Saremba Tembe adalah tarian tradisional dari Nusa Tenggara Barat, yang tepatnya berasal dari Kabupaten Dompu. Saremba Tembe sendiri memiliki arti menggunakan sarung seperti selempangan. Oleh karena itu, penari tarian Saremba Tembe pasti menggunakan kain atau sarung sebagai kostum saat menari.
Tarian kolosal Saremba Tembe ini sebenarnya merupakan tarian daerah yang dipadukan dengan menggunakan kain yang bernama Tembe sebagai aksesorisnya. Tarian Saremba Tembe mengingatkan tentang masyarakat dari Kabupaten Dompu tempo dulu. Di mana Saremba dan Katente adalah jenis pakaian yang pertama, setelah kaum wanita Dompu mengetahui Medi Ra Muna yang dilakukan secara tradisional.
Kain Tembe yang digunakan sebagai aksesoris saat melakukan tarian merupakan hasil tenunan wanita disaat para pria atau suaminya bekerja di ladang. Karena hasilnya yang indah, maka digunakan untuk melengkapi tarian yang tak kalah indah. Tembe dalam kesaharian masyarakat Dompu memiliki multi fungsi. Bisa digunakan sebagai selimut pada saat kedinginan, digunakan sebagai parasut dan digunakan sebagai pelampung saat berenang, dan pada saat musim panen, sarung dapat berperan sebagai wadah saat mengangkut hasil panen, dan masih banyak lagi manfaat sarung dalam kehidupan masyarakat Dompu pada umumnya.
Tarian Saremba Tembe masih sering dipertontonkan karena orang yang menontonnya merasa senang menontonnya. Tarian Saremba Tembe memiliki aura dan kisah kebahagiaan karena menggambarkan rasa syukur atas keberhasilan hasil pertanian, sehingga dapat menularkan rasa kebahagiaan bagi para penontonnya.
#OSKMITB2018
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang