengirim seorang lagi, namun nasibnya juga malang seperti Beorpit.

Akibat peristiwa ini orang-orang Asmat mengungsi ke kali Ayip. Karena mnurut menurut mereka tempat lama tidak menjamin keamanan hidupnya. Setelah berada di tempat baru mereka tinggal dalam keadaan aman dan tentram. Tifa dan bambu ajaibpun dibawa serta dan telah menjadi milik pusakanya.

 

 

Referensi:

  1. https://indotim.wordpress.com/cerita-rakyat-nusantara-2/cerita-rakyat-nusantara-i/14/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline