Dahulu, disebuah kampung hidup satu keluarga miskin. Keluarga itu memiliki seorang anak bernama Sikintan. Pekerjaan ayah Sikintan mencari kayu. Kemudian kayu itu dijual kepasar. Uang penjualan kayu itu digunakan untuk membeli keperluan sehari-hari.
Pada suatu malam, ayah Sikintan itu bermimpi. Dalam mimpinya ia didatangi seorang tua. Orang tua itu menunjukkan, di hulu sungai ada sebuah rumpun bambu besar. Di tengah rumpun bambu itu ada tongkat intan.
“ carilah karena itulah anugerah untukmu “, ujar orang tua itu.
Keesokan harinya ayah Sikintan mengajak anaknya pergi ke hulu sungai. Sikintan bertanya pada ayahnya, ada apa di hulu sungai. Namun, ayahnya mengatakan, hanya jalan-jalan saja.
Mereka berjalan kehulu menyusur sungai. Tak berpa lama kemudian, mereka tiba diserumpun bambu. Ayah Sikintan mendekat ke rumpun bambu itu.
“ ayah sedang mencari apa ?”
ayahnya tak menjawab, malah sibuk mencari-cari. Tak berapa lama, wajahny berbinar, ia melihat tongkat intan. Cepat-cepat diambilnya tongkat berharga itu dan segera dibawanya pulang.
Kemudian ayah Sikintan menceritakan mimpi tentang tongkat itu. Ketika tiba di rumah, ibu Sikintan heran melihat suaminya memiliki tongkat intan.
Mereka bertiga mufakat akan menjual tongkat intan itu. Tapi kemana akan dijual ? bila di daerah itu dikjual, orang-orang tentu bisa menduga bahwa barang itu dicuri. Bukankah hidup keluarga itu miskin.
Akhirnya orang tua Sikintan meminta Sikintan menjual tongkat itu ke negeri lain. Sikintan pergi dengan perahu. Sesaat sebelum berangkat, ayah Sikintan berpesan, “ kalau kamu sudah menjual tongkat intan ini dan mendapat uang banyak, jangan lupa pada kami. Ingat hidup ayah ibumu miskin.”
“ percayalah ayah. Anakda akan selalu mengingat ayah dan ibu, “ ujar Sikintan.
Dalam perjalanan, Sikintan selalu membantu pemilik perahu. Ketika sampai di tujuan, Sikintan dibebaskan dari ongkos. Bahkan, pemilik perahu memberikan sedikit uang.
Hati Sikintan merasa senang. Tiba di negeri itu, ia mencoba mencari induk semang. Beberapa hari ia tinggal di rumah induk semangnya. Suatu hari, ia pergi ke pasar menjual tongkat intan yang dibawanya. Beberapa toko yang ditawarinya tak mampu membeli tongkat intan yang mahal itu. Untunglah ada ynag menunjukkan toko paling besar di negeri itu.
“ mungkin toko itu mau membeli barangmu ini. “
Sikintan membawa tongkat intan ke toko besar itu. Lalu menawarkan pada saudagar pemilik toko. Sikintan menceritakan, ia sudah menawarkan kepada beberapa toko, tapi tak sanggup membelinya. Rupanya saudagar itu merasa malu. Lalu tongkat intan itu dibelinya walaupun dengan harga yang sangat mahal.
Setelah mendapat uang banyak, Sikintan muali berdagang. Ia membuk toko. Karena mempunyai modal besar, uasaha Sikintan tampak cepat berkembang. Ia menjadi orang kaya raya di negeri itu. Ia pun telah membeli kapal. Sebagai seorang saudagar kaya, Sikintan mempersunting istri yang cantik jelita. Hidup dalam kemewahan, ia lupa ayah dan ibunya yang miskin.
Suatu malam Sikintan bermpimpi. Ayah dan ibunya datang menemuinya dan berkata, “ Sikintan, kamu sudah kaya raya. Mengapa lupa kepada ayah dan ibumu ? Datanglah, akami menunggumu “
Setrlah bermimpi itu, Sikintan sadar kan keadaan ayah dan ibunya yang hidup miskin. Lalu diceriatakannya kepada istrinya. Mereka mufakat akan menjenguk ayah dan ibu Sikintan.
