Dari dalam hutan, terdengar suara tangis tujuh gadis. Rupanya mereka tersesat. Mereka dibuang ke hutan oleh orangtua mereka karena sudah tak sanggup lagi merawat dan memberi makan. Sebenarnya, si Bungsu sudah tahu rencana itu ketika mereka diajak mencari kayu ke hutan. Itulah sebabnya ia mengebarkan biji jagung untuk menandai jalan yang mereka lalui. Namun malang, biji-biji jagung itu habis dimakan burung. Si bungsu dan kakak-kakaknya kehilangan arah dan tersesat semakin jauh.
"Aduh, bagimana ini?" seru si Sulung panik.
"Sebaiknya kita terus berjalan saja, Kak. Siapa tahu di depan ada jalan keluar," jawab si Bungsu.
Ketujuh gadis itu melangkah tanpa tujuan. Berhari-hari mereka berjalan, akhirnya keluar juga dari hutan dan tiba di sebuah desa.
"Desa ini aneh sekali, suasananya sunyi," kata salah seorang dari mereka
"Hei, lihat! Itu ladang jagung yang sangat luas. Dan oh, ada sungai juga!" pekik saudaranya yang lain. Ketujuh gadis itu bergegas melangkah ke sungai. Mereka ingin mandi untuk membersihkan tubuh mereka yang lengket dan kotor.
Tiba-tiba, langkah mereka terhenti. Di pinggir sungai, sepasang raksasa sedang mandi. Wajah keduanya mengerikan.
"Jika melihat kita, mereka pasti akan memakan kita," bisik si Sulung.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" balas gadis yang lain.
"Ssstt... aku punya akal, Kak. Bagaimana kalau kita mencampur air sungai itu dengan kolang kaling? Mereka pasti akan merasa gatal-gatal. Nah, begitu mereka keluar dari sungai, kita jebak mereka," usul si Bungsu.
"Jebak? Bagaimana caranya?" tangoaknya tak mengerti.
"Mereka pasti akan lari ke gubuk mereka. Nah, ikatan-ikatan di tiang gubuk itu kita kendurkan. Lalu kita buat perapian di bawah gubuk. Kalau mereka masuk, gubuk itu akan ambruk dan mereka akan mati terbakar," si Bungsu menjelaskan.
Keenam kakaknya mengangguk tanda mengerti. Tanpa membuang waktu, mereka menjalankan usul si Bungsu. Semuanya berjalan dengan sempurna, kedua raksasa itu mati terpanggang.
Gadis-gadis itu akhirnya tinggal di desa tersebut. Mereka mendirikan tujuh gubuk dan membagi ladang peninggalan raksasa menjadi tujuh bagian. Setiap ladang ditanami jagung dan berbagai jenis bunga.
Ketujuh ladang itu sangat subur. Hasil panennya melimpah. Kebun bunganya juga menyebarkan bau yang harum. Bau semerbak itu mengundang seekor burung kenui untuk membuat sarang disana. Dari ketujuh gadis itu, hanya si Bungsu yang mengizinkan burung kenui itu membuat sarang dan bertelur di sana. Aneh, setelah beberapa hari tinggal di ladang si Bungsu, burung kenui itu terbang entah ke mana. Burung itu pergi meninggalkan telurnya.
Suatu hari, saat si Bungsu pulang dari ladang, ia mencium bau harum masakan di gubuknya. "Siapa yang memasak, ya?" bisiknya heran. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat seorang pemuda tampan di dapurnya. Rupanya pemuda itulah yang sedang memasak. "Siapa kau? Sedang apa kau di sini?" tanya si Bungsu dengan sedikit ketakutan.
Pemuda itu menceritakan asal-usulnya. Ternyata, ia keluar dari telur burung kenui yang ditinggalkan induknya. Mendengar cerita pemuda itu dan melihat parasnya yang rupawan, si Bungsu jadi tidak takut lagi.
