|
|
|
|
Surabaya dengan Bambu Runcingnya Tanggal 06 Aug 2018 oleh OSKM18_16518190_Novindra Nurrosyid Al Haqi. |
Saat mendengar 10 November, pasti teringat akan hari pahlawan dan tentunya Kota Pahlawan atau biasa kita dengar, Kota Surabaya. Kota Surabaya sebagai saksi bisu terjadinya sejarah peperangan hebat antara pihak pasukan Indonesia dengan pasukan asing. Pertempuran ini merupakan pertempuran pertama setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, salah satu pertempuran terhebat dan terbesar dalam sejarah revolusi Indonesia karena rakyat Surabaya hanya menggunakan bambu runcing sebagai senjatanya.
Hanya bersenjatakan bambu, pasukan Inggris dapat dipukul mundur. Ada yang berkata bahwa pertempuran ini dapat dimenangkan disebabkan oleh kegigihan arek-arek Suroboyo yang tak kenal lelah demi mengusir penjajah, doa yang tak henti-henti dipanjatkan, oleh karena munculah ungkapan bonek, yaitu bondo nekat yang berarti hanya berlandaskan semangat tak kenal takut yang nekat yang melekat pada anak muda Surabaya sampai sekarang. Meskipun pasukan Inggris menggunakan meriam dan senapan, arek-arek Suroboyo tidak takut dan tetap melawan menggunakan bambu runcing dan senjara curian dari pasukan Inggris. Puncaknya adalah saat terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby. Banyak tokoh yang ikut andil dalam menggerakkan rakyat Surabaya, salah satunya yang terkenal adalah Bung Tomo dengan orasinya yang membakar semangat arek-arek Suroboyo. Meskipun banyak korban jiwa yang meninggal, kemenangan dapat didapatkan dan diabadikan sebagai Hari Pahlawan. Kota Surabaya pun disebut sebagai Kota Pahlawan karena peristiwa heroik dari arek-arek Suroboyo yang bermodalkan bambu runcing melawan pasukan Inggris yang menggunakan meriam dan senapan.
Banyak misteri yang menyelimuti bambu runcing, salah satunya adalah ada yang berkata bahwa bambu yang digunakan harus bambu kuning yang sudah berumur tua. Bahkan Sang Jendral Besar A.H. Nasution dalam suatu wawancara ditanyai apakah benar bambu runcing pernah benar-benar menjadi senjata ampuh saat perjuangan atau hanya mitos berkata, “Adalah setengah mitos,” jawab Nasution dalam Bisikan Nurani Seorang Jenderal, “di minggu-minggu pertama merdeka maka rakyat dengan bambu runcing seakan-akan pagar betis menjadi kekuatan untuk memaksa pejabat di kantor, lingkungan, pabrik, dan lain-lain agar taat kepada RI. Tapi, pada pertempuran real, bambu runcing itu lebih banyak jadi senjata semangat.” Demikian juga saat Hizbullah menyerbu gudang senjata Jepang di Magelang. “Menyerbu dengan bambu runcing di tangan?” tanya KH Saifuddin Zuhri, dalam otobiografinya Guruku Orang-orang dari Pesantren. “Ya, dengan bambu runcing!” jawab Kiai Mu’awwam. “Bambu runcing di tangan orang pemberani lebih ampuh daripada mitraliur di tangan orang yang gemetar ketakutan. Jepang dalam keadaan ketakutan menghadapi pemuda-pemuda yang tengah berang dengan tekad ‘mati syahid’.”
#OSKMITB2018
Sumber: https://bagustahukahanda.blogspot.com/2015/08/misteri-kekuatan-bambu-runcing-dalam.html
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |