Kotogadang adalah desa di Kabupaten Agam, Sumatera Barat yang terkenal akan hasil kerajinan tangannya. Setiap perempuan yang lahir dan besar di sana diperkenalkan pada seni kerajinan berupa menenun dan menyulam, salah satu teknik menyulam yang sudah sangat terkenal hingga di Jakarta masa kini adalah Suji Cair atau Suji Caia. Suji adalah istilah untuk menghias kain atau bahan lainnya dengan kiat menjahit pola dan gambar menggunakan jarum dan benang (Razny, Sita Dewi dan MityJ. Juni. Pakaian Tradisional: Sulam, tenun, dan Renda khas Kotogadang. 2011).
Suji Caia/Cair adalah teknik menyulam memakai benang berbeda warna yang menunjukkan tingkatan gradasi warna suatu objek, misalnya bunga. Gradasi yang dihasilkan tersebut menampakkan efek tiga dimensi objek yang disulamkan.
Untuk selendang Suji Caia diperlukan bahan sutera atau satin dengan ukuran lebar kain 55-60 cm dan panjang 1,80 - 2,00 m. Motif yang akan disuji, digambar dengan pensil, kemudian seluruh bahan tersebut direnggangkan di atas pemedangan, yaitu rangka dari kayu yang dapat menjepit sekeliling pinggiran kain (Razny, Sita Dewi dan MityJ. Juni. Pakaian Tradisional: Sulam, tenun, dan Renda khas Kotogadang. 2011). Objek sulaman biasanya berupa bunga, binatang, sawah, dan lain sebagainya.
Menurut cerita penduduk lokal, Suji Cair diperkenalkan oleh bangsa Belanda, terutama kaum wanita Belanda yang ingin mendidik wanita Kotogadang, akan tetapi motif dan pola dari banyak dipengaruhi oleh Cina, India, dan Arab.
Wanita Kotogadang yang sudah menikah, memakai selendang berbahan satin atau sutera dengan sulaman suji apabila menghadiri acara adat, atau bila setelah akad nikah berkunjung ke rumah keluarga mempelai pria untuk makan bersama.
Ibu saya, Ninda Elisa bercerita bahwa pada masa kecilnya tinggal di Kotogadang, ia dan saudaranya dilibatkan oleh kerabat membuat renda tepian tempat tidur dan taplak meja. Meskipun tidak sempat selesai karena harus pindah ke Jakarta, kenangan itu amat melekat, dan beliau masih ingin menyelesaikannya. Ibu Ninda yang tinggal di jakarta, pada usianya yang sudah 58 tahun masih ingin memakai selendang Suji Caia berwarna jingga terang, akan tetapi ibu beliau, yaitu nenek saya, Yohana, berpendapat bahwa orang Kotogadang yang sudah berusia paruh baya, lebih mengenakan busana yang berwarna redup dan dengan hiasan yang lebih sederhana. Ibu Yohana sendiri lazim mengenakan selendang tenun terawang (yang akan dijelaskan pada segmen selanjutnya) berwarna ungu tua pada acara-acara adat. Selendang tersebut dibelikan oleh Ibu saya ketika mengunjungi Kotogadang.
Razny, Sita Dewi dan MityJ. Juni. Pakaian Tradisional: Sulam, tenun, dan Renda khas Kotogadang. 2011
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati
Bangunan GKJ Pakem merupakan bagian dari kompleks sanatorium Pakem, yang didirikan sebagai respon terhadap lonjakan kasus tuberculosis di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20, saat obat dan vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan. Sanatorium dibangun untuk mengkarantina penderita tuberculosis guna mencegah penularan. Keberadaan sanatorium di Indonesia dimulai pada tahun 1900-an, dengan pandangan bahwa tuberculosis adalah penyakit yang jarang terjadi di negara tropis. Kompleks Sanatorium Pakem dibangun sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan kapasitas di rumah sakit zending di berbagai kota seperti Solo, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya. Lokasi di Pakem, 19 kilometer ke utara Yogyakarta, dipilih karena jauh dari keramaian dan memiliki udara yang dianggap mendukung pemulihan pasien. Pembangunan sanatorium dimulai pada Oktober 1935 dan dirancang oleh kantor arsitektur Sindoetomo, termasuk pemasangan listrik dan pipa air. Sanatorium diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono VIII pada 23...
Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 Masukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap
Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...
Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.