Mereka lalu menjadi akrab dan saling jatuh cinta, sehingga akhirnya menikah. Si Bungsu dan suaminya hidup bahagia. Setiap hari suaminya ikut bekerja di ladang. Rupanya kebahagiaan si bungsu menimbulkan kecemburuan pada keenam kakaknya.
"Enak sekali dia, tahu-tahu ada pemuda tampan yang menikahinya," kata si Sulung. "Bagaimana kalau kita menyingkirkannya? Pasti nanti suaminya akan menikahi salah satu dari kita," usul salah seorang dari mereka.
Esok paginya, si Bungsu pergi mencuci ke sungai. Tanpa sepengetahuannya, keenam kakaknga mengendap-endap di belakang. Tiba-tiba mereka mendorong si Bungsu ke sungai. Arus sungai pagi itu sangat deras. Si Bungsu tak bisa melawan, tubuhnya pun terbawa arus dan hilang dari pandangan. Keenam kakaknya tersenyum puas, mereka yakin si Bungsu pasti mati tenggelam.
Tapi Tuhan berkehendak lain. Si Bungsu ditelan oleh seekor ikan raksasa. Karena kekenyangan, ikan itu tidur di permukaan air. Malang bagi ikan itu, seorang nenek tua menemukannya.
Dengan goloknya, nenek itu berusaha memotong-motong tubuh ikan itu. Aneh, meski sudah berusaha sekuat tenaga, golok itu tak mampu melukai tubuh ikan itu. Akhirnya si Nenek kelelahan dan memutuskan untuk beristirahat sejenak. Tiba-tiba, ia mendengar burung bernyanyi, "Bolidang bolidangi pabeli iwa balak". Mengertilah ia, untuk memotong tubuh ikan itu ia harus menggunakan daun belidang.
Betapa terkejutnya nenek itu ketika melihat si Bungsu keluar dari perut ikan. "Gadis cantik, siapa kau? Mengapa kau ada di perut ikan?" tanya nenek itu beruntun. Si Bungsu menceritakan apa yang terjadi. "Bolehkah aku tinggal di sini, Nek?" tanyanya. Karena terharu mendengar kisah gadis itu, ia pun setuju, "Tentu saja, kau boleh tinggal selama yang kau mau."
Sementara itu, di tempat lain, suami si Bungsu bingung mencari istrinya. Berulang kali ia bertanya pada keenam kakak iparnya, tapi tak seorang pun yang tahu keberadaannya. Akhirnya, ia memutuskan untuk mencari istrinya seorang diri. Ia mulai dengan menyusuri sungai karena menurutnya mungkin saja si Bungsu terseret arus saat mencuci.
Perjalanan pria itu berhenti di sebuah desa di ujung sungai. Ia sangat kelelahan dan mencari tempat untuk beristirahat. Ia mengetuk pintu sebuah gubuk yang ternyata adalah gubuk si Nenek.
"Permisi, bolehkah saya beristirahat di sini?" teriak pria tersebut.
Si Bungsu yang saat itu sedang menjahit, terkejut mendengar suara suaminya. Ia segera berlari menuju pintu diikuti si Nenek. "Suamiku!" teriaknya begitu melihat suaminya di depan pintu. Mereka Iangsung berpelukan.
"Terima kasih ya, Nek, atas pertolongan ini," ucap pria itu.
Orang tua itu mengangguk. Ia mengusap air matanya ketika mereka berpamitan. Si Bungsu dan suaminya pulang dan bertemu kembali dengan keenam kakaknya.
Mereka menyambut si Bungsu dengan perasaan malu sekaligus lega. Mereka diliputi perasaan malu karena telah mencelakai adik kesayangan mereka. Mereka meminta maaf pada si Bungsu. Setelah peristiwa itu, ketujuh kakak-beradik tersebut hidup rukun dan damai.
Sumber: http://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-lampung-kisah-si-bungsu/
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.