|
|
|
|
Tapa Kolo Tanggal 08 May 2017 oleh Oase . |
Salah satu makanan khas orang Flores ada di Kabupaten Manggarai Timur. Orang Manggarai Timur menyebutnya ‘Tapa Kolo’. Tapa diartikan bakar serta kolo artinya masak sesuatu dengan bambu. Jadi ‘Tapa Kolo’ diterjemahkan memasak nasi dengan bambu dengan cara dibakar. Tapa Kolo merupakan cara memasak nasi orang Manggarai Timur di kampung-kampung.
Diceritakan warga masyarakat Kampung Sambikoe bahwa orang Manggarai Timur di zaman dulu belum mengenal masak umbi-umbian serta nasi dengan menggunakan kompor melainkan memasak umbi-umbian dan nasi dengan cara membakar. Orang Manggarai Raya pada umumnya memasak sesuatu dengan cara membakar. Bahkan umbi-umbian juga dibakar, seperti ubi kayu, ubi tatas, ubi keladi, serta Uwi. Ini merupakan kearifan lokal yang diwariskan leluhur orang Manggarai Raya pada umumnya dan juga orang Manggarai Timur pada khususnya.
Pada zaman dulu bahan-bahan untuk memasak sesuatu diambil dari alam. Salah satunya adalah bambu yang tumbuh di hutan-hutan. Jadi orang Flores itu sangat dekat dengan alam dilihat dari kearifan lokalnya. Sebagian kebiasaan yang diwariskan itu sudah punah dengan pengaruh modern dengan memasak menggunakan alat-alat modern. Alat-alat modern itu seperti periuk, Kuali dan lain-lainnya hasil dari olahan pabrik. Salah satu yang masih dipertahankan hingga di era digital ini adalah cara memasak dengan ‘Tapa Kolo’.
Cara memasak ini dipertahankan karena apabila ada ritual adat di kampung-kampung di wilayah Manggarai Timur selalu ada ‘Tapa Kolo’. Bahkan sebelum dimasak dilaksanakan ritual adat oleh tetua adat. Biji beras yang akan dimasukkan di dalam bambu terlebih dahulu diritualkan untuk memberikan makanan kepada alam dan leluhur.
Saat diamati sebelum mulai masak,tetua adat kampung melaksanakan ritual memberikan makanan kepada alam dan leluhur dengan menyiram biji beras di tanah. ‘Tapa Kolo’ kali ini dilakukan untuk mensyukuri air minum yang sudah masuk di bak penampung. Bukan hanya saat syukuran menerima air minum bersih masuk di bak penampung. Tradisi ‘Tapa Kolo’ juga dilaksanakan saat membuka ladang baru yang akan ditanami padi. Sebelum benih padi ditanam, terlebih dahulu tetua adat meminta restu alam dan leluhur dengan ritual adat.
‘Tapa Kolo’ merupakan cara orang dari Kampung Sambikoe untuk memasak nasi. ‘Tapa Kolo’ dilaksanakan saat upacara-upacara adat, baik di tengah kampung maupun di kebun-kebun. ‘Tapa Kolo’ tidak bisa dilaksanakan dalam masakan harian di rumah keluarga-keluarga. Sebelum biji beras dimasukkan dalam bambu, terlebih dahulu dilangsungkan ritual adat oleh tetua adat di kampung-kampung.
‘Tapa Kolo’ dilakukan oleh kaum laki-laki karena membakar bambu dengan menggunakan api yang besar serta kerja sangat berat. Biasanya makan ‘Tapa Kolo’ dicampur dengan kuah ayam. Kalau bukan kuah ayam, kuah daging babi yang sudah diolah kaum perempuan. Mengapa dicampur dengan kuah? Karena nasi yang dimasak dengan cara dibakar hasilnya agak keras. Yang beda dengan masakan menggunakan periuk adalah rasanya. Rasa saat kita makan nasi ‘Kolo’ lebih enak dibanding dengan nasi yang dimasak menggunakan periuk. Itulah keunikan dan kenikmatannya.
Resep:
Beras secukupnya
Garam secukupnya
Bumbu penyedap rasa sesuai selera
Daun pisang secukupnya
Bambu, diameter 7 cm dan panjang 30 cm
Siiapkan bahan-bahan dan peralatan yang dibutuhkan. Jangan lupa memotong bambu sesuai ukuran yang ditentukan
Cucilah beras hingga benar-benar bersih. Tiriskan dan campur dengan bumbu-bumbu di atas.
Tambahkan air dan aduk kembali.
Masukkan beras tersebut ke dalam bambu. Ratakan dan tutup kedua lubangnya menggunakan daun pisang.
Bakar di atas bara api selama kurang lebih 30 menit. Angkat setelah matang dan sajikan di piring
http://recipesmasakanindonesia.blogspot.co.id/2016/09/resep-membuat-kolo-khas-ntt.html
http://travel.kompas.com/read/2015/10/02/103600627/Nikmatnya.Kolo.dari.Kampung.Sambikoe.Flores.
https://sportourism.id/kuliner/berburu-kulier-khas-ntt-dan-labuan-bajo
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |