×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Kebiasaan Masyarakat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

DKI Jakarta

Sapaan "Lo Gue" di Masyarakat Jakarta

Tanggal 08 Aug 2018 oleh OSKM18_16918101_Farras Ezra Carakapurwa.

SAPAAN “LO GUE” DI MASYARAKAT JAKARTA

Kalau kita ke Jakarta, atau berbicara dengan orang yang berasal dari Jakarta, pasti familiar dengan percakapan berikut,

“Gue kesana dulu ya”

“Apa kabar lo?”

Yang menjadi khas dari percakapan tersebut ialah sapaan yang digunakan oleh mayoritas warga Jakarta, yaitu “lo” dan “gue”. “Lo” (atau dalam prakteknya sering diucapkan sebagai “lu” dan “lau” sebagai versi alay-nya) merujuk pada lawan bicara, yang dalam bahasa Indonesia sama seperti “anda”, “kamu”. Sementara “gue’ (atau dalam prakteknya sering diucapkan sebagai “gua” dan “gw”, “w” dalam percakapan di dunia maya) merujuk pada orang pertama, yang falam bahasa Indonesia sama seperti “aku”, “saya”. Yang perlu diketahui disini adalah konteks penggunaan kata sapaan ini, yaitu hanya saat berbicara dengan orang yang sebaya atau yang lebih muda.

Sapaan “lo gue” ini sangat melekat dalam kehidupan masyarakat Jakarta. Dapat dipastikan, seluruh warga Jakarta, lebih spesifik lagi yang lahir di Jakarta, menggunakan sapaan “lo gue” saat berinteraksi dengan teman sebayanya. Menggunakan sapaan ini saat berinteraksi dengan orang Jakarta dapat menjadi sarana untuk mengondisikan lawan bicara untuk lebih nyaman dalam berbicara. Bagi orang yang cukup lama tinggal di Jakarta, berbicara dengan sapaan “lo gue” dengan rekan sebaya telah menjadi kebiasaan.

Seiring teknologi semakin canggih, sapaan ini perlahan-lahan dikenal oleh orang yang diluar Jakarta, bahkan diadaptasi sebagai sapaan sehari-hari. Sebagai contoh kita ambil Jawa Barat, Banten, dan provinsi lainnya yang ada di pulau Jawa. Meskipun banyak yang masih nyaman menggunakan kata sapaan dari bahasa daerahnya masing-masing, populasi yang menggunakan sapaan “lo gue” pun sudah cukup banyak. Teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan dan memudahkan sirkulasi budaya ini untuk terjadi. Menggunakan sapaan “lo gue” telah dipandang sebagai kebiasaan yang “kekinian” dan mengikuti tren.

Secara historis, sapaan “lo gue” ini ternyata bukan hasil penciptaan alami dari kultur orang Betawi itu sendiri. Ternyata, sapaan ini baru mulai populer pada era 70-an. Lebih jauh lagi, sapaan tersebut merupakan hasil adaptasi dari bahasa lain.

Kata “Lo” dan “Gue” sendiri sebenarnya adalah kosa kata dalam bahasa Mandarin Hokkien (salahsatu bahasa yang digunakan oleh bangsa Tiongkok). “Gua/Gue”, yang dalam aksara Mandarin berupa: æˆ', artinya “saya”. Sementara kata “Lo/Lu”, yang dalam aksara Mandarin berupa: ä½ ,memiliki arti “kamu”. Dengan mengetahui fakta ini, akhirnya kita tahu bahwa kata sapaan “lo” dan “gue” sebenarnya bukan merupakan kata asli Betawi, namun kata dari bahasa Mandarin.

Lalu, terlintas di kepala kita: Mengapa kata sapaan itu bisa digunakan oleh bangsa Betawi?

Semuanya berawal dari abad 16, yang pada saat itu merupakan masa-masa pedagang Tiongkok berdatangan ke Jakarta untuk menjual barang dagangannya. Interaksi antara bangsa Tiongkok dan Betawi pun terjadi, dan pastinya bangsa Tiongkok akan menyebarkan kulturnya, termasuk bahasa mereka, ke penduduk asli. Akhirnya tersebarlah kata sapaan ini.

Lalu, muncul pertanyaan lain. Pedagang mancanegara di era tersebut tidak hanya terdiri dari bangsa Tiongkok, melainkan ada Arab dan India juga. Lalu, apa yang membuat kata sapaan bahasa Tiongkok ini menjadi populer, melebihi bangsa pendatang lainnya?

Dalam praktek perdagangannya, Tiongkok menjual dagangannya dengan prinsip “palu gada”, yaitu “Apa lu mau, gua ada”. Prinsip ini kurang lebih berarti apa saja yang penduduk Betawi butuhkan, Tiongkok menjualnya. Hal ini membuat pedagang Tiongkok lebih dipandang oleh mayoritas penduduk dan otomatis penduduk lokal menyesuaikan bahasanya dengan pedagang Tiongkok. Akhirnya, penduduk lokal mulai mengadopsi kata sapaan “lo gue” tersebut.

Demikian kisah singkat awal mula tersebarnya kata sapaan “lo gue” menjadi sapaan sehari-hari warga Jakarta. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam artikel baik kesalahan substansi maupun penulisan. Semoga dapat bermanfaat bagi para penjelajah Budaya Indonesia :)

 

#OSKMITB2018

DISKUSI


TERBARU


Mpaa Kabanca (T...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Kabanca adalah tradisi unik di Bima yang melibatkan atraksi di atas kuda. Dalam tradisi ini, peserta saling mengejek dan memperlihatkan kemampua...

Mpaa Buja Kanda...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Buja Kandanda memiliki kesamaan dengan Mpaa Soka yang juga merupakan salah satu seni tarian dalam tradisi Bima, yaitu sama-sama menggunakan tomb...

Mpaa Soka (Sala...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Soka adalah tarian tradisional yang bertujuan untuk menyambut tamu penting sebagai bentuk penghormatan, sambil sesekali memperlihat ketangkasan...

Mpaa Manca (Tar...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Manca merupakan salah satu tarian tradisional yang memadukan gerakan dinamis dan seni bela diri berpedang. Sehingga tarian ini dikenal juga seba...

Ndiha Rasa (Pes...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Ndiha Rasa atau dalam Bahasa Indonesia berarti Kampung Ramai; (diterjemahkan sebagai Pesta Rakyat), merupakan salah satu tradisi masyarakat Bima yang...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...