Denganmenggunakan kapal sendiri, Sikintan bersama istrinya serta rombongan menuju kampung ayah dan ibunya. Ketika tiba di pelabuhan, Sikintan mengutus oarang untk memberi tahu kedatangannya kepada ayah dan ibunya, agar orang tuanya datang ke kapal. Oarang itu segera memberi kabar. Dan mengatakan bahwa Sikintan sudah kaya raya.
Mendengar berita itu, ayah Sikintan meuju ke kapal ingin bertemu dengan buah hatinya. Di tepi kapal, ia bertanya diman anaknya Sikintan. Petugas memberitahu kepada Sikintan bahwa yahnya sudah datang. Ketika melihat ayahnya sudah tua dengan pakaian kuamal dan compang-caming pula, ia merasa malu. Malu kepada istri dan rombongannya. Sikintan tidak mengakui bahwa orang tua yang ada di hadapannya adalah orang tuanya.
‘ bukan, dia bukan ayahku, suruh orang tua itu pergi “
dengan hati yang sedih, ayah Sikintan pulang. Di rumah, orang tua it menangis. Istrinya heran melihat suaminya tiba-tiba menangis.
“ mengapa abang menangis ?”
“ Sikintan tak mengakui aku lagi sebagai ayahnya. Coba kau kesana. Mungkin kau diakui sebagai ibunya “
ibu Sikintan berangkat ke kapal ingin menemui anakanya. Di tepi kapal, keapada oarang, ia ia memberi tahu ingin bertemu dengan anaknya Sikintan. Ketika Sikintan melihat ibunya tua bangka dengan pakaian kumal pula, ia tidak mau mengakui orang itu ibunya. Lalu pulanglah ibu Sikintan dengan hati sedih. Tiba di rumah, ia bertangis-tangisan dengan suaminya.
Sikintan dan rombongan pun bersama kapalnya berangkat. Tak berapa jauh meninggalkan pelabuhan, datanglah hujan dan badai. Kapal Sikintan taka dapat berlayar. Kapten kapal berkata pada Sikintan, ia telah durhaka kepada ibunya.
“ kembali ke pelabuhan. Disana nanti saya akan mengakui kedua orang tua itu sebagai orang tua saya,” kata Sikintan kepada kapten kapal.
Tiba di pelabuhan, diutus orang untuk menjemput kedua orang tua Sikintan. Sikintan kana minta ampun. Ketika melihat kedua orang tuanya yang sangat miskin itu, Sikintan masih juga merasa malu. Sikintan mersa malu mengakui kedua orang tua itu adalah orang tuanya.
Kedua orang tua yang datang dengan gembira karena anaknya akan minta ampun sekarang merasa sedih kembali. Sikintan belum mengakui mereka adalah ayah dan ibunya.
“ kalau Sikintan belum juga mengakui kami orang tuanya, ya sudahlah, ‘ setelah berkata begitu, kedua orang tua Sikintan poulang dengan hati yang pedih.
Tak berapa lama kemudian, kapal Sikintan berangkat. Kedua orang tuanya berdoa kepada Tuhan, sambil berkata, “ ya Allah, kami tidak diakui sebagai orang tua oleh anak kami. Berilah dia hukuman yang Engkau kehendaki. “
Usai oarang tua itu berdoa, datanglah angin kencang. Turun badai topan menenggelamkan kapal Sikintan. Beberapa minggu setelah kejadian, kapal itu tampak menjadi pulau. Di pulau itu hiduplah seekor monyet putih. Oarang berkata bahwa monyet itu adalah Sikintan yang durhaka kepada orang tuanya. Beberapa bulan kemudian, monyet itu tak nampak lagi, mungkin meninggal dunia dengan seribu penyesalan. Sampai saat in, pulau itu dinamakan Pulau Sikintan.
Sumber:
http://yosiabdiantindaon.blogspot.com/2012/04/cerita-rakyat-aceh-sikintan-anak.html
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja