|
|
|
|
Tangga Emas-mu, untuk Tinggi Hormat-ku Tanggal 17 Aug 2018 oleh OSKM18_19818131_Firyal Nabihah. |
Rasa hormat yang hadir menyeruak pada tiap sanubari adalah wujud pengakuan kehadiran seseoraan di kehidupan kita dalam posisi yang tinggi karena sebuah kedudukan. Hal tersebut mendorong setiap orang untuk dapatt dihormati dalam suatu lingkup masyarakat yang luas.
Di Indramayu misalnya, tak jarang orang-orang berssimpuh pada kehormatan seseorang lebih didominasi oleh kedudukan materil daripada non-materil. Unsur materil yang paling ketara adalah perhiasan emas. Tentuulah hal ini menjadi sorotan kedudukan dan pandangan eksistensi yang menjadi indikator kehormatan terutama di kallangan kaum wanita.
Penilaiannya bisa berasal dari kualitas emas, maupun dari kuantitas perhiasan yang termaktub di tubuh kita itu sendiri. Emas dilambangkan kejayaan dan kesuksesan seeorang.
Pada tahun 1960-an, pendapatan ekonomi yang didapat individnya itu dikumulatifkan untuk membeli sebuah emas. Di sisi lain esensi kejayaan, emas juga menjadi nafkah suami ke istri yang djberikan pada awal bulan denngan fungsi sebagai investasi atau tabungan hidup andaikala ekonomi keluarga genting dan terdapat sebuah kebutuhan terdesak. Alasannya adalah nilai tukar uangg pada emas yang relatif selalu naik waktu ke waktunya.
Namun ada kepahitan yang juga ingin dibagikan, yaitu adanya sekellompok wanita yang membeli perhiasaan gelang besi sederhana yang ia cat sendiri dengan warna emas supaya terlihat jaya. Ada rasa malu dan ketidakpercayaan diri pada kala itu ketika wanita perggi ke acara formal seperti pesta tanpa menyematkan perhiasan emas di lengan maupun jarinya. Mereka lebih memilih berdiam diri di rumah saja apabila tidak memiliki perhiaan emas yang apat digunakaan untuk pergi.
Seiring dengan era globalisasi yang mencuatkan kekuatan akademik, budaya penghormatan seseorang berdasarkan perhiasan emas sesrorang juga melluntur. Kini, pengabdi ilmu, pengabdi masyrakat, dan aktifis pergerakan menjadi sorotan yang membawa dampak baik dan mmenggugah pengaruh motivasi bangsa untuk bersamaa bersatu menuju Pancasila, Sang Cita yang suci bumi Indonesia.
Kini masyarakat indramayu mempperlebar sayap pengenalan budaya indramayu guna mencapai kejayaan otonomnya, contohnya peningkatan kualitas dan kuantutas kerupuk udang khas Indramayu.
Sumber: Nenek saya (Komaenah) di Jln.Terusan, Indramayu
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |